Dari Bisnis Boneka Batik, Wanita Ini Berdayakan 15 Ibu Rumah Tangga

Dari Bisnis Boneka Batik, Wanita Ini Berdayakan 15 Ibu Rumah Tangga
Membuat karya boneka dari kain batik Bali, sudah dilakukan wanita yang biasa dipanggil Byang Mangku Hipno ini, sejak 14 tahun silam.

Mengais rezeki, tidak melulu dimulai dari usaha berskala besar. Lihat saja yang dilakukan AA Sagung Inten, yang berbisnis boneka batik Bali di workshop kecilnya yang terletak di Padang Sambian-Denpasar. Meski dirintis dari workshop kecil, namun ia justru menuai rezeki besar setiap bulannya dari bisnis boneka batik Bali.

Membuat karya boneka dari kain batik Bali, sudah dilakukan wanita yang biasa dipanggil Byang Mangku Hipno ini, sejak 14 tahun silam. Bisnis ini dimulai dari unsur ketidaksengajaan, karena ada pebisnis asing yang memesan.

“Dasarnya saya suka menjahit, maka dengan senang hati saya terima pesanan boneka itu. Saya belajar sendiri, tidak mengambil kursus membuat boneka. Karena sudah ada ‘background’ bisa menjahit, maka proses belajar membuat boneka itu tidak susah bagi saya,” katanya.

Boneka pesanan dari pebisnis asing itu hanya terdiri atas tiga model yakni boneka tokek, kodok dan kura-kura. Setiap ada pesanan, maka Byang Mangku Hipno langsung mengerjakan dengan mengutamakan kualitas dan ketepatan waktu. Hasilnya, mitra bisnisnya pun tidak pernah mengajukan komplain.

Setelah kerja sama dengan mitra bisnis berlangsung beberapa tahun, Byang Mangku Hipno mulai melebarkan sayap dengan membuat berbagai jenis boneka fauna lainnya. Ada gajah, singa, rusa, kancil, capung, kupu-kupu dan jenis lainnya. Total sekarang ada 80 jenis boneka fauna yang dikerjakan di workshop Byang Mangku Hipno, yang diberi nama Rumah Boneka Creative Bali.

“Kisaran harga boneka minimal Rp 12.500 sampai Rp 275 ribu per boneka. Pemasukan omzet rata-rata bisa sampai Rp 50 juta per bulan,” tuturnya sembari tersenyum ramah.

Cinta Tanah Air, Boneka Batik Bali Tak Lagi Gunakan Bahan Pasir

Boneka ayam dari kain perca batik bali
Boneka ini sengaja menggunakan kain perca batik bali, untuk menjaga agar tidak terjadi ketergantungan bahan baku dari luar.

Menurut Byang Mangku Hipno, keseluruhan boneka-boneka itu menggunakan bahan baku kain batik setempat. Kain batik ini biasanya digunakan untuk membuat bed cover, sehingga warna-warnanya cerah dengan motif yang indah.

Menyikapi gencarnya produk boneka dari negara lain yang mulai memasuki pasar Tanah Air, termasuk Bali, membuat Byang Mangku Hipno justru terpacu untuk lebih kreatif. Baginya, persaingan bukan tak sepatutnya disikapi dengan pikiran negatif. Justru bisa membuat pelaku usaha tertantang untuk meningkatkan kualitas produk. Mulai dari bahan baku, teknik menjahit boneka, memperbanyak bentuk, hingga memperluas pasar agar produk boneka lebih dikenal.

“Saya juga konsisten untuk terus menggunakan bahan baku dari kain batik Bali. Ini untuk menjaga agar tidak terjadi ketergantungan bahan baku dari luar, sekaligus agar pelaku usaha kain batik Bali tetap bisa eksis. Kalau bahan isian dalam boneka, memakai dakron. Dulu sempat menggunakan pasir laut,” ujar dia.

Baca Juga Artikel Ini :

Ubah Haluan Dulu Jualan CCTV Jadi Juragan Boneka Beromzet Miliaran

Hasan Ubah Tumpukan Botol Bekas Jadi Boneka Jepang

Terdorong pemikiran kasihan melihat pasir yang merupakan bagian dari Ibu Pertiwi berpindah tempat sampai ke mancanegara, kini Byang Mangku Hipno memilih menggunakan bahan isi boneka dengan dakron. Pengisian menggunakan dakron membuat boneka pun menjadi lebih ringan.

“Pengiriman boneka sekarang sering ke negara-negara Eropa. Kalau diisi dakron, menjadi lebih praktis juga. Tapi faktor utama memang cinta Tanah Air,” tegasnya.

Berdayakan Kaum Wanita di Sekitar Workshop

Setelah mengarungi usaha lebih dari 10 tahun, Byang Mangku Hipno bersyukur belum menemukan kendala berarti. Bahan baku gampang ditemukan. Tenaga kerja berasal dari kaum wanita yang tinggal di sekitar Padang Sambian. Berkat usaha boneka ini, maka beberapa wanita yang direkrut menjadi memiliki pemasukan untuk membantu kelancaran perekonomian dalam rumah tangga.

Byang Mangku Hipno berharap, semoga ke depan prospek pasar usaha boneka ini bisa lebih menjangkau pada konsumen yang lebih banyak. Dengan demikian, jumlah tenaga kerja pun bisa ditingkatkan.

“Bersyukur usaha ini mampu membuat sejumlah wanita mendapatkan penghasilan. Sekarang ini, karyawan yang direkrut mencapai 15 orang. Semoga ke depan lebih banyak lagi yang mampu mendapatkan penghasilan cukup, melalui bisnis usaha boneka dari kain batik Bali ini,” harapnya.

Tim Liputan BisnisUKM
(/Vivi)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Bali