Berawal dari pengalaman hidupnya yang bisa dibilang “Ngehe” karena ia mengalami berbagai cobaan hidup yang tak mudah ia jalankan sebelum memulai bisnis makaroni, pengusaha muda yang sering dipanggil Ali ini sengaja memilih nama “Ngehe” sebagai pelecut semangat agar kedepannya jalan hidupnya tidak ngehe lagi seperti dulu.
“Kehidupan saya ngehe banget dulu, saya dari Tasik, kota kecil, lalu pindah ke Jakarta. Di Jakarta, saya sempat kerja di warteg, motong-motong sayur, dari jam tujuh pagi sampai jam tujuh malam, cuma dibayar lima ribu. Saya juga pernah terlunta-lunta tidak punya tempat tinggal, menumpang di rumah temen, tidur di emper toko, lalu tidur di masjid juga pernah dan untuk makan saja pernah hanya bertahan dengan jambu biji ibu kosan, karena memang tidak punya uang waktu itu,” ujarnya.
Saat itu ada banyak halangan ketika Ali memutuskan berjuang menjadi pengusaha, bahkan sampai pengalaman paling pahit pernah ia alami, ketika Ia harus kehilangan sang bunda untuk selama-lamanya sebelum sukses memulai bisnis makaroni.
“Sempat ingin berhenti usaha makaroni. Saya akhirnya melanjutkan untuk menulis tanpa tahu arah tujuan hidup,” kata Ali sebelum akhirnya di tahun 2013 Ia mulai merintis bisnis makaroni Ngehe yang kini puluhan gerainya telah tersebar di kota-kota besar.
Berawal Dari Camilan Makaroni Buatan Ibunda
Ketika dikulik darimana ide bisnis camilan ini Ia dapatkan, Ali mengatakan sebenarnya ide bisnis makaroni Ngehe ini berasal dari camilan makaroni yang sering dibuat ibunya saat lebaran tiba.
“Jadi, makaroni ini dulunya ibu saya selalu goreng setiap Lebaran, dan tetangga itu nggak ada yang bikin. Terus ada tamu yangnyoba dan suka, lalu dua hingga tiga tahun, saudara juga mulai pada bikin. Tahun 2000-an, mulai ada yang jualan makaroni. Terus ibu saya bilang, coba kita ada insting bisnis, mungkin kita bisa bikin dagangan ini, sepertinya bisa lebih laris karena kita pelopor,” kata Ali yang pengen bikin bangga ibunya.
Dengan modal pinjaman dari temannya sebesar Rp 15 – Rp 20 juta, di tahun 2013 Ali mulai serius menggarap bisnis makaroni Ngehe. Dengan menawarkan pilihan rasa bedar dengan tingkatan level yang luar biasa, Ali tak pernah mengira jika dari sebungkus camilan makaroni yang ia jual seharga Rp 5.000 ia bisa mendatangkan keuntungan ratusan juta dalam sebulan.
“Saat ini total kapasitas produksi mencapai 30 ton per bulan. Dalam proses produksi, saya dibantu oleh 150 karyawan. Dalam sehari di setiap gerai bisa dikunjungi sekitar 200 orang, darisitu saya bisa meraup omzet sekitar Rp 40 juta dalam sehari,”tandasnya.
Tak puas dengan keberhasilan puluhan gerai offline yang ia miliki di sejumlah kota-kota besar di Indonesia, Ali juga mempromosikan bisnisnya melalui sosial mesia seperti instagram dan twitter. Cara ini cukup efektif, karena sekarang ini bisnis makaroni Ngehe tidak hanya populer di dalam negeri tapi juga mulai meluas sampai beberapa negara tetangga, seperti Jepang, China, Inggris, London, AS, dan Prancis.
Minta price list