Aneka kerajinan rotan Desa Trangsan

Desa Wisata Trangsan Surganya Usaha Kerajinan Rotan

Aneka kerajinan rotan Desa Trangsan SUKOHARJO, JAWA TENGAHTiada rotan akar pun jadi. Mungkin kalimat tersebut sama sekali tak berlaku di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Pasalnya, desa yang berjarak setengah jam dari pusat Kota Solo tersebut digadang jadi surganya usaha kerajinan rotan.

Bukan asal saat predikat surga tersebut disematkan di Desa Trangsan. Desa Trangsan mempunyai sejarah panjang berdirinya sentra kerajinan rotan, bahkan sejak tujuh dekade yang lalu. Ilmu yang didapat seorang warga, ditularkan kepada warga Trangsan lainnya, hingga produk mereka pun begitu diminati pasar domestik.

Dalam perjalanannya, pasang surut terjadi. Sekitar tahun 1960-1970, keberadaan kerajinan rotan Trangsan mulai tergerus hadirnya kerajinan anyaman dari bahan plastik. Namun, mereka bertahan. Akhirnya secara alami, pasar rotan pun terbentuk dengan sendirinya. Bahkan setelahnya, kerajinan rotan Desa Trangsan semakin dikenal di mancanegara.

Era Orde Baru menjadi puncak kejayaan para perajin Desa Trangsan. Para perajin menjamur, bahkan untuk melayani seluruh pesanan luar negeri, mereka semua kewalahan. Saat itu, dalam sebulan mereka dapat mengirim 500 kontainer kerajinan rotan dalam sebulan.

Namun, saat krismon melanda tahun 1998, usaha kerajinan rotan pun ikut lesu. Para buyer luar negeri mulai tak yakin dengan situasi politik ekonomi Indonesia saat itu, dan kemudian berhenti memesan rotan dari Desa Trangsan. Alhasil, banyak usaha rotan yang gulung tikar karena sudah sangat bergantung dengan sektor eksportnya.

Desa Trangsan Kembali Bergeliat

Rotan harta karunnya warga Desa TrangsanDua gunungan diarak melewati gang-gang sepanjang Desa Trangsan. Di belakangnya, sekitar 500 pelajar SD memainkan holahop berbahan rotan. Ada pula kostum unik dari bahan yang sama. Mereka berbondong-bondong mengikuti Gerebeg Penjalin Desa Trangsan.

Gerebeg yang diikuti ribuan warga Desa Trangsan itu menjadi semacam simbol tekad kebangkitan Desa Trangsan sebagai surganya kerajinan rotan. Perajin yang jumlahnya tinggal puluhan pun menyambut dengan antusiasme besar. “Kegiatan ini merupakan simbol saja. Tujuan besarnya mengembalikan kepercayaan pasar domestik maupun mancanegara bahwa Desa Trangsan masih dapat diandalkan dalam hal kerajinan rotan,” ungkap Masjiwo Pogog, ketua penyelenggara, Kamis (13/10/2016).

Selain pemecahan rekor muri bermain holahop rotan dengan 500 peserta, dalam acara tersebut dipamerkan pula berbagai kerajinan rotan asal Desa Trangsan. Ada ratusan jenis kerajinan yang dipamerkan dan mendapat sambuat hangat dari seluruh masyarakat yang hadir.

Menganyam Kembali Asa Perajin Rotan

Keahlian mengayam rotan sudah turun temurun di TrangsanDibanding masa kejayaan penjualan rotan dari Desa Trangsan yang mencapai 500 kontainer sebulan, saat ini belum ada apa-apanya. Saat ini ada 70 kontainer saja sudah termasuk ramai. “Padahal, kualitas kerajinan rotan para perajin Desa Trangsan tak kalah dengan buatan mesin pabrik. Malah dari sisi artistik, buatan tangan mereka lebih bernilai,” lanjut Masjiwo.

Desa Trangsan sudah diresmikan menjadi Desa Wisata Rotan di Solo Raya. Artinya tak hanya kembali menyuarakan perdagangan kerajinan rotan, tetapi segenap warga mengundang masyarakat untuk datang dan melihat Desa Rotan dari dekat.

Mereka dapat belajar membuat kerajinan rotan sehingga dapat menarik wisatawan. Diharapkan hal tersebut mampu mendongkrak penjualan komoditas kerajinan rotan kembali. “Kalau harapan kami, kami bisa berjaya dulu di pasar lokal dan nasional karena ternyata pasar tersebut masih sangat luas. Kalau untuk eksport, mau tapi lebih hati-hati,” ungkap Mariyadi, salah seorang perajin rotan Desa Trangsan.

Saat ini para perajin masih membuat berbagai kerajinan dari rotan seperti kursi, meja, lampu, bingkai cermin, kipas dan masih banyak lainnya. Harganya pun sangat bervariatif, mulai dari puluhan ribu hingga puluhan juta. ”Meski banyak perajin yang sudah beralih profesi, diharapkan ramainya pasar kerajinan nanti, mampu membuat mereka kembali. Kalau bisa, generasi muda juga mau meneruskan usaha pendahulunya ini,“ tutup Mariyadi.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Rizki B. P)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Solo Raya