
Beduk yang dipukul tersebut, suaranya terdengar hingga ke seluruh wilayah Kudus dan jika dipukul berbunyi dhan-dhang-dhan-dhang. Maka distorsi sebagai dandang dan masyarakat lebih mudah menyebutnya dengan nama Dandangan.
Masjid Menara Kudus pun menjadi pusat keramaian pada acara ini. Awalnya, Dandangan adalah tradisi berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang Ramadhan, untuk menunggu pengumuman dari Sunan Kudus tentang penentuan awal puasa. Selanjutnya, kesempatan ini juga dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan di sekitar masjid. Sehingga akhirnya dikenal masyarakat sebagai pasar malam yang ada di setiap menjelang Ramadhan.
Baca Juga Artikel Ini :
Akhirnya Dandangan dikenal sebagai tradisi upacara, keramaian, pruralisme, lintas etnis, keyakinan, dan kerukunan antar masyarakat Kudus. Masyarakat berbagai kota sekitar Kudus pun turut datang, baik untuk membuka lapak usaha atau dikenal dengan istilah mremo.
Dari tahun ke tahun tradisi ini terus berkembang pesat, pedagang yang datang pun semakin banyak. Hingga kini ada sekitar ratusan pedagang yang datang tak hanya dari Kudus, melainkan berbagai luar daerah. Misalnya Jepara, Pati, Rembang, Demak, Semarang, Klaten, bahkan ada pula yang datang dari Sumatera yang mayoritas sebagai pedagang pakaian.
Undang UMKM se- Jawa Tengah
Ia menyebutkan, Dandangan tahun ini ada 460 pedagang yang turut serta. Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibanding tahun lalu. Hal ini lantaran, pemkab Kudus mengundang UMKM se-Jawa Tengah untuk mengikuti tradisi tahunan tersebut. ”Tiap tahun, kami upayakan ada penambahan yang lebih baik. Karena itu, tahun ini diramaikan kami mengundang perwakilan UMKM se-Jateng,” ujarnya.
Dalam laporan Visualisasi Tradisi Dandangan 1437 H, Yuli Kasyanto Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus menuturkan, kegiatan ini juga dalam rangka peningkatan, pengembangan pariwisata, serta melestarikan tradisi budaya di Kudus.
”Dandangan ini mampu menjadi magnet para wisatawan. Selain itu banyak pedagang dari luar Kudus yang berdatangan, mencoba peruntungan berdagang di sini,” katanya.
BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini
Istri dari Suharjo ini menambahkan, meski di hari pertama yaitu sejak tanggal 28 Mei berjualan hingga hari ke tiga belum banyak pembeli. Namun setelah hari itu hingga jelang penutupan, ia mengaku banyak produknya yang terjual bahkan beberapa ada yang memesan batik tulisnya.
Hal senada juga diungkapkan Siti penjual wader crispy asal Ungaran, Semarang. Baginya hanya dibutuhkan kesabaran dan doa, maka pembeli pun berdatangan. Puluhan kilogram wader crispynya pun terjual laris. Tak hanya itu, bahkan ia telah mendapat reseller.
”Meski pengunjungnya tak seramai stand yang sudah langganan mengikuti Dandangan dan banyak rekan pedagang memilih pulang duluan, Alhamdulillah wader saya banyak yang memborong. Semoga ke depan diadakan lagi untuk kami anggota UMKM se-Jateng,” katanya kepada Bisnisukm.com.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Ayu)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kudus