Makin menjamurnya sekolah TK/PAUD dan tempat penitipan anak (Day Care) hingga ke pelosok menjadi berkah tersendiri bagi pelaku usaha Alat Peraga Edukatif (APE), salah satunya Eko Purwanto. Lewat bendera Hanimo ia makin berkibar sebagai produsen APE dengan omzet ratusan juta rupiah.
Usaha mainan edukasi dengan brand Hanimo ini telah dirintis ayah Eko, Yudiono sejak tahun 1990. Namun, saat itu mereka hanya distributor yang hanya menjual APE saja. Seiring makin berkembangnya usaha mainan anak, di tahun 1992 barulah mereka memulai produksinya.
Baca Juga Artikel Ini :
Saat itu, barang yang diproduksi baru sebatas meja dan kursi untuk sekolah TK. Modelnya pun masih konvensional. Lama-kelamaan mereka tidak hanya membuat meja dan kursi saja, sejumlah pesanan APE pun mulai digarap. Begitu pun produksi meja dan kursi, modelnya mulai berinovasi mengikuti selera perkembangan zaman.
“Inovasi produk kita lakukan tahun 2000 dengan berbagai modifikasi. Kalau pesanan datang dari sekolah, Dinas Pendidikan, dan perusahaan yang memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR),” ujar Eko kepada BisnisUKM.com, Senin (26/4).
Eko menambahkan, dari 400 item APE yang dijual di tokonya yang berlokasi di bilangan Sawangan, Depok, 50 persen merupakan produk sendiri. Untuk mendukung usahanya ia memiliki 30 karyawan yang bertugas mulai dari membuat pola, memotong, finishing, penjualan, hingga melakukan pengiriman barang.
“Omzet kita Rp 300 juta per bulan. Kita jual dari yang termurah seperti lilin seharga Rp 10 ribu hingga yang paling mahal seperti play ground seharga Rp 70 juta,” jelasnya.
Pesanan dari Jabodetabek hingga Papua
Produk APE Hanimo memang cukup diminati konsumen. Tak heran, pesanan datang tidak hanya dari Jabodetabek, tapi juga hingga Papua. Produk yang dibuat seperti puzzle, balok kayu, angka dan huruf hingga berupa papan penanda ruangan. Rata-rata produknya menggunakan bahan baku kayu pinus, sedangkan untuk pewarnaan menggunakan cat minyak.
“Untuk pesanan Jabodetabek kita kirim sendiri, tapi tambah ongkos kirim sesuai jarak tujuan. Selain pesanan ada juga pembeli yang datang sendiri ke toko, dan kita layani meski hanya satuan,” kata Eko.
BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini
Eko mengaku, dalam berbisnis pihaknya juga menemukan kendala kesulitan Sumber Daya Manusia. Namun, sulitnya dalam mengembangkan SDM tidak menyurutkan langkahnya untuk terus berkembang.
“Kita terus kembangkan. Bahkan sejak sebulan lalu kita telah membuka cabang di Kota Serang, Banten. Tapi, di sana hanya distributor, produksinya tetap di Sawangan,” tandasnya.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Dunih)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Depok
Cara jadi agen