Bermula dari sekedar hobi, Yayat Sukarta (28) mulai menanam sayuran organik secara hidroponik sejak Maret 2014 silam. Bisnis hidroponik yang ia beri nama Hidro Ponti tersebut, kini hanya sekedar menjadi hobi namun juga mulai menghasilkan keuntungan setiap bulan.
“Selain menanam sayur, saya juga menjual bibit sayur dan buah. Kadang, saya juga membuatkan pesanan instalasi hidroponik jika ada yang memesan,” kata Yayat.
Jenis tanaman yang ia budidayakan berupa sayuran lokal seperti sawi, bayam, kangkung, cabe, kubis atau kol, tomat, timun, dan wortel. Untuk sayuran impor berupa selada, daun mint, kale (kailan Eropa), swiss chard (sawi Eropa) timun Jepang, dan juga baru mulai menanam buah tin (bibitnya berasal dari Yordania) dan kiwi (bijinya diimpor dari Selandia Baru).
Yayat mengimpor benih dari luar negeri dan menanamnya di rumahnya. Yayat mengaku, kale masih termasuk jenis sayuran kailan, yang saat ini sedang booming di Jawa. “Kale ini termasuk jenis super food. Banyak artis Indonesia yang saat ini sedang trend mengonsumsi kale. Harga per ons sekitar Rp 10.000,” ujarnya.
Selain bebas pestisida, keunggulan produk Hidro Ponti tidak menggunakan tanah tapi spon atau sabut kelapa yang di dalamnya diberi air, sehingga tidak repot menyiram. Di dalam bak hidroponik tersebut telah disambungkan dengan pipa akuarium. Sedang untuk media tanam Yayat menggunakan paralon, dengan alasan lebih tahan lama, gampang digunakan, dan efisien.
Dengan harga jual tanaman mulai Rp 40.000 sampai Rp 120.000, omzet per bulan yang Yayat dapat lebih dari Rp 5 juta. Kedepan, ia bercita-cita membuat kebun agrowisata hidroponik di Pontianak.
Meskipun menghadapi kendala seperti kekurangan SDM, modal dan lahan yang sempit di perkotaan, dengan memasarkan produk melalui media sosial Facebook, Website,dan Instagram, Yayat mampu menjangkau konsumen tetap untuk perlengkapan hidroponik hingga ke beberapa kabupaten di Kalbar seperti Sambas, Tayan (di Kab. Sanggau), Sintang, dan Putussibau (ibukota Kab. Kapuas Hulu). Hidro Ponti telah mengikuti pameran yang diadakan oleh Dinas Pertanian Kota Pontianak dan Provinsi Kalbar ke beberapa kota/ kabupaten di luar Pontianak seperti Kota Singkawang, Kab. Bengkayang, dan dalam waktu dekat akan ke Sintang.
Yayat juga merupakan ketua Komunitas Hidroponik Pontianak. Anggota komunitas ini hampir berjumlah 50 orang, dengan jumlah kelompok tani sekitar 35 kelompok. Sementara di Facebook, jumlahnya bahkan mencapai 2.000an. Komunitas ini rutin mengadakan Kopi Darat (kopdar) rutin setiap bulan dan pertemuan mingguan. Mereka juga mengadakan bazaar pasar sayur di Pontianak. Setiap Minggu pagi, selalu ada anggota komunitas yang berjualan di GOR Pangsuma Pontianak dalam ajang Car Free Day mingguan. Sebulan sekali mereka juga mengadakan pelatihan hidroponik dan cara pemasaran hasil hidroponik bagi para anggota.
Ditanya tentang tips bagi pengusaha pemula yang menjalankan usaha serupa, yayat berpesan agar mengikuti petunjuk baku, dan jangan nekat bereksperimen sendiri jika belum paham ilmunya.
“Gunakan pupuk yang sudah terbukti mumpuni,” tandasnya seraya mengakhiri perbincangan.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Vivi)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kalimantan Barat
wah…. bisa dicoba tuch… mksh referensinya…