Hobi Membuat Kerajinan, P-One Jembatani Disabilitas Berkarya

Ratnawati Sutedjo Owner Precious One Manusia dengan segala macam kekurangannya, tentu tetap berharga dan punya hak untuk hidup selayaknya orang normal lainnya. Bahkan ketika mereka lahir dengan keterbatasan atau disabilitas. Setiap manusia diciptakan oleh-Nya lengkap dengan sebuah talenta dalam kehidupannya. Kenapa dibekali dengan talenta dan keterampilan? Karena supaya manusia dalam hidupnya dapat bermanfaat bagi orang lain.

Salah satunya seperti Ratnawati Sutedjo, wanita dibalik berdirinya Precious One ini terketuk pintu hatinya untuk memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas agar bisa tetap berkarya di tengah keterbatasannya. Berawal dari kepedulian tersebut, pengusaha sukses yang akrab dipanggil Ratna ini mendirikan Precious One atau yang biasa disingkat dengan P-One sebagai sebuah jawaban dari kebutuhan para penyandang disabilitas yang hidupnya dalam keterbatasan.

Karyawan P-oneIde terbentuknya P-One bermuara dari kondisi sakit yang pernah Ia alami oleh Ratnawati Sutedjo. Tahun 2001 adalah tahun yang tidak bisa dilupakan oleh Ratna, saat itu Ia terkena sakit hepatitis A. “Ketika mengalami kondisi tersebut, saya tiba-tiba merenungi arti hidup dan sangat bersyukur karena anggota tubuh saya masih lengkap. Lantas bagaimana dengan orang yang terlahir dengan kemampuan yang terbatas? Itulah yang mendasari saya untuk menjadi teman bagi para penyandang disabilitas,” kata Ratna.

Menambah Pengetahuan Tentang Disabilitas

Seiring dengan berjalannya waktu, Ratna pun melengkapi dirinya dengan pengetahuan tentang disabilitas dan mulai banyak belajar bahasa isyarat. Ia belajar bahasa isyarat selama dua tahun kepada Baron Sastra Dinata, mantan diplomat di Kedutaan Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. “Selama proses belajar itu, saya tak sengaja berjumpa dengan seorang disabilitas yang baru lulus dari SLB dan mengatakan kepadanya bahwa dia tidak bisa bekerja,” tutur Ratna di markas P-One di Jakarta beberapa waktu lalu.

Proses Produksi Kerajinan P-oneBagai tersambar petir di siang bolong, perjumpaan dengan penyandang disabilitas itu mengukuhkan niatnya untuk mendirikan P-One dan memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Berhubung Ratna sendiri sejak kecil sudah hobi dengan segala sesuatu yang berbau keterampilan, maka P-One pun menjelma menjadi tempat para disabilitas untuk berkreasi sekaligus penyambung hidup bagi mereka yang berkebutuhan khusus.

“Disini mereka yang berkebutuhan khusus dapat berkreasi menciptakan berbagai macam produk kerajinan, seperti misalnya dompet, tas, dan pernak-pernik lainnya,” ungkapnya.

P-One yang awalnya hanya memiliki satu orang anggota yang bernama Evy, sampai hari ini sudah memiliki 34 anggota yang semuanya dari kalangan disabilitas. “Saya melatih Evy, ternyata dia suka dan akhirnya mendapatkan penghasilan,” katanya. Semenjak itu, Evy berkata mulai mengajak teman-temannya.

“Saya tidak pernah mencari anggota, kebanyakan dari temannya Evy kemudian Ia mengajak teman lainnya. Memang banyak yang ingin bekerja disini, tetapi tidak semua disabilitas dapat berkarya dalam bidang art and craft,” imbuhnya. Pikirnya, mungkin mereka yang tidak dapat bergabung di P-One dapat berkreasi di bidang lain yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Produk Precious OneSelama berkarya dengan teman-teman disabilitas, Ratna sadar betul menangani mereka jelas berbeda dengan orang biasa. Namun dia menjelaskan menjalin komunikasi dengan para penyandang disablitas harus didasari oleh hati dan niat. Tak dipungkiri memang ada kendala, tetapi Ratna selalu mencari solusinya.

“Kalau kita tidak menolong mereka, siapa lagi yang menjadi jembatan bagi mereka. Kami di P-One tidak pernah mempersoalkan komunikasi di antara mereka. Keterbatasan kata tidak menjadi halangan, toh sejauh ini kami bisa melewatinya” tuturnya

Dengan fokus di bidang bisnis kerajinan, saat ini P-One telah memproduksi aneka kerajinan tangan yang memiliki keunikan tersendiri. Menurut Ratna, meski banyak yang bisa membuatnya dan produknya cenderung sama dengan yang ada di pasaran, namun ada keunikan tersendiri dari produk yang dihasilkannya karena yang membuat adalah mereka yang berkebutuhan khusus dan bisa costomize sesuai dengan selara pembeli.

“P-One dibangun tidak hanya untuk sekedar memberikan lapangan kerja bagi disabilitas, tetapi juga untuk memberikan pengertian kepada masyarakat. Ketika orang berkebutuhan khusus diberikan kesempatan, mereka juga dapat membuktikannya,” jelas Ratna.

Bukan Produk Sosial

Berikan Disabilitas Ruang untuk BerkaryaProduk P-One sudah menjelajah kemana-mana, produk ini masuk ke beberapa perusahaan. Hanya saja, Ratna tak memungkiri ada stigma di masyarakat yang beranggapan produk disabilitas itu kurang bagus dalam banyak hal, dari kualitas, desain, dan yang lainnya. Tetapi pemikiran itu tercipta lantaran selama ini produk-produk disabilitas yang ditawarkan, di beli atas dasar belas kasihan.

“Pernah saya coba menawarkan produk kami ke sebuah department store, saya rasa produk ini bisa masuk standarnya tetapi ternyata dari harapan pihak department store-nya menolak. Dikatakan ini produk sosial, jadi tidak bisa masuk kesana” kata Putri dari Susilowati dan Alm. Taruna Sutedjo ini.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?

Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.

Klik Disini

Mendapati kondisi tersebut, Ratna pun terhentak, seraya mengucap kenapa tidak diberikan kesempatan. Akan tetapi pengalaman itu yang membuat dirinya semakin terpacu untuk mengkampanyekan program “Yuk bangga membeli produk disabilitas bukan karena belas kasihan melainkan dari kreatifitas mereka”. Sejak saat itu, Ratna beserta P-one berusaha untuk membuat produk yang bagus dan jangan asal karena itu akan merusak image mereka di kalangan masyarakat luas.

Kini setelah lama berdiri, P-One masih terus menghasilkan karya dari teman-teman penyandang disabilitas. Melalui bisnis kerajinan yang dirintisnya, Ratnawati merasa sukses mengenal arti kehidupan yang tak hanya ternilai oleh uang.

Karena baginya, sukses itu dilihat dari bagaimana seseorang itu bisa melewati tantangan hidupnya. Ratna berujar kalau dia menyerah, habislah hidupnya tetapi jika dia dapat bertahan dan melewati semua masalah itu baru sukses yang sesungguhnya. “Uang bisa habis, tetapi jika berbicara nilai kehidupan itu akan menjadi lebih kekal” pungkas Ratnawati.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Harry Prasetyo)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Jakarta