Situasi pandemi membuat daya beli masyarakat menurun, mengakibatkan minusnya pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan hingga di akhir tahun 2020. Industri fesyen jadi salah satu sektor eknomi yang mengalami goncangan ketika pandemi menimpa sejak Maret 2020. Bahkan penjualan baju muslim di bulan Ramadan 2020 juga tidak begitu mengalami kenaikan.
Di tingkat internasional industri fesyen Indonesia, terutama fesyen musmlim, mengalami perkembangan pesat. Sejak 2019, fesyen mengalami pertumbuhan sebesa5v 19.5 persen dengan kontribusi pada Pendapatan Domestik Burto (PDB) sebesat 5,4 persen. Menurut State of The Global Islamic Economy Report 2019-2020, konsumsi fesyen muslim dunia mencapai USD 283 miliar. Indonesia duduk sebagai pengembang fesyen muslim terbesar ketiga. Perkembangan ini tidak lepas dari tumbuhnya jumlah muslim di dunia.
Data tersebut menunjukan bahwa produksi fesyen potensial untuk dikembangkan. Namun pengembangan industri satu ini juga memerlukan kesigapan dari pelaku usaha. Seiring dengan perkembangan teknologi, maka produk juga harus memakai cara-cara pengenalan baru.
Digitalisasi Industri Fesyen Jadi Jawaban
Pembatasan kegiatan offline membentuk rantai penjualan baru. Saat ini masyarakat mengandalkan transaksi online di marketplace maupun platform digital lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pola ini berpengaruh pada perilaku pembelian baju para konsumen. Akses pasar yang lebih luas seharusnya mampu meningkatkan jumlah konsumen potensial.
Ada dua hal yang patut menjadi catatatan untuk industri fesyen bertahan di tengah situasi yang tidak menguntungkan. Pertama, kolaborasi antara industri fesyen dengan sektor ekonomi lain, dan kedua yang tidak kalah penting, mengalihkan penjualan ke online.
Langkah menggabungkan promosi fesyen dengan produk lain yang masih sejalur bisa menjadi alternatif. Menurut Citra Subiyakto, kolaborasi produk menjadi penting karena menjadi trik untuk produk tetap aktif di pasar. Cara yang paling mudah adalah melakukan kerja sama dengan influencer yang memiliki track record baik.
Setelah kolaborasi, digitalisasi adalah kunci bagi industri fesyen untuk bertahan di tengah situasi ekonomi yang buruk. Melakuakn penjualan dengan digitalisasi usaha adalah cara merengkuh pelanggan lain yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap produk.
Digitalisasi juga bisa digunakan untuk melalukan branding produk sekaligus reputasi brand. Laporan Fashion’s Big Reset 2020 dari Boston Consulting Group menunjukan data peningkatan penjualan fesyen dapat mengalami peningkatan mulai dari 30 persen hingga 55 persen lewat digital commerce ataupun penjualan digital lain.
Penguatan digitalisasi terhadap produk fesyen bisa dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap perkembangan tren. Platform digital punya fitur untuk menganalisis trending apa yang sedang populer saat ini.
Platform Digital Sediakan Ruang Luas Untuk Konten Fesyen
Dalam digitaliasasi usaha, penerapan konten yang baik adalah ujung tombak promosi produk. Industri fesyen adalah sektor bisnis ‘evergreen’ atau tidak pernah mengalami mati. Setiap tahun, tren fesyen selalu mengalami perkembangan dan perubahan.
Salah satu faktor konten yang menarik adalah tampilan dari influencer atau content creator. Pemilihan fesyen dalam mnembuat materi pemasaran adalah bagian dari cara untuk menarik pelanggan potensial. Strategi ini merupakan salah satu upaya kolaborasi antara berbagai platform yang banyak digunakan oleh anak muda.
Tiktok, misalnya, pada 2021 mengadakan fashion week dengan konsep online. Kegiatan ini menggandeng media partner hingga penyelenggara fashion show ternama. Fashion week tiktok adalah cara untuk mengenalkan desain fesyen dari berbagai content creator kepada para pengguna akun lain.
Cara ini menguntungkan baik pelaku usaha fesyen maupun platform digital. Pelaku usaha mendapatkan calon konsumen, sedangkan TikTok bisa menjadikan platformnya sebagai rujukan fesyen yang akan dicari banyak orang.
Tidak hanya TikTok, platform lain juga mulai menunjukan kolaborasi antara produk untuk meningkatkan kualitas isi konten. Oleh karena itu, konten yang baik merupakan gabungan dari penampilan content creator hingga narasi yang akan dibawakan. Perkembangan selanjutnya, platform digital akan menjadi sumber inspirasi fesyen bagi generasi milineal.
Industri Fesyen Muslim Naik Daun
Seperti sudah disebut di atas, fesyen muslim Indonesia digadang-gadang dapat membutuhi kebutuhan baju muslim di tingkat lokal maupun internasional. Pada perkembangannya, tren baju muslim mengalami perputaran yang sangat cepat. Hal ini dtunjukan dengan dorongan pemerintah yang serius pada sektor satu ini. Pada periode Januari-Februari 2020, ekspor industri pakaian jadi mencapai USD 1,38 miliar.
Baju muslim fleksibel untuk mengikuti tren. Ada banyak kelompok masyarakat yang bisa disasar jadi konsumen: mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Pun kategori tersebut bisa dibagi kembali menjadi fesyen muslim laki-laki dan perempuan. Selain itu banyak sekali bentuk baju muslim yang bisa dibuat tanpa mengurangi estetika maupun kebutuhan pakaian itu sendiri.
Goal ke depan dari fesyen muslim adalah Indoensia mampu menjadi kiblat dari berbagai ragam fesyen muslim di dunia. Proses ini tentu butuh waktu, digitalisasi adalah langkah pertama untuk mengenalkan produk kepada konsumen luas. Langkah selanjutnya adalah kolaborasi antara paltofrm dengan seluruh pihak, mulai dari pemerintah hingga pihak swasta.