Bisnis Batik Muria

Ini Sosok Pengusaha Perempuan Inspiratif Asal Kudus

Kudus – Yuli Astuti merupakan salah satu dari sekian ratus pengusaha sukses di Kudus yang merintis usahanya dari nol. Kegigihannya membangun usaha yang sekaligus menyelamatkan motif batik khas Kudus dari kepunahan 10 tahun silam, ternyata membawa dirinya pada kesuksesan dan menjadi sosok yang menginspirasi.

Yuli begitu ia disapa, mengungkapkan awalnya batik Kudus mengalami kepunahan pada tahun 1970. Pada tahun 2005, Niamah yang saat itu berusia 70 tahun merupakan satu-satunya perajin batik Kudus yang masih hidup. Dan dari situlah, ada pihak terkait langsung mengadakan pelatihan yang diikuti 20 orang yang diajari membatik langsung oleh Niamah, termasuk Yuli sebagai pesertanya.

Interview Bersama Yuli Astuti, Perempuan Inspiratif Kudus 2016
yuli astuti owner muria batik

Namun sayangnya, pelatihan membatik itu terhenti sampai di situ. Selesai pelatihan, tidak ada pergerakan apa-apa. Yuli pun tak ingin tinggal diam dan membiarkan ilmu membatiknya terbuang sia-sia.

“Saya sangat ingin belajar mengenaik kerajinan batik lebih dalam lagi. Saya pergi ke Laweyan, Solo untuk belajar batik. Pergi sendiri naik motor ke sana, pulang pergi Solo-Kudus,” tuturnya disela acara Malam Anugerah 9 Perempuan Inspiratif Kudus 2016, Rabu malam (20/4/2016).

Pemilik Muria Batik Kudus ini mengatakan, support terbesarnya datang dari sosok yang juga sangat menginspirasinya yaitu sang ibu.

“Ibu bekerja sendiri, berjualan di pasar. Jadi otomatis saya terdidik sejak masih sekolah bisa jualan, dan akhirnya bisa merintis usaha batik seperti sekarang ini. Terus saya juga pergi ke tempat-tempat usaha batik lainnya yaitu di Solo, Jogja, dan Pekalongan, dengan biaya sendiri,” kisahnya.

Menurutnya, saat ini peluang berwirausaha sangat terbuka lebar bagi para perempuan. Banyak mereka yang kreatif dan memiliki daya juang tinggi membangun usahanya. Seiring berkembangnya zaman, kini masyarakat bisa memaklumi jika ada pengusaha wanita yang pulang hingga larut malam. Karena memang masih dalam jalur yang positif, yaitu bekerja yang halal.

“Jadi pengusaha wanita bisa membuka peluang usaha bagi yang lain. Yang berpengaruh pada taraf perekonomian keluarga dalam lingkup kecil dan skala nasional dalam lingkup besarnya,” terangnya.

Yuli pun memiliki impian, batik Kudus yang sempat mati suri, membuat Yuli tidak ingin hal itu terjadi lagi. Sehingga saat ini ia tengah menyiapkan buku hasil karyanya tentang keberadaan batik Kudus. Semoga buku tersebut bisa dijadikan media pembelajaran di sekolah pada pelajaran muatan lokal, sekaligus salah satu rangkuman sejarah batik Kudus.

“Semoga tidak akan punah dan batik Kudus diakui. Saat ini saya juga mengajar batik di Sulawesi dan Manado. Beberapa waktu lalu, batik Kudus juga mengikuti gelaran even di London dan New York, dan Jepang,” jelasnya.

Sosok yang juga menjadi pelopor batik Kudus ini tidak sembarangan dalam menciptakan motif batik yang kini menjadi khas Kudus. Setiap desain motifnya memiliki makna histori dan nilai kelokalan Kudus. Ia pun melakukan penelitian terlebih dahulu sebelum menentukan motif. Agar mengandung makna dan filosofi. Misalnya untuk motif parijoto, Ia melakukan penelitian hingga ke tengah hutan, kemudian mendokumentasikan tanaman parijoto dalam bentuk foto. Tak terhenti di situ, Yuli juga mendatangi ahli sejarah dan masyarakat sekitar yang benar mengetahui sejarah tentang lingkungan sekitar.

Owner Batik Muria menjadi satu dari 9 wanita inspirasi dari Kudus

Tak hanya Yuli, ada 8 perempuan lainnya yang dinobatkan sebagai perempuan inspiratif asal Kudus dalam ajang “Malam Anugerah 9 Perempuan Inspiratif Kudus 2016”. Mereka terdiri dari berbagai bidang, di antaranya bidang pendidikan, pemerintahan, sosial, kesehatan, pelajar, dan juga pengusaha.

“Di undang di acara ini, benar-benar menjadi suatu kehormatan bagi batik Kudus. Kami merasa dihargai, diakui, bahkan dianggap menginspirasi. Semoga terus memotivasi diri sendiri untuk terus semangat berkarya,” papar Yuli sebagai perwakilan sosok perempuan inspiratif bidang pengusaha di Kudus.

Baginya, Kartini modern tidak hanya dilihat pada penampilan, tapi juga bagaimana peran dan nilai kebermanfaatannya, prestasinya, tapi tidak meninggalkan kodratnya. Kartini hadir untuk mensetarakan gender dan membuktikan bahwa perempuan juga mampu berkarya.

Perempuan yang bertempat tinggal di Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog Kudus ini menambahkan, perempuan berpenghasilan bukan untuk ingin lebih tinggi, tapi justru ingin membantu perekonomian keluarga menjadi lebih baik.

“Ya itu yang saya rasakan. Dengan membuka usaha batik, saya bisa merekrut perajin dan pekerja yang kebanyakan perempuan dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga,” pungkasnya.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Ayu)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kudus

Interview Bersama Yuli Astuti, Perempuan Inspiratif Kudus 2016