Inovasi UMKM dan Ekosistem Digital untuk Membantu dalam Pemulihan Ekonomi Indonesia

Dalam situasi pandemi seperti sekarang ini, hampir semua UMKM merasakan dampaknya terlebih untuk perekonomian Indonesia. Untuk dimasa pandemi sekarang ini setidaknya ada dua model UMKM yang dapat bertahan, yaitu UMKM yang sudah terhubung dengan ekosistem digital dan UMKM yang melakukan inovasi produk.

Ada banyak pihak yang harus terus mendukung UMKM. Seperti pemerintah melalui Menkop-UKM harus terus mendorong penyehatan UMKM akibat terpaan pandemi dalam kerangka percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Dengan adanya keterkaitan antara UMKM dengan ekosistem digital dan adanya tekat untuk selalu berinovasi membuat mereka mampu bertahan dimasa pandemi. Dengan demikian akan membantu dalam segi pemulihan ekonomi di negeri ini. Oleh karena itu, dari pemerintah dan pihak swasta harus bersinergi untuk terus mendorong para UMKM agar bisa bertahan dimasa pandemi ini.

Selain itu dengan digitalisasi ini telah terbukti mampu membuat bisnis UMKM bisa bertahan dan tumbuh di masa pandemi Covid-19. Hal ini telah dibuktikan berdasarkan data dari World Bank, di mana 80 persen UMKM yang terhubung ke dalam ekosistem digital memiliki daya tahan yang lebih baik.

Hingga saat ini telah ada 19 juta pelaku usaha yang telah terhubung ke dalam ekosistem digital. Angka ini tumbuh 137 persen semenjak sebelum pandemi. “Kami menargetkan 30 juta UMKM on boarding ke dalam ekosistem digital pada 2024,” ujar Teten Masduki dalam sambutan pada acara kompas.com dengan tema diskusi dalam bincang Kompas bekerja sama dengan PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna).

Untuk itulah peran pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi-UKM harus terus selalu memperkuat kemitraan UMKM dengan usaha besar yang dimulai dari 9 BUMN dan sejumlah perusahaan swasta.

Menurut Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, menjalankan roda ekonomi seperti sebuah orkestra, yang mana para pemain musiknya (diibaratkan sebagai pelaku usaha) yang matanya tertuju pada konduktor (yang diibaratkan pemerintah). Jadi, tidak saling menunggu pelaku usaha lain melakukan aksi, melainkan mengikuti arahan pemerintah sebagai konduktornya, pengarahnya.

Bicara mengenai kolaborasi dan pendampingan, ada beberapa pihak swasta juga bisa berperan aktif mengembangkan UMKM. Menurut Ishak Danuningrat, Sampoerna tidak pernah dapat dipisahkan dengan UMKM, mengingat cikal bakal Sampoerna berawal dari UMKM.

Setidaknya sampoerna telah memiliki lebih dari 65.000 karyawan langsung dan tidak langsung di seluruh Indonesia, Sampoerna, melalui payung program keberlanjutan Sampoerna untuk Indonesia, memiliki 4 fokus utama, di antaranya pengembangan UMKM, pemulihan ekonomi nasional dan kontribusi penanggulangan Covid-19, kesejahteraan petani serta mengurangi dampak lingkungan.

Dalam pengembangan UMKM tersebut, Sampoerna memiliki dua pilar program, yaitu Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) yang telah memberikan pelatihan kewirausahaan kepada 56.000 peserta, dan Sampoerna Retail Community (SRC) yang menaungi lebih dari 160.000 toko kelontong tradisional yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan adanya program tersebut ada berbagai penghargaan yang telah diraih SETC, diantaranya seperti East Java Sustainable Goals (ESDG) Awards pada 2022.

Selain itu adanya kedua program tersebut memiliki dampak positif yang dirasakan oleh pelaku UMKM binaan.

Tinggalkan komentar