Kecintaannya terhadap jajanan semasa kecil, menginspirasi Emmanuel Wahyu Hendarto (27) untuk merintis bisnis kue leker di tahun 2010 silam. Mengawali usahanya dengan outlet kecil di pinggir jalan Babarsari, Sleman, Yogyakarta (tepatnya di depan POM bensin Babarsari), pengusaha yang akrab dipanggil Wahyu ini tak pernah menyangka bila bisnis kue lekernya yang dulu dirintis dengan modal kecil tersebut kini mulai dikenal luas di pasar nusantara.
“Pemilihan kue leker ini sendiri karena dulu waktu semasa kecil saya sering sekali membeli kue ini. Kemudian beberapa waktu yang lalu di Jogja sedang booming usaha gerobakan seperti ini, dari situ saya berpikir kenapa tidak mencoba meracik ulang jajanan semasa kecil ini menjadi produk baru yang lebih menarik,” ujar Wahyu ketika ditemui, Jumat (3/7) yang lalu.
Mengusung cita rasa kue leker yang terkenal manis, awalnya Wahyu cukup kesulitan untuk menemukan ramuan resep yang pas dengan lidah masyarakat Jogja. “Setelah menemukan ramuan yang pas, kemudian kita coba membuat outlet sendiri. Dari mulai membuat outlet sendiri, jaga outlet sendiri, semuanya kita rintis sendiri dari A sampai Z,” kata alumnus Sanata Dharma tersebut.
Baca Juga Artikel Ini :
Seiring dengan berkembangnya waktu, jajanan masa kecil yang dipasarkan dengan brand JOKER (Jogja Leker) ini tak hanya diminati masyarakat Yogyakarta namun kini juga mulai berkembang hampir ke seluruh Indonesia. Bahkan dengan konsep gerobak yang menarik dengan bentuk outlet seperti “Joker Kartu”, tak butuh waktu lama bagi Wahyu untuk mendatangkan calon konsumen.
“Dengan bentuk gerobak yang menarik, secara tidak langsung rasa penasaran konsumen mulai terbangun. Akhirnya karena rasa penasaran tersebut, mereka mulai tertarik untuk mencoba dan ternyata ketika harganya cukup terjangkau dan rasaanya enak, orang-orang mulai ketagihan dengan jajanan ini. Tidak hanya itu saja, lima sampai enam bulan pertama merintis usaha, kami sudah ada sekitar 7 cabang Joker. Padahal di awal merintis usaha kami tidak ada pikiran untuk membuka sistem kemitraan, namun karena banyak orang tertarik dengan produk kami akhirnya banyak permintaan kemitraan yang masuk,” jelas Wahyu yang saat itu didampingi oleh Catria Yuliani (24) selaku Manajer Marketing Jogja Leker.
Dengan Modal Minim Kini Tumbuh Menjadi 500 Cabang
Tak pernah menyangka bisnisnya bisa berkembang dengan pesat dalam hitungan waktu yang cukup singkat, di awal merintis usaha Wahyu cukup kesulitan mengelola cabang lebih dari satu. Menurutnya, kendala yang paling terasa adalah masalah SDM. Namun seiring berjalannya waktu, Wahyu mulai belajar bagaimana cara merekrut SDM, bagaimana sistem kontrak kerja yang baik sehingga kendala tersebut sedikit demi sedikit bisa mulai teratasi.
Mengawali bisnisnya dengan modal terbilang minim tak lantas membuat lelaki kelahiran Yogyakarta, 8 Februari 1988 ini kehabisan akal untuk mengembangkan usahanya. Kepada tim liputan BisnisUKM.com, Ia mengaku modal awal yang Ia gunakan saat itu berkisar antara Rp 7 juta sampai Rp 7,5 juta. “Modal segitu sudah berupa outlet, gerobak, perlengkapan, bahan awal, dan sudah termasuk biaya sewa tempat juga,” tuturnya.
Berbeda dengan kue leker pada umumnya, Wahyu sengaja menciptakan 16 varian toping yang beragam dengan ukuran kue yang lebih besar. Dengan memperhatikan daya beli konsumen di sekitar lokasi usaha, tak sulit bagi Joker untuk mencuri hati para calon pelanggan. Terbukti, lima tahun berjalan kini Joker telah berkembang lebih dari 500 mitra cabang yang tersebar di berbagai penjuru nusantara.
BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Video.
“Pertama kali kita jualan sendiri, sampai outlet ketiga kami juga masih kelola sendiri. Hingga pada akhirnya kita mulai dilirik oleh beberapa investor setelah mengikuti beberapa pameran yang diadakan di Yogyakarta. Awalnya kita hanya ingin pameran makanan saja, tapi ternyata ada investor yang tertarik untuk menanamkan modalnya di awal. Dari situ kami mulai aktif mengikuti berbagai pameran di kota-kota besar sampai akhirnya kita bertemu dengan kementerian perdagangan dan sampai saat ini kami dibina oleh kementerian perdagangan,” papar pengusaha muda yang satu ini.
Mulai Berkembang Setelah Aktif Pemasaran Online
Menjalankan sistem pemasaran konvensional sejak tahun 2010 sampai 2013, pada saat itu Wahyu aktif melakukan kegiatan promosi dari satu pameran ke pameran yang lain. Sampai pada akhirnya di awal tahun 2014 Wahyu mulai memanfaatkan jalur pemasaran yang lain, yaitu internet marketing. “Kami belajar internet marketing dan hasilnya luar biasa, boleh dikatakan 70-80% pertumbuhan outlet kami melalui internet marketing,” imbuhnya.
Untuk mengedukasi pasar, pengusaha asli Yogyakarta ini sengaja memanfaatkan sosial media seperti misalnya Facebook dan Twitter. “Di Facebook kita menggunakan iklan berbayar untuk menembak end user atau market akhir. Sedangkan untuk mengedukasi calon mitra, kita menggunakan iklan di Google sehingga website kita bisa nongol di halaman pertama mesin pencari. Menurut kami, sekarang kedua media ini murah meriah namun hasilnya sangat efektif, itu yang kami rasakan,” begitu ungkapnya.
Melihat perkembangan bisnis kue leker yang semakin pesat, kedepannya Wahyu memiliki target untuk bisa terus menambah varian toping yang sudah ada dan juga memiliki goal untuk bisa membuka 10.000 outlet di seluruh Indonesia. “Semoga target ini bisa tercapai dalam waktu kurang dari empat tahun,” harap Wahyu sembari mengakhiri pertemuan kami siang itu.
Tim Liputan BisnisUKM