Jualan-Bubur-Ayam-Bisa-Punya-7-Cabang-Meski-Harus-Berhenti-Kuliah

Jualan Bubur Ayam, Bisa Punya 7 Cabang Meski Harus Berhenti Kuliah

Alhamdulillah, berkat jualan bubur ayam bisa jadi juragan 7 cabang usaha buburnya. Ternyata jualan bubur ayam juga bisa jadi raja lho, kunci utamanya asalkan ulet dan yakin. Nah kalau kamu suka bubur ayam atau tertarik terjun ke bisnis yang satu ini, bisa banget ikuti jejak Pak Firly selaku narasumber kami. Berikut adalah hasil wawancara dari team Bisnis UKM yang mana Beliau membagikan kisah inspiratifnya ini kepada kalian semua. Lets check dan kita simak bareng yuk gimana ceritanya.

Pertama kita kenalan dulu dengan ownernya yuk, Bubur Syarifah ini pemiliknya bernama Firly Ferdiansyah. Beliau telah menjalankan dan mengelola usaha Bubur Ayam Syarifah yang sudah berjalan kurang lebih 15 tahun. Bubur syarifah ini sudah berdiri sejak tahun 2004. Pada saat diwawancarai oleh team Bisnis UKM Bubur Syarifah ini sedang berada di outlet Lempuyangan. Tepatnya di Jalan Hayam Wuruk No 68, salah satu outlet yang menjadi tempat produksi dan juga kantor pusatnya.

Jualan Bubur Ayam Syarifah

Awal Merintis Usaha

Dulu waktu pertama kali membuka usaha bubur ini pada tahun 2004 statusnya masih mahasiswa yang masih menuntut ilmu di bangku perkuliahan. Dari sana beliau tidak melanjutkan kuliahnya dan memilih melanjutkan berjualan bubur ayam ini. Kini pilihanya untuk menekuni usaha bubur ayam ini menjadi jalan nafkah sampai saat ini.

Pada saat masih dibangku kuliah beliau mengaku juga sudah pernah berjualan kecil – kecilan. Namun untuk bekerja resmi dan bergabung dalam perusahaan memang belum pernah. Sehingga modal utamanya menjadi pengusaha ini adalah karena memang passionnya dibidang bisnis. Dan rezeki beliau yang memang jalannya melalui usaha bubur ayam ini.

Inspirasi Utama

Nama Sayarifah ini diambil dari nama ibundanya, kemudian dulu keluarganya (kakak) pernah tinggal di Semarang. Inspirasi utamanya dalam memulai usaha ini adalah tukang bubur keliling di perumahan tempat keluarganya tinggal tersebut. Saat itu bubur ayam yang dijajakan rasa enak dan jika diperhitungkan untuk membuka usaha tidak membutuhkan modal yang besar.

Kemudian dicoba untuk direalisasikan lalu menghubungi Beliau di Jogja. Karena pada saat itu kakaknya lebih banyak bekerja di kantor maka ide ini dieksekusi oleh beliau yang kini usahanya tersebut dari awal pertama buka sampai sekarang masih berlanjut.

Modal Usaha

Modal awal saat memulai usaha ini hanya sekitar 7,5jt dan yang memberinya modal adalah kakaknya. Sedangkan untuk pangsa pasarnya dari Bubur Syarifah sendiri adalah khalayak umum tanpa batasan usia. Baik dari pelajar maupun mahasiswa, keluarga maupun orang kantoran. Namun karena memang Jogja ini adalah kota pelajar jadi ketika hari libur maka pelangganya kebanyakan adalah pelajar.

Jikalau ditanya bagaimana memasaknya sebenarnya beliau tidak bisa, “Jadi kalau ada orang memiliki bisnis kuliner dan alasannya karena tidak bisa memasak. Sebenarnya alasan tersebut tidak relevan bagi orang – orang yang ingin punya bisnis kuliner”, begitu tuturny. Jadi kalo kendalanya adalah tidak bisa memasak berarti ada solusi lain disana.

Sistem Menajemen

Beliau menyerahkan dan mempercayakan bagian kepala poduksi di Bubur Syarifah ini untuk memasak bubur ayam. Kepala produksinya ini Beliau mengambil tukang bubur yang mana tugas utamanya hanya fokus pada produksi saja. Di Bubur Syarifah ini ada menajemen disusun secara terpisah untuk memudahkan pemantauan yakni untuk team menajemen sendiri, outlet sendiri, team pengantaran sendiri dan juga team produksi sendiri.

Kendala yang dihadapi yang biasa terjadi di usaha makanan adalah konsistensi produk dan kesolidan team. Akan tetapi semua berujung pada pengelolanya sendiri bagaimana menjalankan usaha tersebut. Dan sekali lagi kembali pada ilmu, dimiliki atau tidaknya. Jikalau ada kendala maka harus diberikan solusi, nah pada intinya mau diberikan solusi atau tidak.

Sentralisasi Produksi

Saat ini beliau running 7 cabang dan itu sentralisasi produksi. Jadi tipikal yang dilakukan adalah tempat produksinya 1 nanti setiap hari dan setiap pagi ada team pengantaran sendiri pada masing – masing outlet di 7 cabang tersebut.

Untuk Bubur Syarifah ini buka dari jam 06.00 pagi sampai jam 11.00 saja. Tipikal yang dipilih owner ini dalam berdagang adalah tidak mengeluarkan modal yang cukup besar. Maka kebanyakan beliau nimbrung tempat istilahnya, Jadi yang jualan malam pagi tidak. Nah itulah yang beliau sewa, jadi biaya sewa yang bulanan dengan nominal yang disesuaikan.

Memang banyak pesaing yang menjual makanan sejenis, namun tak perlu dianggap sebagai kompetitor. Parameternya adalah bagaimana untuk terus bisa meningkatkan usaha ini sendiri tanpa melihat adnaya kompetitor atau tidak. Walaupun dari segi produk sama namun dari segi rasa tetaplah berbeda.

Keunggulan Bubur Syarifah

Bagi para pelanggan Bubur Syarifah ini pasti sudah bisa membedakan dengan bubur yang lain. Kedua adalah bagaimana internalnya, itu yang membedakan team didalamnya dan kompetensi didalamnya. “Alhamdulillah kami sudah punya team yang spesifik sendiri yang mungkin tidak seperti bubur ayam yang lainnya yang mana mereka masih di handle sendiri semua”, begitu penjelasannya.

Kendala yang dihadapi sejauh ini kendala tersebut pada sebuah ilmu. Jadi pada saat punya ilmu ketika menghadapi kendala bisa mencari solusi agar tidak jadi masalah lebih lanjut. Pada intinya berbisnis itu berjualan namun dalam mengelolanya itu tidak semua tentang penjualan. Jadi tentang banyak hal yang intinya adalah mengelola. Dan jikalau mau diseriusin semakin masuk terjun dalam bisnis yang dikelola itu sangat banyak.

Kendala Usaha

Disisi usaha sendiri jika ditolok ukur dari dulu dengan sekarang naik atau tidaknya itu jawabanya tidak menentu, ada saatnya meningkat ada pula saatnya turun. Kalau untuk di rata – rata bulanan mungkin sudah lupa jika dibandingkan dengan dulu. Dalam artian sudah berbeda waktu jika dibandingkan dengan dulu pastinya tidak relevan karena sudah berbeda waktu. Jikalau di rata – rata sudah lupa, namun untuk rata – rata bulanan sudah pasti tahu.

Dulu sistem manajemenya belum seperti sekarnag ini, jika dulu produksi ikut memasak namun juga ikut dalam penjualan. Jadi dulunya masih krodit dan belum spesifik seperti sekarang ini. Hal pertama yang harus dipahami dalam konteks usaha ini adalah permasalahan resiko. Usaha kecil maupun besar masing – masing punya resiko sendiri – sendiri.

Resiko Usaha

Pertanyaannya adalah apakah sudah siap dengan resiko itu? Nah kalau usaha besar dengan usaha kecil sudah pasti resikonya lebih banyak yang usaha besar. Pertanyaan berikutnya adalah apakah sudah siap dengan resiko yang lebih besar? Karena jikalau belum itu menjadi pilihan yang tidak ideal. Jikalau kita sudah menentukan pilihan maka sudah seharusnya siap dengan permasalahan yang lebih besar.

Jadi menjadi tidak singkron ketika kita memilih usaha yang besar namun tidak mau menambah ilmu untuk menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang ada. Maka dari itu sesuaikan dengan kondisinya dan kembangkan usaha tersebut tapi pengembanganya pun harus sesuai dengan syariat, muamalahnya juga harus benar. Jadi lebih ditekankan pada akad – akad yang benar. Jangan hanya sekedar mengikuti cara trend. Namun ternyata tidak sesuai syariat karena nanti pasti ada kendala berikutnya yang muncul.

Sekian cerita inspiratif dari Bapak Firly Ferdiansyah yang berawal dari jualan bubur ayam hingga akhirnya menjadi juragan. Kalo kamu tertarik dengan bisnis ini ataupun pengen mendapatkan inspirasi bisnis lainya. Bisa cek di link youtube TVBisnis, jangan lupa subscribe dan share. Berikut ini adalah video liputan terbaru dari channel TVBisnis.