Kembangkan Usaha Batik Tulis untuk Angkat Perekonomian Keluarga!

Bisnis batik tulis Blora Batik Blora Posyandu Lestari Handayani (PLH) merupakan usaha batik tulis yang didirikan oleh ibu-ibu anggota PLH. Pelem, Rt 1/ Rw 7, kec./kelurahan Jepon. Salah satu anggota Ninik Supriyati (40) mengatakan, sekitar 3 tahun lalu Batik Blora PLH berdiri.

Saat itu tengah digalakkan memakai baju batik oleh pemerintah daerah setempat. Melihat Blora belum memiliki batik yang khas, sehingga hal tersebut dijadikan peluang bagi para ibu-ibu PLH untuk membuat dan menjadi salah satu sumber pendapatan angotanya.

Oleh Layla, para anggota Posyandu tersebut diberi tugas mulai dari teknik menggambar pola, canting pada kain, hingga pelorotan kain yang rata-rata memiliki lebar 2 meter tiap potongnya.

”Ide dari Posyandu, di Desa Kelurahan Jepon, oleh ibu Layla yang juga sebagai ketua mencetuskan batik Blora. Inspirasinya di desain sendiri kemudian melatih para kader Posyandu mulai dari desain, canting, dan penjualan,” tutur Ninik yang juga sebagai ibu rumah tangga ini.

Terus Belajar Menyempurnakan Batik Blora

Batik Tulis BloraPara ibu di Posyandu tersebut, diajarkan teknik dasar membatik. Dikenalkan khas-khas batik daerah lain. Pembelajaran membuat motif colet, mewarnai, dan kemudian mendapat bantuan dari Dinas terkait untuk diberikan pelatihan secara intensif hingga ke Yogyakarta dan Solo.

”Sampai sekarang juga masih belajar. Sembari itu juga melakukan pemasaran dengan sering mengikuti pameran di Kudus, Semarang, Jakarta, Tuban agar batik kami semakin dikenal. Produk kami ini juga dibawa ke Amerika untuk dipasarkan di sana,” ujarnya.

Baca Juga Artikel Ini :

Langkah Strategis Batik Muria Untuk Bertahan Hadapi Persaingan

Muda Belia yang Sukses Usaha Batik Tulis Lasem

Diakui, batik tulis Blora ini masih belum sempurna jika dibandingkan batik tulis daerah lain. Namun hal itu menjadi pemicu para ibu di Posyandu untuk terus belajar, mengangkat budaya lokal berupa batik. Meski terbilang baru, batik Blora buatan PLH telah memiliki kekhasan. Terbukti hingga saat ini masih banyak peminatnya dan ada saja yang memesan.

Batik Blora aktif mengikuti pameran umkm”Yang paling banyak diminati motif bunga dan daun jati, motif bambu. Kebanyakan konsumen suka yang motif kecil-kecil. Kami mematok harga untuk satu potong kain mulai harga Rp 100 ribu hingga Rp 600 ribu,” katanya.

Ninik melanjutkan, setiap hari sedikitnya ada 3 orang perajin rutin membuat batik. Batik tulis Blora buatan PLH pun mampu laku hingga 50 potong setiap bulannya. Hal itu juga didukung oleh kualitas bahan pilihan. PLH biasa kulakan bahan baku produksi batik dari Solo.

Ciri khas batik tulis Blora terdapat pada warna yang cerah, batik hitam dan coklat khas Samin. Sejauh ini di Blora telah ada sekitar 35 perajin batik, yang mayoritas berasal dari PLH. Untuk produk batiknya PLH memiliki dua showroom, yaitu di Deskranada yang juga milik pemerintah, juga di Blot T yang sebagai pusat oleh-oleh di Blora.

”Strategi pemasarannya mulai dari mulut ke mulut masih kami lakukan, penawaran ke berbagai instansi, juga lewat pemasaran online melalui facebook dan BBM. Alhamdulillah hasilnya sangat lumayan untuk menambah kebutuhan rumah tangga,” paparnya.

Angkat Ekonomi Ibu Rumah Tangga

Potensi UMKM Kabupaten BloraSalah satu pembatik lainnya yaitu Kunika (33) yang juga mulai belajar batik dari Posyandu, kini telah memulai usaha batiknya sendiri. Sejak dua tahun lalu ia merintis usaha, dan Kunika pun mengaku tidak membutuhkan modal banyak.

”Awalnya bikin beberapa potong saja, tidak ada 10 potong. Tapi langsung coba jual, dan laku. Selanjutnya ikut pameran dan tetap melakukan penawaran di sekitar rumah yang ada di Gianti Kecamatan Sambong,” ujar Kunika.

Usahanya yang juga diberi nama Kunika Batik ini juga tergabung dalam satu cluster usaha batik di Blora. Baginya dengan bergabung dengan satu cluster dengan pengusaha batik lainnya di Blora justru menambah ilmu tentang usahanya. ”Dari sana saya justru mendapat pengalaman, juga inspirasi motif dan corak,” ungkap ibu satu putra ini.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini

Untuk menekuni bisnis batiknya itu, Kunika pun rela resign dari tempatnya bekerja sebelumnya. Setiap bulannya Kunika mampu menjual minimal 30 potong kain batik tulis buatannya. Belum lagi ditambah pesanan khusus.

”Tapi pernah sepi juga, sebulan laku 7 potong saja. Lewat online lah pembeli berdatangan dari berbagai daerah. Yaitu dari Semarang dan Jambi. Saya juga memperhatikan kemasan, misal dengan tas kertas dan plastik sablon. Itu sangat membantu promosi yang efektif untuk produk terlihat bagus dan mudah dikenali,” paparnya.

Adapun batik tulis yang dijual bermotif angguk sumur, pertamina, dan rangrang yang juga sebagai kekhasan Kabupaten Blora. Ia pun berharap, semua perajin batik tulis di Blora bisa saling support, guyub dan rukun sebagaimana para perajin di Solo.

”Saya juga ingin usaha mengembangkan usaha ke batik cap dan printing untuk membuka pasar seluas-luasnya. Agar harganya bisa lebih terjangkau dan semakin banyak masyarakat mengenal batik khas Blora,” imbuhnya.

Tim Liputan BisnisUKM
(/Ayu)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kudus