Kesuksesan Murti Rahayu Dengan Bisnis Sampingan Abon Lele

Kisah Sukses pengusaha Abon LeleIkan lele ternyata tidak hanya bisa diolah menjadi sajian sedap seperti digoreng atau masakan berkuah dengan bumbu pedas. Di tangan kreatif Murti Rahayu, daging lele bisa disulap menjadi abon lele dengan nilai ekonomi yang sangat menggiurkan. Bahkan, saat ini abon lele hasil buatannya telah mampu menembus pasar ekspor.

Awalnya Murti Rahayu hanya coba-coba membuat abon lele. Tapi siapa sangka bila ternyata citarasa abon lele tidak kalah enak dengan abon sapi. Banyak orang yang menyukai produknya, kata Murti seorang pengusaha kecil yang berasal dari Majenang Cilacap Jawa Tengah tersebut.

Selain terkenal sebagai daerah subur untuk pertanian, wilayah Majenang juga dikenal dengan perikanan daratnya. Air yang melimpah sangat mendukung pengembangan usaha kecil seperti salah satunya adalah budidaya ikan lele. Namun melimpahnya hasil budidaya ikan lele kerap tidak ditunjang dengan pemasaran serta kestabilan harga, sehingga banyak peternak lele yang jatuh bangkrut.

Kondisi seperti itulah yang menjadi sebuah keprihatinan tersendiri bagi Murti yang saat itu juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Perajin serta Pengusaha Kecil Majenang. Pada pertengahan tahun 2007, Terpikir oleh Murti sebuah ide bisnis untuk membuat olahan ikan lele yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan bisa dijual secara kemasan. Akhirnya Ia memutuskan untuk mengubah ikan lele menjadi abon.

Dibantu oleh putri bungsunya yang bernama Indira K Pramita (29), Murti pun akhirnya bereksperimen membuat abon lele. Percobaan pertamanya tidak sepenuhnya berhasil karena begitu sulitnya mengurangi kandungan minyak pada abon lele yang begitu tinggi. Sehingga abon pun akan cepat basi dan berbau tidak enak.

Selang beberapa hari, Murti menemukan mesin pres tangan yang bisa mengurangi kandungan minyak dalam abon lele. Sejak saat itulah Murti mulai berani merintis bisnis abon lele dan menawarkan hasil buatannya kepada tetangga dan temannya. Respon mereka setelah mencicipi pun positif.

Murti pun kini kian percaya diri. Tiga bulan setelah bereksperimen, Ia mulai berani memasarkan abon lele buatannya yang bermerek Nazelia ke supermarket yang ada di Majenang dan juga Cilacap. Respon pasarnya pun lumayan bagus. Dalam kurun waktu yang hanya tiga hari, abon lele buatannya sudah habis terjual. Permintaan pasar pun juga terus mengalir. Ia menjual abon hasil produksinya dengan harga Rp 13.000 setiap kemasan plastiknya seberat 100 gram.

Mulai Serius Menekuni Bisnis Abon Lele

Melihat hasil yang memuaskan seperti itu, Murti semakin serius menekuni bisnis abon lele. Selain peluang pasar yang terbuka lebar, bisnis sampingan membuat abon lele juga tidak membutuhkan modal yang besar pada tahapan awalnya. Hal ini didukung oleh harga ikan lele di Majenang yang relatif murah yaitu hanya Rp 11.000 per kilogramnya. Setiap satu kilogram ikan lele dapat menghasil 3 ons abon atau 3 kemasan. Setiap 1 kemasan dijual Rp 13.000 sehingga keuntungan kotor yang didapat tiga kali lipat. Keuntungan tersebut dikurangi biaya untuk pembelian minyak goreng dan juga plastik untuk kemasan.

Selain daging ikan lele yang diolah menjadi abon, kulit lele juga bisa dimanfaatkan menjadi keripik. Namun, jumlahnya masih sangat terbatas karena dari 10 kg ikan lele hanya bisa menghasilkan keripik kulit sekitar 15 bungkus dengan berat 100 gram.

Sampai enam bulan pertama, kapasitas produksi bisnis abon lele yang dirintis Murti hanya 3 kilogram saja per hari. Namun, seiring dengan permintaan dari konsumen yang terus meningkat dan pemasaran yang semakin meluas ke kota-kota besar seperti Semarang, Yogyakarta dan Purwokerto, kebutuhan akan bahan baku ikan lele pun semakin bertambah.

Sejak tahun 2009, abon lele hasil produksi Murti rata-rata setiap harinya menghabiskan 500 kilogram ikan lele setiap bulannya. Pasarnya pun kian luas hingga Bandung, Jakarta dan Denpasar. Untuk 10 kilogram ikan lele bisa diolah menjadi 3 kilogram abok lele dan setiap harinya rata-rata Murti bisa menghasilkan penjualan kotor sebesar Rp 300.000 hingga Rp 400.000.

Pada saat mengikuti pameran produk-produk khas Nusantara yang dilaksanakan di Jakarta pertengahan tahun 2009, produk abon lele buatan Murti dilirik oleh konsumen luar negeri. Salah satunya adalah seorang distributor makanan yang berasal dari Belanda. Sejak saat itu, Murti mulai dapat mengekspor abon lele buatannya itu ke Negeri Kincir Angin.

Dalam waktu satu bulan, rata-rata Murti bisa mengekspor abon lele ke Belanda hingga 10 kilogram. Ekspor tersebut dilakukan oleh Murti melalui distributor yang ada di Jakarta. Sebenarnya, ada permintaan produk abon lele dari Negara lain selain dari Belanda. Namun, karena belum modal yang terbatas dan Murti juga belum begitu memahami prosedur ekspor maka Ia belum berani untuk mengambil kesempatan tersebut.

Meskipun demikian, Murti sudah sangat bersyukur dengan semua yang telah diraihnya saat ini. Ia tidak menyangka abon lele buatannya yang terlihat masih sangat sederhana ternyata sudah mampu melanglang buana hingga ke Eropa.

Walaupun jumlahnya masih belum begitu banyak, namun Murti sudah sangat senang karena abon lele buatannya banyak disukai oleh orang bahkan sudah sampai luar negeri.

Informasi mengenai kesuksesan Murti Rahayu dengan bisnis sampingan abon lele tersebut dapat menginspirasi Anda yang sedang mencari ide bisnis sampingan. Selamat mencoba dan salam sukses.

Sumber gambar : https://nutroffish.files.wordpress.com/2010/05/0856223620x310.jpg

12 Komentar

  1. Assmlkm bu murti dan salam sejahtera.
    Saya ricko dan penjual abon ikan lele juga cuma masih kecil.
    Saya mau tanya gimana cara agar abon ikan lele saya bisa keluar negri dan di kenal masyarakt.
    Mohon masukkan bu murti. Trmksh

    • Dimana beli peniris minyaknya bu? Adakah harga yang miring karena saya jga bikin abon tp masih untuk kalangan sendiri.

  2. Pasti enak rasanya abon bikinan bu murti..
    Mau dong bu d ajari bikinnya n beli alat buat ngurangin minyaknya dimana bu..

Komentar ditutup.