
Salah satu pemilik usaha batik kayu itu adalah Ismiyati dan Suharja Prasetyo. Produk yang mereka hasilkan di antaranya wooden batik furniture, aneka kerajinan topeng, souvenir, kain warna alami, dan lainnya. Yang semuanya dikerjakan di rumahnya di Karang Gumuk, Jarum Bayat, Klaten.
”Ternyata gelang, kalung buatan saya laris. Dari situ mulai rutin membuat. Sedikit demi sedikit keuntungan saya juga membuat kain batik tulis. Bakat membatik saya peroleh karena latar belakang keluarga juga perajin batik,” tutur Ismiyati saat ditemuia Bisnisukm.com belum lama ini ketika mengikuti sebuah event di Kudus.
Baca Juga Artikel Ini :
Usai menikah Ismiyati dan Suharja membagi tugas. Sang istri yang berpengalaman dalam batik konsen di bagian produksi, dan sang suami bertugas untuk memasarkan. Kerja keras mereka pun membuahkan hasil. Orderan terus mengalir, baik dari wilayah Klaten, Yogyakarta, Jakarta dan Bali. ”Kebanyakan yang disetor ke Yogyakarta, Bali dan Jakarta itu topeng, ragam souvenir dan hiasan dinding lainnya,” ujarnya.
”Proses pembuatannya juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Misalnya untuk membuat miniatur Harley, mulai dari pemilihan bahan mentah kemudian di desain batik tulis, diwarnai, direbus juga untuk menghilangkan lilin. Lalu dikeringkan dibatik lagi, diwarna lagi sampai berulang kali. Selesai itu, direbus lagi, dikeringkan, divinising, diamplas 4 sampai 5 kali. Setelah itu disemprot impra. Sehari bisa mengerjakan Miniatur Harley maksimal dua buah. Belum proses membatiknya itu 3 hari. Jadi total 2 minggu,” paparnya.
Harley tersebut biasa diorder rutin dari sebuah perusahaan besar di Jakarta, setiap order maksimal 12 pcs yang dibandrol harga mulai dari Rp 40 ribu hingga Rp 95 ribu. Harga bervariasi itu tergantung besar kecilnya ukuran dan kayu yang digunakan.
Dengan dibantu 10 karyawan setiap harinya, usaha yang memiliki nama Ma’ruf Batik ini mampu rutin memasok produknya ke beberapa wilayah. Selain miniatur Harley juga mendapat pesanan rutin ke sebuah Masjid dan Pesantren di Jakarta berupa gantungan kunci yang harganya Rp 5000 per pcs.
”Kalau sedang ramai banyak orderan kami menambah 40 hingga 50 karyawan. Untuk setiap harinya, yang banyak diorder berupa kain batik, tempat minum, dan tempat tisu,” katanya.
Diakui kendala yang dihadapi adalah modal, dan saat musim hujan. Namun sejauh ini bukan menjadi kendala yang berarti.
BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini
Suharjo yang juga ketua UMKM se Jateng ini mengaku hanya membuat mebel meja dan kursi ketika ada yang pesan saja. Jika tidak ada, ia tidak berani membuat karena membutuhkan modal yang lumayan besar.
”Kami berharap usaha kami lebih berkembang dan maju. Semakin luas pemasarannya dan mampu merangkul masyarakat serta mengurangi pengangguran. Kami pun siap mengajari jika ada yang ingin belajar membatik. Silakan saja datang ke rumah kami,” pungkasnya.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Ayu)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kudus