Laris Manis Bisnis Jajanan Pasar Omset 200 Juta Sebulan!

Laris Manis Bisnis Jajanan Pasar Omset 200 Juta Sebulan!

Bisnis jajanan pasar termasuk salah satu peluang yang sejak dulu sampai sekarang masih menggiurkan untuk dijalankan. Rasanya hampir di seluruh wilayah Indonesia pasti ada pelaku bisnis jajanan pasar. Baik itu yang skala kecil sampai outlet-outlet besar yang memang khusus menjual aneka jajanan pasar.

Kalau ngomongin soal jajanan pasar, pasti kita akan teringat aneka kue tradisional mulai dari kue basah sampai kue kering. Meski tergolong dalam kelompok makanan tradisional, tapi eksistensinya nggak pernah ditelan oleh zaman. Kehadiran toko roti modern juga tidak serta merta menjadikan jajanan pasar tersisihkan. Bahkan sekarang banyak toko roti modern yang memodifikasi jajanan pasar jadi lebih kekinian.

Tapi yang namanya produk orisinal tetap akan melekat di hati penggemarnya. Jadi nggak heran kalau bisnis jajanan pasar itu masih eksis bahkan terus bertambah seiring para pecinta aneka kue tradisional juga semakin beragam. Rasanya yang khas, membuat para pecintanya ingin merasakannnya lagi dan lagi. Bahan-bahan yang akrab dengan lidah serta harga yang terjangkau, membuat jajanan pasar seolah nggak ada matinya.

Selain jadi camilan yang cocok jadi teman sarapan di pagi hari bersama secangkir teh ataupun kopi, berbagai jajanan pasar ini juga sering kita jumpai di acara-acara tertentu. Misalnya acara adat, pernikahan, kumpul keluarga, sampai kegiatan-kegiatan formal juga menjadikan jajanan pasar sebagai camilan yang wajib ada untuk hidangan.

Peluang Bisnis Jajanan Pasar

Kalau kita bahas soal peluang bisnis jajanan pasar, pastinya sampai sekarang masih terbuka lebar dan keuntungan yang bisa didapatkan cukup menjanjikan. Segmen pasar dari bisnis yang satu ini sangat luas. Mulai dari segmen pasar untuk konsumen individu, bisnis, dan kelompok untuk berbagai acara dan kegiatan yang rutin dilakukan.

Dari rentang umur, konsumen dari bisnis jajanan pasar juga beragam. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai lanjut usia masih bisa menikmati berbagai camilan khas jajanan pasar. Kalau kita amati, jajanan pasar tidak hanya cocok diburu saat pagi, tapi juga sore hari. Apalagi di momen bulan ramadan. Banyak yang mencari jajanan pasar sebagai takjil untuk menu pembuka buka puasa.

Belum lagi kalau kita bicara soal kebutuhan akan jajanan pasar sebagai isian snack box. Mulai dari acara arisan, seminar, kajian, dan berbagai acara lainnya yang kebanyakan selalu mengandalkan jajanan pasar jadi camilan untuk para peserta atupun undangan yang hadir dalam kegiatan tersebut. Jadi bisa dibilang, peluang bisnis jajanan pasar ini sangat menggiurkan dan tidak akan pernah kehilangan konsumen.

Memulai Bisnis Jajanan Pasar

Salah satu pengusaha yang sudah mencicipi manisnya keuntungan bisnis jajanan pasar adalah Dinda Rahmawati, pemilik Violetta Snack yang sudah berkecimpung di dunia bisnis jajanan pasar sejak tahun 2012. Beralamat di Gamping, Sleman, pada mulanya Dinda memproduksi sendiri beberapa jenis kue tradisional. Kemudian dititipkan ke toko snack, toko kue, dan outlet yang menjual aneka camilan dan jajanan pasar.

Seiring berjalannya waktu, Dinda memutuskan untuk membuka outletnya sendiri dengan tetap memproduksi beberapa jenis kue. Sembari menjalankan bisnisnya, Dinda mulai mengajak para ibu-ibu di lingkungan sekitarnya untuk memproduksi aneka jenis kue untuk kemudian dititipkan di outletnya. Tujuannya selain makin banyak para ibu-ibu yang berdaya dan mandiri secara finansial, Dinda juga bisa menjadikan mereka sebagai supplier tetap untuk bisnis jajanan pasar miliknya.

“Pas awal itu kami belum punya outlet, jadi hanya produksi kue di rumah, terus titip jual ke tempat lain. Tapi terus kepikiran buat buka outlet sendiri tapi tetap produksi kue brownies sama black forest. Buat ngisi jajanan di outlet, kami ngajak ibu-ibu di sekitar sini buat jadi supplier kami,” terang Dinda.

Perkembangan Bisnis

Dari yang semula super sibuk dengan memproduksi berbagai aneka kue untuk dititipkan ke toko lain, Dinda mengambil peluang bisnis jajanan pasar dengan membuka outletnya sendiri dan memberdayakan pengusaha perempuan di sekitar untuk menjadi suppliernya. Tidak hanya sekadar mengajak para ibu-ibu di sekitarnya, Dinda juga memberikan pendampingan dan pelatihan secara intens pada mereka.

“Ya kami adakan pelatihan dan pendampingan sama kelompok ibu-ibu di sini. Jadi gimana cara produksi makanan khususnya untuk jajanan pasar ini dengan baik dan memastikan kalau makanan yang dibikin itu bersih dan sehat. Setelah itu ada juga soal kemasan, pelatihan kemasan produk ini penting banget untuk menarik minat konsumen dan meningkatkan nilai jual produk,’ jelas Dinda.

Sampai sekarang sudah ada lebih dari 200 varian jajanan pasar yang tersedia di Violetta Snack. Jam operasional outlte Violetta Snack dimulai dari pukul 5 pagi dan tutup di jam 5 sore. Dalam durasi 12 jamm itu, di pertengahan hari ada proses retur dari supplier ke outlet. Terutama untuk produk kue basah yang tidak bisa tahan lama. Sementara untuk produk kue kering ataupun keripik disesuaikan dengan masa simpannya. Ada yang bisa sampai tiga hari, satu minggu, bahkan satu bulan. Model bisnis yang dipakai adalah konsinyasi atau titip jual.

“Kami marketing jalan terus, jadi makin banyak orang yang tau. Nggak cuma konsumen aja yang nambah tapi juga supplier juga makin banyak. Tapi untuk supplier baru kami nggak asal terima gitu aja. Ada cek kualitas dari sampel produk, penggunaan bahan tambahan pangannya apakah berlebihan atau tidak, kesesuaian harga. Contohnya ya kami ada 5 produk martabak, beda harga, beda isian, beda kemasan, beda-beda supplier, jadi konsumennya juga beda-beda,” tambah Dinda.

Omset Bisnis

Sejauh ini bisnis jajanan pasar milik Dinda, Violetta Snack, lebih fokus pada produk kue tradisional seperti lemper, arem-arem, kueku, kue lumpur, tapi juga tetap menyediakan aneka cake ataupun bakery secara umum misalnya chiffon cake, brownies, dan lainnya. Selama sembilan tahun berjalan, sudah bisa dipastikan kualitas produk Violetta Snack terjamin. Bukan tanpa alasan, seperti yang sudah dijelaskan Dinda kalau dalam menerima supplier ataupun produk tidak sembarangan.

“Kami sudah berdiri 9 tahun. Kualitas terjamin, produk berkualitas, tidak sembarangan terima produk, kami lakukan cek berkala, tips ada produk baru seleksi ketat. Pelayanan excellent, karyawan tanggap, dan pengantara cepat. Varian snack 200an dengan kualiatas dan harga beragam. Mulai dari seribu sampai empat ribuan, sesuai kualitas produk,” kata Dinda.

Sebelum pandemi, Violetta Snack bisa mendapatkan 7-8 juta sehari. Sudah termasuk pesanan snack untuk berbagai acara dari kampus, kantor, atau sekolah sebanyak tiga ribu sampai lima ribu kotak. Dalam sebulan omset sampai dua ratusan juta, pendapatan bersihnya 15-20% karena sistem konsinyasi. Di awal pandemi pesanan yang masuk turun drastis sampai 70% tapi sekarang sudah mulai stabil meski belum kembali seperti semula.

Itulah cerita Violetta Snack dalam merintis bisnisnya yang semoga bisa menjadi inspirasi untuk kamu dalam menjalankan bisnis. Bagikan juga tulisan ini ke teman kamu yang lain supaya makin banyak orang yang terdorong untuk terus mengembangkan bisnisnya.

Ikuti terus kisah menarik dari perjalanan para pelaku bisnis UMKM lainnya hanya di BisnisUKM.com

Apakah kamu juga ingin mencoba bisnis jajanan pasar?

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *