Seni pop art belakangan ini makin populer di Indonesia. Namun, jauh sebelum booming seperti saat ini, Surya Dermawan atau yang karib disapa Cak Sur telah menggeluti usaha di bidang seni pop art sejak tahun 2005.
Pop art memang sudah menjadi satu dalam jiwa Cak Sur. Meski awalnya, ia adalah seniman lukis penganut gaya realis dan dekoratif. Lewat keahliannya melukis pop art, alumnus Universitas Udayana Bali tahun 1980 itu, kini makin dikenal hingga membuatnya bisa ikut pameran hingga ke Melbourne pada tahun 2010.
Baca Juga Artikel Ini :
Seni pop art yang diusung Cak Sur memang berbeda dengan yang lainnya. Jika beberapa karya pop art umumnya menggunakan bantuan corel draw atau photoshop di komputer, karya Cak Sur justru 100 persen murni buatan tangan yang diaplikasikan lewat karya lukis di atas kanvas. Tak heran, karyanya ini diminati para pemilik kafe dan restoran.
“Banyak yang pesan, terutama kafe. Mereka ingin lukisan saya menjadi penghias interior kafe mereka sehingga pengunjungnya betah,” ujarnya kepada BisnisUKM.com di galerinya yang terletak di Sawangan, Depok, Jumat (13/5) malam.
Untuk satu lukisan pop art dihargainya antara Rp 3 – 5 juta. Harga tersebut tergantung besar kecilnya lukisan dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya. Dengan harga segitu, tak kurang omzet sekitar Rp 15 – 20 juta ia dapatkan dalam sebulan.
Pendapatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil melukis dengan gaya realis. Padahal, Cak Sur mengaku, kemampuannya melukis pop art didapatnya secara otodidak. Caranya dengan belajar pada beberapa buku, terutama karya seniman pop art dunia, Andy Warhol yang jadi idolanya.
“Kalau gaya realis saya belajar waktu kuliah. Tapi, saya liat sudah banyak yang bisa, jadi saingan juga cukup banyak. Makanya saya putuskan ganti dengan gaya pop art,” katanya.
Lukisan Pop Art Diminati Bankir dan Selebritis
Lukisan pop art gaya Cak Sur sangat berbeda dengan hasil cetakan komputer. Gaya lukisan tangan yang lebih humanis membuat lukisan pop art begitu hidup. Bahkan, salah satu pelaku industri desain grafis di Bandung yang cukup terkenal sangat menyukai karyanya. Begitupun sejumlah direktur bank dan selebritis Indonesia tak segan segan mampir ke galerinya.
“Banyak direktur bank yang pesan, biasanya buat kado perpisahan kalau mereka pindah tugas. Kalau artis, saya pernah buatkan gambar BCL (Bunga Citra Lestari), Titi DJ, Bang Ocit, Sony Wakwaw, hingga Cakra Khan,” jelasnya.
BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini
Cak Sur mengaku, untuk membuat satu lukisan paling lama bisa sampai lima hari. Biasanya obyek lukisan yang cukup banyak peminatnya adalah gambar Bung Karno, Iwan Fals, dan Benyamin S.
“Lukisan pop art itu kaya warna dan menggunakan teknik blok atau kubisme, sehingga tidak ada gradasi warna. Satu lukisan pop art minimal bisa 10 warna. Kalau lukisan realis paling banyak 5 warna,” bebernya.
Ingin Buat Pameran Tunggal
Karya-karya Cak Sur selain dijual di galeri, biasanya ia jual di pameran. Beberapa pameran di hotel-hotel pernah diikutinya. Namun, biasanya dilakukan bareng dengan seniman lain.
“Saya juga pernah pameran di luar negeri, dan tanggapannya cukup antusias. Orang Eropa tidak menyangka juga ternyata ada orang Indonesia yang bisa melukis pop art,” ucapnya.
Suatu saat, ia juga ingin membuat satu pameran tunggal. Asalkan ada sponsor yang mengurus semua keperluan yang ia butuhkan mulai dari penyiapan kanvas, ruang pamer, hingga akomodasi.
“Kalau ada sponsor yang mau mengurus silakan, saya sebagai seniman tinggal melukis saja. Kalau tidak ada, saya juga cukup puas dengan membuka galeri di sini,” tandasnya.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Dunih)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Depok