Lulusan ITB ini Raih Berbagai Penghargaan dari Jualan Beras

Lulusan ITB ini Raih Berbagai Penghargaan dari Jualan BerasTerlahir di keluarga petani beras Garut, Andris Wijaya (37) sukses mencatatkan diri sebagai pengusaha muda di tanah air yang berhasil mengangkat citra beras garut hingga pasar mancanegara. Sepeninggal sang ayah, Almarhum H. Dedi Mulyadi yang sejak tahun 1974 memperkenalkan beras Garut, awalnya Andris sempat ragu ketika diminta sang ibu untuk pulang ke kampung halaman.

“Ketika diminta ibu pulang, saya sudah bekerja sebagai karyawan dengan gaji cukup lumayan. Tapi setelah saya pikir ada benarnya juga, karena sayang, ayah sudah membangun pabrik dengan susah payah, sementara setelah beliau meninggal dibiarkan vakum begitu saja,” kata Andris. Padahal ketika dipegang sang ayah, beras Garut sempat mengalami kejayaan dan bisa mengirimkan beras hingga 57 ton per hari ke Jakarta.

Tak ingin usaha keluarga itu berhenti begitu saja, sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, Andris pun membulatkan tekadnya untuk pulang ke kampung halaman dan meneruskan usaha penggilingan beras yang sudah dirintis sang ayah. Dengan latar belakang lulusan Diploma III Politeknik Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Energi, tentu tak mudah bagi Andris untuk banting stir menjadi penjual beras.

Meski pria  kelahiran Garut, 6 Agustus 1979 ini sadar bahwa dunia beras sudah menjadi takdir hidupnya, namun ternyata itu tak membuatnya luput dari berbagai tantangan saat meneruskan usaha penggilingan padi milik ayahnya. Ia bahkan sempat tertipu hingga mengalami kerugian sekitar Rp 200 juta di awal-awal merintis usaha.

Pabrik penggilingan beras seluas satu hektare dari peninggalan sang ayah pun saat itu terpaksa harus dijual. Namun dengan memegang filosofi hidupnya “Kesuksesan dalam hidup adalah bisa bangkit dari kegagalan,” Andris tak langsung surut dalam melanjutkan usahanya. Sambil menunggu pembeli pabrik, Andris mempelajari ulang karakteristik beras garut. Langkah inilah yang menjadi titik awal kebangkitan Andris mengharumkan citra beras Garut.

“Penggilingan yang semula satu kali diubah menjadi tiga kali sehingga beras yang dihasilkan benar-benar bersih dan bebas dari kutu dan pasir,” ujar Andris yang juga mulai memperbaiki manajemen perusahaan dan memperbarui mesin pabrik.

Andris Menjadikan Beras Sebagai Oleh-oleh Khas Garut

Kisah pengusaha sukses nasi liwet instanDari situ, Andris mulai berpikir jika menjual beras curah suatu ketika akan diganti dengan merek lain pun Ia tak mengetahui, Padahal beras yang dihasilkan dari garut kualitasnya di atas rata-rata. Dari situ Andris berpikir untuk menjadikan beras garut sebagai oleh-oleh khas daeragnya. Tapi bagaimana caranya?

Berawal dari ide tersebut, Andris pun mencari cara untuk bisa melahirkan produk makanan dari beras yang bisa mengangkat nama beras garut. Ia punmulai melakukan riset di tahun 2011, dan mendapatkan kesimpulan bahwa makanan khas Jawa Barat yang digemari masyarakat adalah nasi liwet.

Bermodalkan uang Rp30 juta, Andris mencoba menemukan formula nasi liwet instan yang pas dilidah masyarakat. “Nasi liwet instan sebuah produk unik, belum pernah ada, dan praktis seperti layaknya mie instant yang mudah dibawa ke mana-mana,” ucapnya sembari tertawa.

Setelah menemukan formula yang pas untuk membuat nasi liwet instan, Andris tak sungkan membawanya ke restoran-restoran ternama di daerahnya dan membandingkan citarasa keduanya. “Hingga suatu saat, ada yang mengatakan bahwa nasi liwet buatan saya lebih enak dari restoran. Sejak saat itu, saya pun percaya diri untuk mengembangkannya,” kata dia.

Dari pergelutan panjangnya, Andris pun mendapatkan formula nasi liwet yang hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk membuatnya dengan bumbu instant, dan setelah setengah tahun bereksperimen, tepatnya pada bulan Juli 2011 Andris mendaftarkan produknya pada Dinas Kesehatan dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Semenjak itu Andris tak sungkan mempromosikan  nasi liwet yang diberi nama 1001 ini ke berbagai tempat. Meski sering di tolah toko-toko. Karena sering ditolak para pemilik toko, ia pun tak segan untuk memberikan gratis nasi liwet 1001 bagi toko yang mau memajang produknya.

Hingga suatu hari ia mendapatkan ide untuk mendatangi kantor pemerintahan, hingga akhirnya Ia mendapatkan sebuah peluang untuk ikut event pameran. “Pada suatu pameran, mantan Wakil Bupati (Wabup) Garut Dicky Chandra memborong seluruh produk saya. Di sanalah titik awal popularitas nasi liwet instant dimulai. Setelah Pak Dicky memborong produk saya, nama nasi liwet instant 1001 mulai dikenal dan diburu konsumen,”  ujar Andris.

Terus Berinovasi Hingga Sasar Luar Negeri

Kendati sudah berhasil mempopulerkan nasi liwet instant ini, Andris tak lantas berpuas diri. Ia terus mengembangkan varian rasa baru dan mencari formula yang bisa menjadikan nasi liwet instan bisa langsung dinikmati dengan sekali seduh saja, seperti mie instant.

Sembari terus berinovasi, berbekal kejeliannya melihat pasar Andris mulai belajar menyasar pasar luar negeri. Melalui situs toko online yang ia buat sejak tahun 2012, Andris mendapatkan permintaan dari luar negeri, seperti misalnya dari Malaysia, Singapura, Australia, Thailand, Dubai, hingga Amerika Serikat mulai berdatangan sejak 2014.

“Hal ini cukup mengejutkan, karena nasi liwet buatan saya juga digemari di Dubai dan Amerika Serikat,” tuturnya dengan bangga.

Kesuksesan yang Andris raih saat ini tentu tak hanya mengharumkan nama beras garut saja, tapi juga memberikan peluang kerja bagi orang-orang di sekitarnya. Jika di awal-awal usaha ia hanya mempekerjakan tiga orang karyawan, sekarang ini Andris memiliki 270 orang tenaga kerja dengan kapasitas produksi sekitar 1.500 kemasan nasi liwet instant atau kurang lebih 6 kuintal beras garut.

Perjuangan panjang Andris dalam mengangkat citra beras Garut beserta peran sertanya dalam pemberdayaan masyarakat, membuat suami Rully Putri Mustika ini dianugerahi puluhan penghargaan dari pihak swasta maupun pemerintah. Yang terakhir, baru-baru ini ia juga terpilih sebagai salah seorang peraih Danamon Sosial Enterpreneur Award 2016.
Apa yang dilakukan Andris adalah upaya dirinya untuk ikut  membangun negeri. Bukan sekadar untuk kepuasan diri sendiri, namun yang terpenting adalah berbuat hal terbaik bagi orang-orang di sekitarnya.