Jakarta – Tanri Abeng University (TAU) punya cara tersendiri untuk mengeksplorasi kemampuan mahasiswanya berwirausaha serta melatih mereka menjadi pengusaha yang sukses di masa mendatang. Melalui wadah Business Innovative Club (BIC), TAU melatih mahasiswa untuk memiliki jiwa enterpreneur dan career ready professional.
Menurut salah satu pengurus BIC, Amadeo Adhya Kusuma, anggota unit kegiatan mahasiswa ini ada yang bergerak secara berkelompok dan ada juga yang bergerak secara individu. “Begitu peran dosen disini memberikan keleluasaan para mahasiswa yang tegabung dalam BIC untuk mandiri dan mengeluarkan segala kreatifitasnya,” kata pria yang akrab disapa Deo ini.
Ditambahkannya, hal demikian justru para mahasiswa yang memiliki hasrat dan semangat untuk belajar menjadi career ready professional untuk menghadapi tantangan nasional, regional dan global.
Baca Juga Artikel Ini :
Deo menambahkan, secara keseluruhan mahasiswa yang ikut serta dalam program BIC ini secara tidak langsung mendapatkan pelajaran yang paling berharga. “Yaitu pengalaman itu sendiri. Dari situ mereka dapat mengerti kondisi perekonomian negara dan dapat mengadaptasikan bisnis mereka pada era MEA ini,” ujar mahasiswa Corporate Communication batch 3 ini.
Adapun contoh beberapa bisnis yang dibangun mahasiswa di BIC ini antara lain mulai dari bisnis travel, desain grafis dan ada juga bisnis makanan ringan. “Masing-masing bisnis yang mereka bangun ini , dalam mempromosikannya lebih sering menggunakan sosial media. Karena kita tahu media sosial itu tidak membutuhkan biaya dan luas jangkauannya dalam hal promotional,” terangnya.
Kendati demikian, lanjutnya, tidak ada kerjasama pihak manapun disini. “Hal tersebut sudah disampaikan oleh dosen pendamping BIC, dimana mendorong mahasiswa untuk berbisnis dan setelah bisnis mereka berjalan, kita lepas mereka ke dunia bisnis yang sesungguhnya. Seperti induk singa yang merawat anaknya saat kecil dan melepaskannya saat sudah siap menjadi raja hutan,” urainya.
Target Market anggota BIC di era MEA
Terkait kondisi perekonomian sekarang ini semakin tajam , BIC melihat adanya opportunity atau kesempatan bagi anggotanya untuk terjun langsung di dunia bisnis di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Bisnisukm.com pun berkesempatan mewawancarai beberapa pentolan dari beberapa kelompok bisnis yang tergabung dalam BIC. Diantaranya Dimas Kalimasyada dari Titanium Tour, Fadli Nur Hamdani dari Good Moring (makanan ringan serta Amadeo Design.
Menurut Dimas, dirinya beralasan mengembangkan bisnis kami di bidang travel agency ini, karena target market tidak hanya datang dari Indonesia saja tetapi juga dari luar negeri yaitu dari 10 negara ASEAN tersebut. “Mungkin kedepan kami bisa membawa turis-turis asing untuk berwisata ke Indonesia. Jadi tour dua arah ini cukup menimbulkan perspektif sehingga kami melihat MEA ini adalah the best timing untuk mengakselerasi bisnis kami,” kata Dimas.
Dimas menambahkan, di zaman yang semakin kompetitif, kelompoknya bernisiatif untuk menciptakan peluang dengan mendirikan start up business. “Alasannya adalah karena kami ingin melatih kemandirian kami sebagai mahasiswa perantau, sekaligus memenuhi kebutuhan hidup kami di Jakarta. Namun, ternyata, bisnis kami mendapatkan respon yang cukup baik dari customer,” bebernya.
Akhirnya, dirinya merubah tujuan kami yang tadinya hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, sekarang Titanium Tour memiliki niat dan tujuan utama untuk melayani dan membantu sahabat traveller untuk mewujudkan keinginan jalan jalan ke luar negeri dengan budget yang sangat terbatas, terutama ke Singapore dan Malaysia.
“Karena pada dasarnya, kami adalah travel agency yang memasang tarif yang murah. Selain itu, kami juga menerapkan konsep “tourmate” yang dimana customer sudah kami anggap sebagai teman sendiri. Pada akhirnya, customer merasakan kenyamanan dan kebahagiaan tersendiri bisa jalan-jalan bersama kami.”
Dimas mengaku sangat enjoy untuk menjalankan bisnis yang penuh dengan refreshing ini. Setiap yang kita kerjakan tujuan utama nya adalah liburan dan refreshing. “Sehingga kami merasa pekerjaan ini adalah hobi yang dibayar.”
Sementara itu, Fadli Nur Hamdani dari Good Moring yang menjalankan bisnis makanan ringan ini mengaku sudah merintis sejak semester 1 masa kuliahnya. “Awalnya saat itu bisnis kami yaitu tahu pedas. Namun kami menyadari bahwa kami harus mulai berbisnis sendiri, bisnis tahu tersebut dimiliki oleh kakak kelas kami yang diturunkan kepada kami, pada saat itu kami berfikir ingin berbisnis apa, awalnya selama hampir 1 minggu kita bingung karena memiliki ide tapi masih tidak yakin dengan apa yang ingin kita lakukan,” ungkapnya.
Setelah itu, Fadli mulai berfikir untuk bagaimana caranya membuat produktif masyarakat di kampung kita. “Maka kami sepakat untuk membuat bisnis sekaligus memajukan Usaha Kecil Menengah di kampung kami yaitu di Garut, dan kita menemukan makanan yang jarang dijual di luar garut yaitu adalah Moring, dan pada saat itu kita mulai berjualan moring di kampus dan mendapatkan hasil yang menguntungkan,” ungkapnya.
Fadli menambahkan, sebelum menjajakan moring sudah membuat data serta mengkalkulasikan resikonya. Dimana awalnya mereka melihat pasar di kampus, apakah moring ini bakal laku atau tidak, ekspektasi kita tidak terlalu tinggi pada saat itu. “Ternyata pada saat kita memesan moring sebesar 10 kg dikirim dari Garut, setelah kami packing dan dijual mendapatkan respon yang tinggi di kampus, dan pada saat itulah kita mulai serius menekuni bisnis moring ini,” cetusnya.
Selain karena keuntungan dari moring ini, tujuan mereka adalah memajukan UKM di Garut khususnya dalam bidang makanan, serta memotivasi para mahasiswa TAU agar bergerak melakukan suatu bisnis, serta menjadikan moring ini dikenal di masyarakat nasional bahkan target kita 4 bulan kedepan ingin ke internasional.
Hal yang sama juga dilakukan Deo dalam memilih bisnis desain dengan bendera Amadeo Design. “Alasannya sebenarnya banyak, tetapi yang paling utama adalah selain saya lulusan dari Graphic Design Workshop dan bersertifikat, saya juga menyadari bahwa pentingnya suatu design logo, web dan publication tools didunia bisnis dan organisasi. Sehingga jasa yang saya jual juga dapat mendukung keaktifan bisnis di Indonesia , ASEAN dan seluruh dunia,” papar Deo.
Amadeo’s Design berasal dari nama dirinya yaitu Amadeo Adhya Kusuma. “Saya mengambil nama bisnis saya ini dari nama saya sendiri karena “Amadeo” itu sendiri artinya ‘Hadiah dari Tuhan’ , jadi saya menganggap bahwa bisnis yang saya buat dan saya jalani ini semata-mata karena Tuhan dan hadiah dari Tuhan,” ucapnya.
Awalnya Deo kurang yakin untuk menjalankan bisnis ini. “Tetapi saya merasa sia-sia apabila sertifikat yang telah saya miliki tidak saya gunakan semestinya.
Tantangan Yang Dihadapi
Ketiga bisnis kreatif mahasiswa TAU ini ternyata memiliki kendala dalam persoalan Modal. Menurut Deo, keterbatasan modal adalah masalah yang dirasakan saat ini. “Ketika kita ingin mengembangkan bisnis ini, kita membutuhkan modal yang tidak sedikit, maka dari itu kita sedang mengusahkan untuk mencari dana dengan cara fund raising,” terangnya.
BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini
Yang kedua adalah team, di dalam team apalagi ketiga bisnis tersebut ada yang ber 3. “Tidak mudah untuk menjalankan bisnis dengan dijalankan oleh 3 orang, membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk menemukan irama di dalam sebuah team,” jelasnya.
Disamping itu, terkait tantangan di bidang desain grafis, menurutnya selain kompetitor, tantangan yang berat adalah perilaku konsumen yang berubah-ubah.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Puji)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Jakarta