
Gentong identik sebagai tempat air yang tidak memiliki nilai jual tinggi. Tapi, ditangan sepasang suami istri, Ritta Apriyanti dan Rico, gentong berubah menjadi panorama alam yang indah dengan nilai jual yang tinggi.
Ya, curug gentong begitu kerajinan dari gentong ini dikenal oleh kalangan masyarakat dan kini semakin masyhur di sekitar Depok, Jawa Barat. Pembuatnya adalah Ritta Apriyanti yang membuka workshop di rumahnya di bilangan Kompleks Samudera Indonesia, Depok.
Dinamai curug gentong, karena bahan utama pembuatan kerajinan ini adalah gentong. Gentong yang telah dilubangi beberapa bagiannya kemudian diberi guratan atau tempelan semen agar menyerupai tebing air terjun. Untuk menambah keindahan Rita biasanya menambah aksesori seperti, rumah, pohon, jembatan, dan lampu. Dengan beragam hiasan itu, curug gentong yang telah diberi air dan mesin itu enak dipandang mata dan menimbulkan kesejukan di ruang tamu.

“Kalau buat naruh ikan juga bisa, tapi kalau untuk aquarium biasanya kita beri kaca di depannya,” ujarnya kepada tim liputan bisnisukm.com di rumahnya, Jumat (1/5).
Rita mengaku, keahliannya ini dimulai secara iseng-iseng. Saat itu dia melihat gentong di depan rumah makan yang tidak dipakai. Kemudian dia memintanya, dan mulailah ia mencoba membuat kerajinan curug gentong.
“Sebenarnya saya juga buat rumah barbie dan produk kerajinan daur ulang lainnya dari kertas dan koran bekas. Tapi, yang paling laku ya curug gentong. Nah, mulai tahun 2003 saya fokuskan membuat curug gentong,” kata ibu dua anak itu.
Hasil perdana kerajinannya itu kemudian diletakkan di ruang tamu rumahnya. Tak disangka banyak kerabatnya yang berminat. Ia pun kemudian memutuskan membuat kerajinan itu secara massal.
Modal Gentong yang Terbuang, Kini Omzetnya Puluhan Juta

Dengan dibantu 3 tenaga kerja ditambah pengawasan Rita dan suaminya Rico, kerajinan curug gentong ini terus berkembang. Dalam satu minggu mereka bisa memproduksi 12 unit curug gentong dengan harga mulai dari Rp 200 ribu yang ukuran kecil hingga Rp 2 juta dengan ukuran besar. Dengan harga yang cukup fantastis itu, Rita mampu mendapatkan omzet kotor antara 30-40 juta per bulan.
Untuk mendongkrak penjualan curug gentong, Rita juga aktif mengikuti pameran baik di tingkat Depok hingga ke Batam. Popularitas karyanya membuat banyak turis asing seperti dari Singapura, Filiphina, hingga Jepang yang datang ke rumahnya untuk membeli kerajinan curug gentong. Beberapa pembeli juga datang dari luar jawa, termasuk dari Timika.
Lewat beragam pameran dan festival pula Rita banyak menyabet penghargaan bergengsi seperti, Penghargaan sebagai Finalis dalam Pekan Produk IKM Kota Depok dan Pemberian Penghargaan IKM Inovatif 2010, Penghargaan Kategori Stand Peserta Favorite (The Best Performance) Festival Depok Kreatif 2012, dan Sebagai Pemenang dengan Kategori Industri Terkreatif dalam Festival Depok Kreatif 2012. Tidak hanya itu, sejumlah penghargaan juga ia dapat dari Pemprov Jawa Barat sebagai Juara 2 Desain Terunik tahun 2006.
Dengan banyaknya penghargaan yang Ia terima, saat ini Rita semakin termotivasi membuat bisnis kerajinan yang lebih bermutu. Sejumlah inovasi produk pun terus dilakukan agar konsumen tidak bosan dengan model yang itu-itu saja. Inovasi produk juga dilakukan agar produknya berbeda dengan kompetitor baru.
“Banyak juga yang datang foto-foto, terus kemudian mencoba membuat seperti buatan saya. Tapi, karena hasilnya beda dan kurang diminati konsumen, mereka akhirnya hilang begitu saja,” katanya.
Ia juga mengaku ada beberapa kendala dalam usahanya. Salah satunya soal sulitnya mencari sumber daya manusia (SDM) yang mahir dan telaten membuat kerajinan curug gentong. Karena itu ia juga tidak pelit membagi ilmunya kepada generasi muda dan mahasiswa yang ingin belajar kepadanya. Untuk kursus membuat curug gentong, peserta hanya cukup membayar Rp 3 juta. Jika berbakat dalam seminggu biasanya peserta sudah mahir membuat curug gentong.
Rita juga membuka kesempatan kepada orang lain bekerjasama dengannya untuk menjadi reseller. Caranya dengan membeli 10 produk darinya, orang sudah bisa menjadi reseller. Tentunya dengan diskon khusus yang berbeda dengan harga jual pada umumnya. Dengan menjadi resseler, produk yang tidak laku juga dapat ditukar dengan model lain.
“Kita di sini juga memberikan fasilitas antar dan pasang barang. Jadi, pembeli tidak perlu bingung memasangnya. Kalau pakai titipan, takut pecah karena barangnya sangat rentan benturan,” tutupnya.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Dunih)
Kontributor Depok