Memberdayakan Warga Melalui Batik Jenggolo

Bermula dari keinginan untuk memberdayakan masyarakat yang berada di lingkungannya, Ir. Tien S. Hendro (63) memprakarsai berdirinya sebuah sanggar yang membuat pelatihan batik pewarnaan alami bagi kelompok lanjut usia (lansia). Sebagai seorang praktisi yang sudah berkecimpung puluhan tahun dalam bidang batik, Ibu Tien merasa terpanggil untuk menularkan ilmu batik yang dimiliki kepada warga di lingkungan tempat tinggalnya, yakni wilayah Pandeyan Yogyakarta.

Apa yang menjadi keinginan dari ibu tiga orang putra tersebut memperoleh dukungan langsung dari pemerintahan Kelurahan Pandeyan yang tergabung dalam Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Saka Widya. Dukungan yang diperoleh adalah dengan dilaksanakannya pelatihan batik pewarnaan alami bagi kelompok lansia di salah satu RW Kelurahan Pandeyan pada bulan Mei 2009. Bermula dari situ, Ibu Tien dan para lansia anggota pelatihan sepakat untuk mendirikan sebuah sanggar batik yang diberi nama Sanggar Batik Jenggolo.

Batik Jenggolo

“Kenapa kita namai Jenggolo? Karena sebetulnya kebanyakan anggota kami berasal dari wilayah Golo (salah satu kampung di Pandeyan), selanjutnya kami sepakat untuk dinamai Jenggolo, yang artinya diajeng dari Golo,” jelas Ibu Tien kepada tim liputan bisnisUKM, Senin (26/8). Selain sebagai pengisi waktu luang dari para anggotanya yang seluruhnya ibu-ibu rumah tangga, Ibu Tien juga memiliki motivasi mengenalkan batik kepada anak muda. Beliau menyadari bahwa perkembangan teknologi dewasa ini sudah mengikis jiwa anak muda kebanyakan untuk mencintai budaya batik, yang dikenal sebagai warisan asli budaya Indonesia.

Panggilan Untuk Melestarikan Batik Tradisional

Rasa keprihatinan terhadap kurangnya respon dari generasi muda untuk melestarikan batik tradisional membuat Ibu Tien secara tekun dan telaten mengajari para ibu-ibu di wilayahnya agar bisa membatik. Dengan banyaknya orang yang mengusasi teknik serta karakter batik tradisional Ibu Tien berharap mereka juga bisa menularkan ilmu yang dimiliki kepada orang lain, khususnya generasi muda. “Manfaat dengan kita menekuni batik tradisional selain bisa ikut serta dalam pelestarian budaya Indonesia, juga bisa membatu perekenomian keluarga, apalagi batik tradisional (batik tulis) harganya cukup tinggi,” lanjutnya.

Atas dasar itulah, Ibu Tien tidak henti-hentinya menggalakkan pelestarian batik khususnya di lingkup tempat tinggalnya. “Fokus kami di Sanggar Batik Jenggolo adalah memproduksi berbagai produk batik yang siap pakai maupun bahan pakaian, pada perkembangan berikutnya juga melayani berbagai pesanan produk batik maupun jasa pencelupan warna alam dan sintetis,” terang nenek 5 orang cucu tersebut.

Proses Produksi Batik JenggoloDidukung 8 orang tim produksinya, kini Sanggar Batik Jenggolo juga membuka program pelatihan membatik bagi siapapun yang berminat. “Kami membuat beberapa pilihan paket pelatihan seperti ‘paket sapu tangan’, ‘paket selendang scraf’, ‘paket selendang besar’ yang juga membaginya pada dua pilihan pencelupan warna alam dan sintetis,” imbuh Ibu Tien. Apresiasi dari apa yang telah dilakukan oleh Ibu Tien tidak hanya datang dari masyarakat di sekitarnya, belum lama ini beliau juga dianugerahi penghargaan sebagai salah satu Motivator Pemberdayaan Perempuan Tingkat Nasional tahun 2013. Sungguh sebuah prestasi yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi Ibu Tien serta masyarakat di lingkungannya.

Tim liputan bisnisUKM