Membuat Kerajinan Akar Keladi Air Khas Kalbar

Mulai membuat kerajinan akar keladi air sejak tahun 1986, waktu itu pengusaha sukses yang akrab dipanggil Intan ini masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Memanfaatkan tanaman keladi air yang mudah didapatkan di sepanjang tepian Sungai Kapuas, tanaman jenis ini hidup dengan menumpang pada tanaman lain.

Vas bunga dari akar keladi air

“Semakin tinggi pohon yang ditumpangi, semakin panjang akar keladi air yang didapat,” kata Intan.

Semenjak bergabung menjadi salah satu UKM binaan Disperindag Kota Pontianak, Intan mulai rutin membuat kerajinan dari bahan akar keladi air berdasarkan pesanan. Produknya berupa vas bunga, gantungan kunci, Pokok Telok, keranjang, topi, tas wanita, hingga hiasan dinding berbentuk Udang.

Dengan harga jual mulai dari Rp 5.000- Rp 250.000, seriap bulannya  intan bisa meraup omzet per bulan sekitar Rp 1 juta- Rp2 juta dari bisnis kerajinan akar keladi air. “Sejak dibina oleh Disperindag Kota Pontianak, pemasaran produk saya jadi lebih gencar dan sering diikutkan pameran UKM oleh Disperindag,” kata Intan.

Proses produksi kerajinan akar keladi air

Intan menambahkan, terkadang produknya belum habis terjual tapi sudah ada lagi yang memesan. Disperindag Kota Pontianak juga membantu peralatan berupa kompor gas, dandang, gypsum, dan bor untuk membuat kerajinan dari akar Keladi Air.

Dari sekian banyak produk yang dipasarkannya, komoditas unggulan yang banyak diminati masyarakat yakni vas bunga dan bunga tangkai, yang mana bentuk dan ukuran tiap tangkai harus persis sama. Terkadang, jika membuat vas bunga bentuknya tidak bagus terpaksa dirombak.

Intan mengaku, paling sulit adalah membuat hiasan dinding berbentuk Udang. Harus dikerjakan dengan telaten dan sangat berhati-hati agar jangan sampai salah. “Saya membuatnya mulai dari kepala Udang terlebih dahulu,” ujar Intan.

Memproduksi Kerajinan Akar Keladi Air Sesuai Pesanan

Kerajinan akar keladi air

Selama menjalankan bisnis kerajinan akar keladi air, Intan mengaku ada beberapa hotel yang mulai rutin memesan keranjang butannya. “Hotel star Pontianak memesan keranjang buatannya untuk tempat menggoreng kentang sebanyak 300 buah,” terangnya.

Meski dalam proses produksinya telah dibantu karyawan lepas sebanyak 6 orang, namun sampai hari ini Intan hanya bisa membuat produk dalam jumlah terbatas berdasarkan pesanan konsumen. Intan tidak pernah menjual produk untuk dijual langsung. Ia juga belum berani membuat produk dalam jumlah banyak karena belum sanggup memenuhinya. Selain itu, minimnya modal masih menjadi kendala klasik yang dihadapi pelaku UMKM seperti dirinya.

Untuk memperluas jaringan pasar, Intan terbilang aktif mengikuti berbagai event pameran UKM. “Kadang saya titip barang di berbagai pameran yang diikuti Pemerintah Kota Pontianak, seperti di Jakarta, Batam, Dumai, Ketapang, dan lain-lain. Tahun lalu saya mendapat kesempatan mengikuti pameran INACRAFT 2015, dan berangkat ke Jakarta,” tuturnya.

Kini, produk hasil karyanya sudah dijual ke hampir seluruh wilayah di Kalimantan Barat seperti wilayah Sanggau, Sintang, Bodok, Melawi, Ketapang, Sambas, Singkawang, Paloh, hingga tembus ke pasar Malaysia.

“Ke depan, saya ingin memproduksi lebih banyak lagi barang dan punya stok yang cukup di rumah,” harap Intan.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Vivi)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kalimantan Barat