Mencicipi Bakpia dan Yangko Khas Yogyakarta

Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota budaya dan pariwisata ternyata menyimpan kekayaan makanan khas yang cukup beragam. Salah satu makanan yang menjadi icon kota Yogyakarta adalah bakpia. Ketika kita menyebut nama bakpia, tentu kita sudah terbayang kenyamanan kota Yogyakarta. Makanan legit tersebut memang sangat populer sebagai khasnya kota pelajar, meskipun di beberapa kota lain memiliki makanan serupa seperti pia. Saking populernya bakpia, banyak sekali jenis dan merk dagang yang beredar di seantero wilayah Jogja. Kita mengenal bakpia pathuk yang selama ini menjadi oleh-oleh khas wisatawan ketika berkunjung ke Yogyakarta. Namun, seiring makin berkembangnya industri bakpia, banyak juga bermunculan merk dagang lain yang ikut ‘meramaikan’ kompetisi kuliner tersebut, salah satunya Bakpia 82.

bakpia jogja

Mengembangkan usaha bakpia sejak tahun 2000, Bakpia 82 sebenarnya bukan ‘pemain’ baru di bisnis kuliner. Usaha yang sudah dijalani secara turun temurun tersebut sebelumnya menekuni pembuatan yangko yang kini juga menjadi salah satu makanan khas Kotagede. Yangko Pak Prapto yang sudah berdiri sejak 1921 menjadi brand mereka sebelum terjun ke dunia bakpia. Bahkan bisa dibilang Yangko Pak Prapto menjadi salah satu ‘legend’ di makanan berbahan tepung ketan tersebut. Saat ini Yangko Pak Prapto memiliki 5 macam variasi rasa, yaitu durian, nangka, cokelat, jeruk, dan wijen.

yangko pak prapto

Ketika tim bisnisUKM mengunjungi lokasi produksi di Gambiran Yogyakarta (28/2), kami disambut oleh Sdr. Ganda (37) yang menjadi generasi kelima dari bisnis lintas generasi tersebut. Menurut Sdr. Ganda yang merupakan putra Pak Prapto, bisnis bakpia tersebut memang menjadi pengembangan produk usahanya selain Yangko Aneka Rasa. “Selain mencari pasar, kami juga berkeinginan untuk ikut ‘meramaikan’ usaha bakpia yang kini berkembang di banyak lokasi di Jogja,” kata Sdr. Ganda. Alhasil, nama Bakpia 82 yang kemudian dipilih untuk menjadi brand untuk usaha bakpianya. Nama 82 tersebut diambil dari nomer rumah ayahnya di Kotagede.

bakpia telo ungu

Menurut Sdr. Ganda, saat ini untuk pengelolaan produksi bakpia sendiri dipegang oleh Ibu Isrodiyah (48). Namun untuk lokasi produksi bakpia tersebut sama dengan lokasi produksi yangko aneka rasa. Dengan tenaga produksi sebanyak 7 orang, Bakpia 82 mampu memproduksi 100 dus bakpia setiap harinya. Sementara untuk yangko bisa mencapai 200 dus dalam sekali produksi. Bakpia 82 kini memiliki empat variasi rasa, yaitu bakpia kacang ijo, bakpia isi keju, bakpia isi coklat, dan bakpia telo ungu. Bakpia yang berbahan dasar telo ungu menjadi salah satu penemuan terbaru dari Bakpia 82. Baru di tahun 2010 kemarin, bakpia unik tersebut dikenalkan kepada masyarakat. “Pada awal kami perkenalkan bakpia telo ungu ke masyarakat, responnya sangat bagus sehingga kami makin mantap untuk memproduksinya,“ jelas Sdr. Ganda yang mengaku memproduksi bakpia telo ungu sebanyak 25 dus setiap harinya.

produksi bakpia

Harga yang ditawarkan untuk produk bakpia dan yangko juga bervariasi, antara Rp. 8.000,00-Rp. 17.000,00 tergantung rasanya. Saat ini, untuk pemasaran Ganda mengaku sudah memiliki toko yang terletak di Jalan Pramuka Yogyakarta. Namun, selain memasarkannya di toko, Ganda juga menerapkan sistem konsinyasi di beberapa toko yang ada di Kotagede dan Bandara Adisutjipto. Dan mulai tahun kemaren, Ganda yang didukung juga oleh istrinya mulai menggunakan sistem pemasaran online dalam mendukung pemasaran produknya. “Kami memulainya dari jejaring sosial untuk mengupdate produk baru kita, dan berharap secepatnya bisa memiliki web pemasaran sendiri,” imbuh Sdr. Ganda yang kini juga menekuni ternak burung love bird tersebut.

Pameran yang diselenggarakan pemerintah juga sering menjadi target pasar bagi Ganda dalam memasarkan produk-produknya. Bandung, Surabaya, dan Jogja sendiri menjadi daerah yang pernah menjadi ‘persinggahan’ produk-produk andalannya tersebut. Meskipun banyak produk yang sejenis, namun dengan mengutamakan kualitas produk dan variasinya, Ganda merasa optimis produk bakpia dan yangkonya tersebut akan tetap bertahan sebagai salah satu khas oleh-oleh dari kota gudeg.

Di akhir wawancara, Ganda mengaku omzet yang diperoleh usahanya tersebut sekitar 20-an juta per bulan. Namun, dengan makin mahalnya bahan baku produksi saat ini, Ganda harus mensiasatinya dengan baik agar tidak merugi dalam bisnisnya.

Tim liputan bisnisUKM