Memiliki suami yang berprofesi sebagai dokter ternyata tidak membuat Supartini atau yang lebih dikenal dengan sapaan Tien Soebandiri merasa nyaman dengan semua fasilitas yang ada. Untuk mengisi waktu luangnya ketika ditinggal suami bertugas diluar rumah, Ibu empat anak ini sengaja mengikuti berbagai macam program kursus keterampilan untuk menyalurkan hobi dan bakat yang dimilikinya. Mulai dari pelatihan merangkai bunga potong, membuat kreasi bunga kering, kursus kecantikan, kursus tata rias pengantin, dan lain sebagainya. Semua ilmu dan keterampilan yang Ia dapatkan lalu dipraktekan langsung untuk menyalurkan hobinya yang belum sempat direalisasikan sebelumnya.
Bersama dengan tiga rekannya, Tien berinisiatif menyalurkan hobinya memanfaatkan limbah terbuang sebagai peluang usaha. Berbekal limbah dedaunan kering yang ada di sekitar rumahnya, Tien mengajak Ida, Etik dan Nanik yang dulunya murid didiknya untuk mendirikan sebuah bisnis kerajinan dibawah bendera Tien Handicraft. Nama tersebut didapatkan dari gabungan huruf depan masing-masing personilnya (Tien, Ida, Etik, dan Nanik). Dibantu dengan ketiga rekannya dan aggota binaan yang ada di sekitar lokasi rumahnya, Tien handicraft berhasil memproduksi aneka kerajinan daur ulang yang cantik dan menarik. Misalnya saja seperti boneka pelepah pisang, aneka bunga kering, penjepit gorden, bross kulit ular, dan masih banyak lagi produk lainnya.
Kreasi produk hasil karya Tien ternyata mendapatkan apresiasi yang cukup bagus dari pasar lokal maupun pasar mancanegara. Dari bahan limbah yang dulunya tidak bernilai, kini disulap oleh istri Prof. Dr. Soebandiri, SpPD, KHOM ini menjadi aneka macam produk baru yang memiliki nilai jual cukup tinggi. Kerajinan boneka dari pelepah pisang yang Ia ciptakan berhasil menembus pasar ekspor hingga Spanyol, Mesir, Italia, dan Jepang. Bahkan tidak hanya produk boneka pelepah pisang saja yang diminati pasar mancanegara, pengikat gorden yang diciptakannya dari daur ulang limbah ternyata juga laris manis di pasaran lokal dan mulai merambah pasar Brazil dan Brunei Darussalam.
Kreativitas dan kecintaannya terhadap produk kerajinan daur ulang limbah ternyata tidak hanya mengantarkan wanita kelahiran Yogyakarta ini menuju puncak kesuksesannya. Berkat kegigihan dan loyalitasnya untuk mengembangkan bisnis kreatif tersebut, Tien yang berusia 66 tahun ini pernah dinobatkan sebagai ketua Asosiasi Pembuat Bunga Kering dan Bunga Buatan (Asprinta) pada tahun 1996 selama delapan tahun lamanya. Di masa kepengurusannya, Ia juga memberikan pelatihan bagi kelompok ibu-ibu di berbagai daerah yang ada di Jawa Timur, seperti Surabaya, Malang dan Sidoarjo.
Dari menekuni hobi yang dulunya tidak memberikan arti apa-apa bagi sekitarnya, kini Tien Soebandiri berhasil mendaur ulang limbah mendatangkan untung berlimbah tidak hanya bagi dirinya saja namun juga untuk orang-orang yang ada disekitar lokasi usahanya. Semoga kisah pengusaha sukses yang kami angkat pada pekan ini bisa memberikan inspirasi baru bagi para pembaca untuk tetap terus berkarya. Mulai dari hobi Anda, mulai dari potensi di sekitar Anda, dan mulailah dari sekarang juga. Salam sukses.
Sumber gambar : http://4.bp.blogspot.com/_DkYu261Y9_c/SRoHmEDD4YI/AAAAAAAAACQ/aEMzd59jxtk/s400/IMGP7165.JPG dan http://3.bp.blogspot.com/-fqOkCA0Mpmc/Tfc4PoF7wLI/AAAAAAAAAAM/1mRe77VXhSY/s1600/futu+4.png
maaf, boleh minta nomo telf ibu wine? saya tertarik dengan kerajinannya
sangat kreatif memotivasi sy dan teman2 yg lain ntuk memanfaatkan limbah yang ada di sekitar/
klo kita berminat dan ingin menjualnya kembali bagaimana caranya?