Mengembangkan Bisnis Furniture Dari Garasi

Header Owner Bisnis FurnitureMeneruskan usaha keluarga yang dirintis sang ayah sejak tahun 1989, awalnya tak mudah bagi Maria Margaretha Koesadhyani (29) untuk memegang kendali bisnis furniture yang diberi nama “Jati Abadi” tersebut. “Basic saya desain interior, saya juga bekerja 5 tahun pada perusahaan jasa kontraktor dan furniture manufacturing. Dari situ saya belajar banyak mengenai bisnis furniture hingga akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan bisnis keluarga ini,” tutur Maria.

Mulai dipercaya sang ayah, Paulus Gunarso (69) untuk memegang bisnis furniture Jati Abadi pada awal tahun 2012, Maria yang sempat bekerja sebagai staf Project Division ini mengaku sudah tidak asing lagi dengan bisnis furniture. “Sejak kecil ayah saya menggeluti bisnis ini, bahkan di tempat kerja sebelumnya saya juga berhubungan dengan desain interior dan furniture sehingga saya tidak kesulitan untuk meneruskan bisnis ini,” ujarnya.

Mengawali usahanya dari garasi rumah, Maria mengembangkan bisnis furniture Jati Abadi dengan modal awal sekitar Rp 50 – Rp 70 juta. Dalam menjalankan bisnis mebel dan furniture tersebut, kendala yang sering ia temui adalah masalah pemasaran, serta pengaturan keuangan karena belum belajar banyak soal manajemen usaha. “Untuk mengatasi kendala usaha selama ini saya bertukar pikiran dengan rekan-rekan yang punya usaha sama. Dan kebetulan mereka juga saling terbuka sehingga cukup membantu saya dalam mencarikan solusi terbaik,” terang istri Yosef Astono tersebut.

Dibantu oleh tiga orang karyawannya, saat ini workshop Jaya Abadi yang masih berada di rumah Maria bisa menyelesaikan sedikitnya tiga projek orderan dalam sebulan. Dari bisnis furniture yang ia jalankan, dalam sebulan Maria bisa mengantongi omzet sekitar Rp 30 juta hingga Rp 50 juta. “Untuk produk furniture yang saya produksi harganya cukup beragam, disesuaikan dengan material, kerumitan desain dan ukuran. Start awal paling murah sekitar Rp 1.750.000,00,” ungkap Maria ketika ditanya mengenai kisaran harga produk.

Meski saat ini Maria telah mengantongi omzet puluhan juta setiap bulannya, namun ia mengaku belum merasa sukses dengan prestasi kerja yang ia raih hingga hari ini. “Saya semangat mengejar kesuksesan karena untuk melanjutkan misi dan visi orang tua saya. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus saya selesaikan, seperti memperluas pemasaran, memperbaiki kualitas produk, dan mulai belajar manajemen perusahaan,” katanya.

Dari bisnis furniture yang ia jalankan, Maria berharap agar ke depannya ia bisa memiliki mesin-mesin yang dapat mendukung proses produksi, memiliki workshop sendiri (tidak jadi satu dengan rumahnya) dan bisa melakukan produksi secara terus menerus. Bagi Maria, dalam berbisnis yang terpenting jangan pernah takut mencoba. “Never stop, and try new journey. And believe God is Beside us. Life is trial and error,” imbuh Maria menutup sesi wawancara kami.

Tim Liputan BisnisUKM.com

Info Kontak Usaha Jati Abadi