Trend fashion di Indonesia dewasa ini belum bisa terlepas dari bayang-bayang produk luar negeri yang memiliki citra merk kuat dan berkesan bonafit. Tidak hanya dalam hal busana, masyarakat kita pun kini seolah ramai-ramai berkompetisi ‘berburu’ dan memakai produk aksesoris impor seperti tas, sepatu, dll. Kondisi demikian jelas membuat produk fashion karya produsen dalam negeri (lokal) merasa berat untuk bersaing, kendati dari segi kualitas tidak kalah dari produk-produk impor tersebut.
Fakta bahwa masyarakat kita (terutama kalangan menengah ke atas) lebih menyukai produk fashion impor ternyata tidak menyurutkan semangat para produsen lokal untuk terus berkarya. Salah seorang produsen yang sejauh ini konsisten mengembangkan kreatifitas dengan karya fashion lokal tetapi dengan kualitas internasional adalah Ibu Ferry Yuliana dan Bapak Endro Pranowo. Pasangan suami istri yang telah dikaruniai tiga orang putra tersebut sejak tahun 2002 mengembangkan Gendhis Bag, yakni sentra usaha yang memproduksi aneka jenis tas (fashion) berbahan baku natural.
Dengan desain manis yang mereka miliki, Gendhis Bag berupaya menghasilkan produk tas natural yang unik dengan sentuhan modern. Produk tersebut sangat cocok bagi bagi mereka yang mencintai alam dan produk asli Indonesia. “Semua produk Gendhis Bag merupakan handmade, sehingga sangat terbatas jumlahnya untuk masing-masing desain tas,” jelas Joko Suroso kepada tim liputan bisnisUKM, Kamis (11/4).
Pria yang kini menjabat sebagai Marketing Manager Gendhis Bag tersebut menjelaskan bahwa bahan baku (natural) dapat diperoleh dengan mudah, khususnya di wilayah Yogyakarta. “Di sini (Yogyakarta) sendiri melimpah bahan bakunya, jadi kami berupaya untuk mendayagunakan bahan baku (yang melimpah) tersebut menjadi produk-produk bernilai jual tinggi,” imbuh Joko Suroso di Shophouse Gendhis Bag Store, Jln. Ringroad Barat Sleman Yogyakarta.
Adapun bahan baku yang digunakan dalam produksi aneka jenis tas tersebut antara lain mendong, agel, dan rottan. “Sekitar 80% produk Gendhis Bag memang didominasi bahan baku natural, sedangkan sisanya menggunakan bahan baku rajut,” lanjutnya. Penggunaan bahan baku rajut disini hanya untuk memenuhi permintaan pasar konsumen yang menyukai tas rajut.
Dari segi pemasaran produk, Gendhis Bag selama ini menggunakan media online (jejaring sosial) serta media cetak dan elektronik. Proses promosi tersebut dilakukan secara intens karena langsung dihandle oleh tenaga khusus. Hasil dari promosi aktif yang mereka lakukan tersebut membuat produk Gendhis Bag mampu dikenal luas, tidak hanya pada skala lokal dan nasional, tetapi juga internasional.
“Segmen pasar yang kami bidik adalah wanita karir, PNS yang dinamis dan middle up, sementara segmen yang berdasarkan umur diperuntukkan untuk teennager dan ibu-ibu,” imbuh Joko Suroso. Respon positif dari mereka (konsumen/ pasar) membuat Joko optimis ke depannya Gendhis Bag akan lebih berkembang lagi dan menjadi salah satu trade mark produk fashion Yogyakarta. Pihaknya selama ini aktif juga dalam menjalin realitionship dengan para pelaku usaha di Jogja dalam hal promosi dan pemasaran, sehingga bisa saling menguntungkan.
Di akhir wawancaranya, Joko berharap Gendhis Bag bisa lebih berkembang , baik dari segi kualitas maupun kapasitas produksinya. “Go International menjadi tujuan utama kami, untuk kesana kami juga mengharapkan dukungan dan peran serta pemerintah yang lebih riil dalam bidang promosi maupun pameran ke luar negeri,” kata Joko Suroso.
tim liputan bisnisUKM