Mengenal Berbagai Macam Psikologi Marketing Untuk Maksimalkan Penjualan

Butuh ide cara jualan yang baru dan tidak monoton? Kamu bisa ikuti tips dan trik psikologi marketing yang akan membuat pemasaranmu lebih beragam. Cara pemasaran satu ini masuk dalam kategori soft selling. Menurut glints.com, soft selling adalah pendekatan penjualan yang bersifat lebih halus dan tidak langsung.

Psikologi marketing adalah upaya mendapatkan konsumen dengan menggunakan pendekatan emosi dan perasaan. Trik marketing satu ini bertujuan memengaruhi psikis target konsumen sehingga mengubah perilaku individu tersebut untuk membeli produk yang ditawarkan. Pemahaman tentang psikologi marketing akan membantu memaksimalkan penjualanmu.

Strategi ini biasanya mengandalkan visualisasi, video, audio, hingga kata-kata. Inti dari trik marketing tersebut adalah bagaimana desain yang kamu tampilkan mampu menggugah konsumen untuk membeli produkmu. Cara ini bisa dibilang gampang-gampang susah, teknik persuasif (ajakan) yang tidak tepat justru akan menjauhkan konsumen. Hindari hal-hal yang sekiranya sensitif bagi beberapa kelompok masyarakat. Pahami juga do (apa yang bisa dilakukan) dan donts (apa yang tidak boleh dilakukan) dengan mengikuti tren yang sedang berkembang.

Dilansir dari jurnal.id, ada empat macam prinsip perilaku manusia yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha:

1. Priming as Psikologi Marketing

Dalam iklan, priming dikenal sebagai teknik pemasaran yang membuat konsumen mengingat produkmu secara tidak sadar. Sebagai contoh: kamu menjual bawang goreng dengan kemasan berwarna merah. Jika mendengar kata ‘bawang goreng’, maka secara tidak sadar konsumen akan teringat pada produkmu.

Proses menanamkan brand atau merek dengan cara ini tentu bukan hal mudah. Kamu harus terus-menerus mengenalkan produkmu kepada konsumen. Cara paling mudah adalah membuat iklan yang eyecathing dan lucu. Atau bisa juga kamu membuat tagline yang mudah diingat. Jangan lupa untuk konsisten melakukan promosi, baik dengan cara soft selling maupun hard selling (secara gamblang)

Studi kasus: jika dalam satu kelompok masyarakat ada yang melemparkan kata ‘pasta gigi’, banyak orang akan mengingat merek pasta gigi pepsodent dibanding merek pasta gigi yang lain. Ingatan ini menunjukan bagaimana iklan pepsodent sudah masuk ke alam bawah sadar masyarakat. Tentu proses ini tidak begitu saja terjadi. Pepsodent perlu melakukan promosi yang konsisten hingga melakukan perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Timbal balik

Psikologi marketing kedua adalah timbal balik. Apa sih bentuk timbal balik kepada konsumen? Ya, kamu bisa buat paket produk plus hadiah, entah buku catatan kecil atau kartu ucapan sederhana yang menyentuh. Nah, yang paling umum, kamu bisa membuat voucher potongan berapa persen untuk pembelian produk.

Jika pemberian timbal balik ini dibungkus dengan baik, tentu strategi ini tidak hanya akan menguntungkan konsumen, tetapi bisa meningkatkan trafik penjualanmu. Jangan lupa untuk mempertimbangkan dengan tepat, misal berapa lama voucher berlaku atau produk apa saja yang akan didiskon.

3. Social proof atau bukti sosial

Apa konsep dari social proof? Konsep social proof menekankan pada cara meningkatkan rasa percaya calon konsumen untuk membeli produkmu. Social proof bisa dilakukan dengan berbagai cara: ada testimoni produk dalam bentuk pesanan, ulasan produk yang dilakukan oleh publik figur yang terkenal, hingga keberadaan website atau toko online dengan predikat star seller. Bentuk rekomendasi dari banyak orang juga berpengaruh pada tingkat pembelian calon konsumen.

Sebagai contoh: Jika kamu membuka toko online di marketplace, seberapa banyak review positif dari pelanggan berpengaruh pada calon konsumen yang ingin membeli. Penilaian positif kepada marketplacemu biasanya merupakan gabungan antara pelayanan yang baik, proses pengemasan yang aman, hingga produk asli.

4. Decoy effect

Psikologi marketing keempat adalah Decoy Effect. Decoy effect adalah strategi ketika produsen menyediakan berbagai alternatif produk dengan berbagai varian ukuran (biasanya small, medium, dan big). Namun, tiap varian ukuran tersebut mempunyai rentang harga yang tidak terlalu jauh. Decoy effect sebenarnya adalah upaya untuk memancing konsumen agar membeli produk ukuran tertentu. Kalau kamu masih bingung, bisa menyimak studi kasus di bawah ini.

Contoh kasus: Siapa yang tidak kenal dengan Starbucks? Gerai kopi ini menggunakan decoy effect sebagai cara untuk meningkatkan penjualan. Terbukti, Starbucks berhasil membuat mereknya besar di dunia. Nah decoy effect ini diterapkan dalam pembuatan ukuran minuman, mulai dari terkecil yaitu tall dengan kapasitas 355 ml, grande 473 ml, dan venti 592 ml. Untuk ukuran tall harga yang ditawarkan adalah Rp32 ribu, grande Rp35  ribu, dan venti Rp37 ribu.

Perbedaan ukuran di atas berpengaruh pada pembelian. Misal, karena grande dan venti selisihnya tidak terlalu jauh, konsumen lebih memilih untuk membeli ukuran venti. Ukuran grande atau medium di sini hanya menjadi pancingan bagi pembeli untuk memilih ukuran kecil atau yang besar.

5. Prinsip kelangkaan as Psikologi Marketing

Jika produkmu sudah lumayan terkenal, mendapat banyak review positif, maka saatnya menerapkan prinsip kelima: kelangkaan produk. Langka di sini bukan artinya kamu menghilangkan produk dari pasaran begitu saja ya. Prinsip kelangkaan adalah membatasi jumlah produksi yang keluar, dalam rangka melihat antusiasme masyarakat.

Akan tetapi, untuk memenuhi trik marketing satu ini, kamu perlu perhatikan beberapa hal: pertama, pastikan produkmu sudah terlebih dulu dikenal dan mendapat banyak review positif. Kedua jangan terlalu lama mengalami kekosongan barang karena salah-salah konsumen mengira produkmu sudah tidak dipasarkan. Ketiga, jangan lupa untuk memberikan informasi supaya kamu bisa melihat berapa persen kelompok masyarakat yang sedang mencari produkmu.

Studi kasus: Pada 2019 Wardah mengeluarkan varian lipstik baru bernama lip mousse. Karena antusisme masyarakat terhadap produk satu ini, beberapa varian warna sempat mengalami kelangkaan. Namun kelangkaan ini hanya terjadi beberapa saat saja, sehingga tidak mengurangi jumlah

Namun dari antusiasme tersebut brand Wardah mendapatkan data berharga: mulai dari lipstik seperti apa yang digandrungi oleh masyarakat, warna lipstik paling favorit, hingga rentang harga lipstik yang bisa menjangkau kelompok masyarakat.

Nah di atas adalah berbagai macam psikologi marketing yang bisa kamu terapkan ketika berjualan. Sesuaikan tirk tersebut dengan produkmu ya. Jangan lupa untuk mengimbangi jualan dengan perencanaan yang baik serta konsisten. Gencarkan promosi produk dengan cara soft selling dan hard selling juga.

Jangan lupa, jika kamu rasa tulisan ini dapat bermanfaat bagi teman-teman UMKM lain, bagikan info ini seluas-luasnya ya. Semoga semakin banyak UMKM yang Naik Kelas dan UMKM yang Go Digital.

Ikuti terus tulisan menarik seputar tips marketing lainnya hanya di BisnisUKM.com

Tinggalkan komentar