Mengolah Limbah Kayu Jati Menjadi Rupiah

Bisnis yang berkaitan dengan kebutuhan anak, dalam hal ini mainan, merupakan bisnis yang memiliki prospek menjanjikan. Tidak sedikit orang tua yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi membelikan sang buah hati mainan yang sesuai dengan kegemarannya. Namun, bukan perkara mudah mencari mainan anak yang bersifat mendidik, bahkan kebanyakan justru akan membuat anak semakin konsumtif. Untuk itu, diperlukan kejelian dari orang tua dalam memilih mainan yang pas sebagai perangsang otak si buah hati.

Belum lama ini, tim liputan bisnisUKM berkesempatan mengunjungi salah seorang produsen mainan anak yang memiliki produk unik karena diolah dari bahan baku limbah kayu jati. Adalah Bapak Jumadi (40) yang memiliki ide mengembangkan mainan edukasi yang memiliki fungsi sebagai perangsang otak anak-anak. Setelah bangkit dari rasa frustasinya karena gagal dalam merintis sejumlah usaha, Bapak Jumadi memulai petualangan bisnis mainan berbahan baku limbah kayu jati. Ide tersebut muncul setelah beliau sharing dengan salah seorang rekannya yang gemar menciptakan puzzle kayu.

Merintis bisnis mainan sejak tahun 1995

“Tahun 1995 saya pertama kali mulai merintis usaha ini (mainan anak) dengan nama Jatisae, adapun yang saya produksi pertama kali saat itu adalah puzzle box,” terang Pak Jumadi di rumahnya Sewon Bantul, Kamis (5/9). Berbekal keahlian dari pengalaman bisnis sebelumnya sebagai pengrajin tempurung kelapa, Pak Jumadi mencoba mengolah limbah kayu jati yang dipasok langsung dari Semarang. Dari desain puzzle box pertamanya, Pak Jumadi terilhami untuk mengkreasi desain-desain lain seperti tetris box, oval balok, magic ball, crystal ball, magic cube, master block molecule hingga master ball.

Langkah awal yang dilakukan Pak Jumadi untuk memperkenalkan puzzle kayu kreasinya adalah dengan mengikuti pameran di beberapa tempat. Dari pameran itulah, perlahan tapi pasti nama Jatisae mulai dikenal sebagai produsen puzzle kayu yang berkualitas. “Banyak pihak yang kemudian penasaran dengan kreasi kami, karena puzzle yang kami ciptakan memang mainan, tetapi perlu kecerdasan untuk memecahkannya,” lanjut Pak Jumadi dengan senyum khasnya.

Benar saja, rasa penasaran dari masyarakat membuahkan berkah bagi usaha Pak Jumadi. Banyak buyers baik dari dalam maupun luar negeri mulai berdatangan dan tertarik dengan produk Jatisae, karena dinilai unik dan berkarakter. “Pameran bisa dikatakan sebagai pembuka jalan bagi Jatisae, banyak pihak yang menyatakan tertarik dengan produk kami, namun rata-rata mereka agen yang kemudian memasarkan kembali produk kami, di dalam dan luar negeri,” terangnya.

Bak roket, Jatisae menunjukkan grafik penjualan yang signifikan. Kondisi demikian membuat Pak Jumadi mau tidak mau merekrut tenaga kerja dalam jumlah yang tidak sedikit. Puluhan tenaga produksi dilibatkan Pak Jumadi untuk ketika melayani pesanan yang datang dalam jumlah besar. “Tahun 1997 ada salah seorang rekan yang order puzzle ke kita 1.000 pcs setiap harinya, itu luar biasa bagi kami, sehingga mau tidak mau harus merekrut tenaga produksi dalam jumlah besar,” imbuhnya.

Bangkit dari krisis ekonomi

Sejak saat itu, produksi dan penjualan produk Jatisae mulai stabil meskipun sempat mengalami penurunan ketika terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998. Dalam kondisi itu, Pak Jumadi tidak kekurangan akal, beliau mengembangkan inovasi dengan membuat produk pasaran lainnya, seperti baki, tatakan gelas, trai, serta alat musik perkusi (jimbe, rebana, dll). Produk-produk tersebut ternyata juga mendapat respon positif dari pasar, sehingga makin hari kreasi produk Jatisae semakin beragam.

“Lebih dari 500 item produk yang kami miliki saat ini, idenya tidak hanya dari kami sendiri, justru lebih banyak dari masukan dari para konsumen,” imbuh Pak Jumadi yang kini juga memiliki usaha kos-kosan. Sebagian besar produknya dipasarkan ke negara-negara Eropa melalui tangan ketiga/ agen. Menurutnya produk mainan anak khususnya puzzle kayu buatannya justru lebih diapreasiasi oleh konsumen asing dibandingkan dengan konsumen lokal. “Sejauh ini memang seperti itu, meskipun tidak sedikit pula konsumen lokal namun perbandingannya masih tinggian konsumen asing,” lanjut Pak Jumadi.

Dalam sebulan, Pak Jumadi mengaku Jatisae bisa memperoleh omzet di atas 100 juta Rupiah. Hal tersebut diakuinya menjadi bukti apabila kita mau bekerja keras akan membuahkan hasil yang maksimal pula. “Kuncinya kita harus tekun dan sabar dalam menjalankan bisnis apapun bentuknya, selanjutnya jangan sering mengeluh, karena bisnis itu pasti ada naik turunnya, dan terakhir kejujuran,” terang Pak Jumadi. Di akhir wawancara, beliau berharap ke depannya Jatisae bisa lebih berkembang lagi dengan jangkauan pemasaran yang lebih luas.

Tim liputan bisnisUKM

One comment

Comments are closed.