Omzet Bisnis Burung Kicau Naik Drastis di Era Pandemi!

Bisnis burung kicau jadi salah satu ide usaha yang menarik untuk dicoba. Tren burung kicau di Indonesia terbilang cukup konsisten sejak beberapa waktu lalu sampai sekarang. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini di mana banyak orang yang mencari suatu aktivitas baru untuk tetap sehat secara fisik dan mental. Salah satunya adalah dengan melakukan hobi baru dengan memelihara hewan peliharaan.

Kalau ngomongin soal hewan peliharaan, burung kicau jadi salah satu yang cukup menarik. Ada berbagai jenis burung kicau yang dipelihara para hobbyist burung kicau atau yang biasa dikenal dengan kicau mania. Seperti halnya Anggit Masyarifuddin, pria asal Sleman, Yogyakarta ini sudah punya hobi memelihara burung kicau sejak masih kecil dan mencoba beternak burung kicau sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Siapa sangka, dari hobi dan keuletannya dalam mencoba beternak burung kicau sekarang bisa menghasilkan keuntungan yang bisa menghidupinya bahkan menjadi jalan kariernya. Awalnya Anggit coba-coba untuk menangkar burung kicau jantan. Hanya untuk mendengarkan ocehannya dan sekadar untuk hiburan. Kemudian telintas di pikirannya untuk dikembangbiakkan. Seiring berjalannya waktu ternyata bisa menghasilkan anakan yang laku dijual di pasaran. Dari situlah Anggit kemudian memutuskan untuk menekuni bisnis burung kicau dengan serius.

Memulai Bisnis Burung Kicau

Pada tahun 2010 Anggit mulai merintis bisnis burung kicau dengan kandang atau penangkaran kecil di bagian belakang rumah. Bisnis ternak burung kicaunya ini bernama JSP Farm. Hari demi hari berjalan, Anggit memanfaatkan pemasaran door to door dengan mendatangi pedagang burung kicau di pasar untuk menawarkan anakan hasil breeding ternak burung kicau yang dia jalankan. Makin ke sini banyak para pedagang yang jadi pelanggannya. Selain itu Anggit juga memanfaatkan sosial media facebook untuk marketingnya.

Seperti yang kita tahu, di facebook itu banyak grup hobbies. Jadi dengan mudah bisa menemukan siapa saja orang yang punya ketertarikan di hal yang sama. Seperti halnya hobi burung kicau ini. Hal in dimanfaatkan betul oleh Anggit untuk memberitahukan ke masyarakat luas khususnya kicau mania berkaitan dengan eksistensi bisnis ternak burung kicau JSP Farmnya ini. Nggak berhenti pada penangkaran burung kicau aja, Anggit kemudian di tahun 2015 mengembangkan JSP Farm dengan menggarap ayam hias atau lebih tepatnya ayam pheasant. Bahkan Anggit juga mengembangbiakkan merak hijau jawa yang sudah punya izin resmi untuk penangkarannya.

Kalau ada yang bilang untuk menjadi pengusaha itu tidak harus punya latar pendidikan bisnis, hal ini memang benar adanya. Siapa sangka, sebagai lulusan jurusan Teknik Sipil, sekarang Anggit justru jadi pengusaha di bidang ternak burung dan ayam hias. Mungkin bisa dikatakan, membangun sebuah bisnis itu memang harus didasarkan pada minat dan ketekunan. Seperti halnya Anggit yang benar-benar punya minat serta ketekunan dalam mempelajari dengan betul bagaimana beternak burung dan ayam hias meski tidak punya latar pendidikan di bidang peternakan.

Belajar Ternak Otodidak

Anggit membedah soal ternak burung dan ayam hias ini secara otodidak tanpa bekal atau wawasan secara akademis di bidang keilmuan peternakan. Diakui oleh Anggit, alasan kenapa dia mantap memutuskan untuk bisnis ternak burung kicau karena memang dia punya minat dan mau berjuang untuk menekuninya. Anggit belajar soal bisnis ternak burung dari teman-teman sesama penghobi yang telah sukses terjun dalam dunia bisnis ternak burung kicau. Selain itu Anggit juga rajin dan ulet dalam mencari literasi soal ternak burung kicau dan ayam pheasant dari berbagai sumber.

Learning by doing, inilah yang Anggit lakukan dalam mengembangkan bisnis burung kicau dan ayam pheasant JSP Farm. Antara teori dan praktik harus ada keselarasan. Tidak hanya berhenti di situ saja, hasil dari praktik yang telah dilakukan juga harus dianalisa dengan baik. Mulai dari kendala apa saja yang dialami, alternatif atau solusi apa yang bisa dilakukan, serta keberhasilan apa saja yang bisa dikembangkan lagi supaya bisa menemukan pola terbaik untuk pengembangannya ke depan.

Dalam menjalankan bisnis apapun itu pasti perlu adanya trial dan error. Begitu juga dalam dunia bisnis ternak di mana yang digarap adalah mahluk hidup, maka ada treatment khusus yang pelu dipahami dengan betul. Tidak bisa asal-asalan apalagi sampai menjadikan hewan ternak sebagai objek percobaan dan eksploitasi semata. Menurut Anggit hal yang paling pertama harus dilakuan ketika akan menekuni bisnis ternak adalah bagaimana bisa merawat hewan ternah dengan hati. Sebab hewan adalah mahluk hidup yang juga harus diperlakukan baik. Pahami karakternya, beri perlakuan terbaik, dari situ akan ketemu cara terbaik untuk pengembangbiakkannya.

Pengembangan Bisnis Burung Kicau

Sampai saat ini JSP Farm sudah memiliki kandang ternak burung kicau sebanyak 22 kandang dan 15 kandang untuk ayam hias. Burung kicau yang dikembangbiakkan adalah burung kicau jenis Murai Batu, Kacer Jawa, Jalak Bali, Kacer Wulung, Sulingan, Cicak Ijo dan beberapa lainnya. Kalau untuk ayam hiasnya ada Ayam Hias Pheasant dan Merak Hijau Jawa. Bahkan bisa dibilang JSP Farm adalah salah satu pioner penangkaran dan peternakan ayam hias pheasant di Jogja. Sebab sampai sekarang masih jarang peternakan yang fokus pada breeding ayam pheasant.

Ayam Pheasant ini sekarang memang jadi salah satu primadona bagi para penghobi ayam hias. Jenisnya beragam, warna dan bulunya punya keindahan yang unik, hal inilah yang memuat ayam pheasant menawan sehingga banyak penggemarnya. Ada Golden Pheasant, Yellow Pheasant, Lady Amherst Pheasant, dan yang lain dengan harga pasaran yang cukup fantastis. Begitu juga dengan merak hijau jawa yang punya penikmat lebih eksklusif.

Harga burung kicau dan ayam hias di penangkaran JSP Farm Jogja ini dari burung Kacer anakan sepasang dihargai antara 150 ribu sampai 700 ribu. Untuk jenis Murai Batu sepasang dihargai 3 juta sampai 6 juta. Jalak Bali dengan sertifikat resmi anakan sepasangnya 3,5 juta sampai 4 juta dan Kacer Wulung sekitar 2 juta.  Sedangkan untuk ayam hias Pheasant yang paling murah adalah Ringnecked Pheasant, untuk ayam hias ini dijual mulai dari remaja dengan harga mulai dari 1,5 juta sampai 1,7 juta sepasang. Golden Pheasant 5 juta sepasang, Yellow Pheasant 6,5 juta epasang, Reeves’s Pheasant 6 juta sampai 7 juta sepasang, dan Lady Amherst Pheasant 11 juta sepasang. Kalau untuk Merak Hijau Jawa 25 juta per pasang.

Bisnis di Masa Pandemi

Pandemi covid19 ini punya dampak yang sangat dahsat terhadap kehidupan banyak orang. Bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Sektor bisnis mengalami penurunan omzet bahkan kerugian yang besar dampak dari pandemi ini. Tidak sedikit juga yang pada akhirnya harus mem-PHK pekerjanya hingga gulung tikar. Ibarat dua sisi mata uang, terkait adanya pandemi ini tentu saja ada dua sisi pandangan yang bisa dilihat. Ada baik dan ada buruknya.

Begitu juga bagi Anggit dalam menjalankan bisninya JSP Farm ini. Semasa pandemi ini omzet yang didapatkan meningkat drastis untuk permintaan konsumen dari banyak wilayah di Indonesia. Bahkan Anggit sampai kehabisan stok untuk jenis burung kicau dan ayam pheasant tertentu. Tetap berpikir positif, melakukan yang terbaik untuk tiap hal yang sedang dijalankan adalah satu prinsip yang Anggit pegang. Dari prinsip itulah yang menjadikan Anggit tetap bisa survive bahkan melebarkan sayapnya untuk terus mengembangkan bisnisnya.

Itulah kisah perjalanan bisnis burung kicau JSP Farm yang semoga bisa menjadi inspirasi untuk kamu dalam menjalankan bisnis. Bagikan juga tulisan ini ke teman kamu yang lain supaya makin banyak orang yang terdorong untuk memulai bisnis.

Ikuti terus kisah menarik dari perjalanan para pelaku bisnis lainnya hanya di BisnisUKM.com

Apakah kamu tertarik untuk beternak burung kicau atau ayam hias?

Tinggalkan komentar