Masyarakat kini sudah mulai pintar memilih makanan. Bukan hanya sekedar enak, murah, menarik, bisa menghilangkan rasa lapar dan haus, dan mampu memenuhi asupan energi namun juga mempunyai khasiat kesehatan. Lalu pertanyaannya makanan apakah itu? Fungsional foods atau pangan fungsional jawabnya.Istilah ini ramai dibicarakan oleh para pakar pangan. Dan dari situlah memicu para produsen makanan untuk mulai ramai – ramai memproduksi pangan fungsional. Secara sederhana kita dapat mengartikan pangan fungsional sebagai bahan pangan yang memiliki kasiat kesehatan bagi orang yang memakannya. Jadi kita mendapat makanan yang lezat, bergizi dan mempunyai kemampuan fisiologis aktif yang menyehatkan. Jadi lebih lengkap bukan??
Secara organoleptik pangan fungsional tetaplah pangan, namun memiliki nilai plus bagi kesehatan layaknya obat. Lalu apa bedanya pangan fungsional dan obat?? Obat bersifat treatment (perlakuan penyembuhan), sedang pangan fungsional lebih bersifat mengurangi resiko. Pada obat, efek harus dapat dirasakan segera, sedang pada pangan fungsional lebih pada keuntungan di masa mendatang. Obat biasanya diberikan khusus untuk orang dengan kepentingan tertentu. Namun pangan fungsional berpotensi untuk dapat dikonsumsi oleh siapa saja. Pangan dikatakan pangan fungsional dengan syarat harus tetap berupa produk pangan yang berasal dari bahan alami, dapat dikonsumsi sebagai menu setiap hari serta mempunyai fungsi fisiologis tertentu saat dicerna.
Beberapa fungsi fisiologis diharapkan dari pangan fungsional antara lain adalah : (1) pencegahan dari timbulnya penyakit, (2) meningkatnya daya tahan tubuh, (3) regulasi kondisi ritme fisik tubuh, (4) memperlambat proses penuaan, dan (5) menyehatkan kembali (recovery).
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang mengelompokan 12 komponen senyawa dalam makanan fungsional, untuk keperluan kesehatan baik senyawa nutrisi maupun non nutrisi, yaitu serat pangan (dietary fiber), oligosakharida atau lebih dikenal sebagai prebiotik, gula alkohol, peptida dan protein tertentu, glikosida, vitamin, kolin, lechitin, bakteri asam laktat atau probiotik, mineral, asam lemak tidak jenuh rantai panjang serta fitokimia dan antioksidan. Kesemuanya memberikan fungsi fisiologis bagi tubuh sehingga berpengaruh positif bagi kesehatan.
Namun sebenarnya nenek moyang kita telah mengenal pangan fungsional sejak jaman dahulu. Banyak contoh pangan fungsional tradisional yang kita punyai seperti : tempe, teh, wijen, beras kencur, temulawak, kunyit asam, serbat, dadih (fermentasi susu khas Sumatera Barat), sekoteng atau bandrek, dan berbagai herbal. Namun kini berbagai macam bentuk pangan fungsional mulai lebih dikembangkan baik dari segi pengemasan, diversifikasi bahan, dan fortifikasi. Contoh makanan fungsional itu adalah Yoghurt, minuman berion yang mampu mengembalikan ion tubuh, cookies probiotik, teh herbal, VCO, mie instan dan bubur instan yang diperkaya vitamin dan mineral, dan masih banyak contoh lainnya.