Setelah resmi berpisah dari Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2000 silam, laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten berangsur-angsur mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Memiliki beragam jenis potensi kekayaan alam yang bernilai jual cukup tinggi di pasaran, menjadikan perekonomian Banten tak kalah bersaing dengan provinsi lain di sekitarnya. Salah satunya saja seperti potensi budidaya talas beneng yang belakangan ini mulai digadang-dagang masyarakat Banten sebagai produk komoditas lokal yang siap menggantikan peran utama beras.
Maraknya isu krisis pangan yang melanda Indonesia, menjadi salah satu pendorong bagi masyarakat Banten untuk mulai mengembangkan program budidaya tanaman umbi talas beneng sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi. Berpusat di Kelurahan Juhut, Kabupaten Pandeglang, Banten, program ini didukung penuh oleh Pemerintah Provinsi Banten yang melibatkan langsung peran masyarakat setempat.
Tanaman talas Beneng atau yang lebih sering disebut sebagai talas besar dan talas koneng ini memiliki umbi yang bisa mencapai berat hingga 20 kg dalam kurun waktu 2 tahun penanaman. Dengan nama latin Xantoshoma undipes K. Koch, umbi talas ini mempunyai kandungan nutrisi yang cukup bagus. Meliputi kandungan protein 2,01 %, karbohidrat 18,30 %, Lemak 0,27 %, pati 15, 21 % dan kalori sebesar 83, 7% kkal. Tak heran bila bahan pangan dari umbi-umbian ini memiliki potensi yang cukup besar untuk diangkat sebagai bahan lokal subtitusi beras dan tepung terigu.
Melihat kandungan nutrisinya yang cukup besar, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten telah mengkaji pemanfaatan talas beneng untuk diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Umbi talas beneng yang digunakan dalam bentuk beneng segar dilunakkan terlebih dahulu dengan cara direbus kemudian diinovasikan menjadi kue donat talas, chiffon cake, marmer cake, bubur beneng manis, kroket talas beneng, kering/ sambal goreng beneng, talam beneng dan klapertaart beneng.
Bekerjasana dengan Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Provinsi Banten, kedua lembaga tersebut membina Kelompok Tani Bina Mandiri untuk memproduksi produk-produk olahan talas beneng. Dengan memberikan bantuan berupa alat dan mesin pengolaha talas beneng yang terdiri dari mesin pengiris otomatis, timbangan, oven, mixer, blender dan alat-alat pendukung lainnya, BPTP Banten memperkenalkan berbagai jenis produk olahan berbahan baku talas beneng yang berpotensi dijadikan sebagai peluang usaha. Dan untuk tahap pertama produk yang akan dikembangkan sebagai industri rumah tangga adalah keripik talas beneng.
Selama ini masyarakat Banten telah memproduksi keripik talas beneng, namun untuk meningkatkan daya jual produk keripik Talas. Perbaikan mutu mulai dikembangkan, terutama untuk mengurangi rasa gatal pada talas atau oksalat dalam produk keripik talas dan pengemasan produk yang lebih menarik. Untuk mengurangi rasa gatal pada produk keripik, petani dikenalkan dengan proses pencucian yang alami dengan perendaman dalam larutan garam. Sedangkan perbaikan kemasan produk dilakukan dengan menghindari penggunaan plastik biasa yang tipis, tetapi menggunakan kemasan plastik PP 0.8 atau kemasan alumunium foil yang telah dilengkapi dengan label produk.
Peningkatan citra talas beneng melalui sentuhan teknologi tidak hanya bertujuan untuk melaksanakan diversifikasi produk dan konsumsi pangan tetapi juga menjadi sarana peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan, pendampingan, pemberian bantuan peralatan dan pemasaran produk olahan talas, yang pada akhirnya turut meningkatkan taraf hidup kesejahteraan masyarakat Banten.
Semoga informasi potensi bisnis daerah yang mengangkat judul Provinsi Banten jadikan talas beneng sebagai potensi lokal ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh masyarakat Indonesia untuk mulai mengangkat potensi di sekitarnya sebagai peluang usaha. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses!
Sumber gambar : 1. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ed/Xanthosoma_undipes_1.jpg 2. http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/assets/images/berita/talas_beneng.jpg