Produk UMKM punya peluang yang sangat besar untuk masuk ke retail modern seperti supermarket. Pastinya banyak pelaku UMKM yang tertarik bagaimana cara supaya produknya bisa masuk supermarket. Tapi mungkin karena kurangnya informasi yang didapatkan, belum terlalu banyak produk UMKM yang berhasil masuk ke supermarket. Dari sisi sebagai pelaku UMKM, pastinya harus memperhatikan beberapa hal yang harus dipersiapkan secara detail.
Terkadang membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk bisa mendapatkan kesempatan bertemu dengan pihak supermarket. Upaya dalam meyakinkan produk UMKM ke pihak supermarket juga bukan perkara yang sederhana. Ketika nantinya produk UMKM sudah masuk ke supermarket pun, maka para pelaku usaha harus benar-benar siap dalam memenuhi segala sesuatu yang sudah tertera janjikan dalam kontrak yang telah disepakati.
Kesiapan Produk UMKM Masuk Supermarket
Satu hal yang menjadi nilai penting supaya produk UMKM masuk supermarket adalah menunjukkan kesiapan produk untuk menjadi supplier atau pemasok ke supermarket tersebut. Kesiapan produk UMKM untuk bisa masuk ke supermarket dinilai dari banyak aspek. Mulai dari manajemen bisnis UMKM yang sudah terorganisir dengan baik sampai kematangan produk itu sendiri. Sejauh ini kebanyakan supermarket tidak memiliki campur tangan dengan para pelaku UMKM dalam pengembangan produk mereka. Jadi semua hal yang berkaitan dengan produk UMKM seperti merek, kemasan, dan strategi pemasaran harus benar-benar dipersiapkan secara mandiri oleh pelaku UMKM itu sendiri.
Ketika suatu produk UMKM sudah memiliki sejarah penjualan produk, maka hal ini juga menjadi modal yang dapat mendukung ketertarikan supermarket untuk menerima produk tersebut. Ada satu catatan penting ketika produk UMKM ingin produknya masuk supermarket yaitu jangan bersaing dengan produk mereka. Setiap supermarket pasti ingin menjual produk dengan merek mereka sendiri. Jangan sampai bersaing secara langsung dengan sesuatu yang telah mereka buat.
Hal ini juga dialami oleh Anis Sriyati Primastuti, pemilik produk Abon Daun Emas dari Berbah, Sleman, Yogyakarta, yang memproduksi abon daging dan juga abon vegetarian. Produk UMKM Abon Daun Emas ini mulai dikembangkan oleh Anis sejak tahun 2012. Pada tahun pertama usaha rumahan tersebut dijalankan, Anis sudah berhasil memasukkan produknya di supermarket yang ada di wilayah Jogja dan sekitarnya.
Syarat Produk UMKM Masuk Supermarket
Di tahun 2012, diakui oleh Anis, produk Abon Daun Emas miliknya tentu saja jangkauan pasarnya belum terlalu luas. Tapi seiring berjalannya waktu, Anis memantapkan hati dan memberanikan diri untuk mulai memasarkan produk abonnya itu ke beberapa supermarket di Jogja. Bukan tanpa pertimbangan, hal tersebut dilakukan supaya produk Abon Daun Emas yang juga termasuk sebagai produk UMKM itu punya kesempatan yang lebih besar untuk berkembang.
“Dulu pas awal coba distribusi ke supermarket itu ya harus ada persiapan dulu. Pertama kali distribusi produk abon saya itu pakai kemasan plastik putih bening yang bagian atasnya disegel, terus dikasih label merek, dan disegel lagi. Jadi model kemasannya sederhana banget. Kemudian saya ikut pelatihan-pelatihan soal produk UMKM, banyak yang kasih saran untuk ganti kemasan pakai yang lebih bagus dan eksklusif yaitu standing pouch aluminium foil full printing. Akhirnya saya coba dan berpengaruh juga sama tampilan produk jadi lebih eye catching,” terang Anis.
Sepengalaman Anis dalam memasarkan produk di supermarket, memang ada beberapa hal yang harus dipersiapkan supaya produk UMKM masuk supermarket. Kalau produk UMKM ingin masuk ke supermarket hal pertama yang harus dipersiapkan adalah soal perizinan yang lengkap. Untuk produk pangan UMKM ataupun skala industri rumahan, harus punya izin Produksi Industri Rumah Tangga atau PIRT. Kemudian dikarenakan produk pangan apalagi olahan daging itu lekat dengan isu soal kehalalan, jadi sertifikasi halal produk harus dimiliki. Setelah itu tampilan produk yang termasuk kemasan juga sangat penting. Menggunakan kemasan kualitas food grade dan tampilannya menarik seperti standing pouch aluminium foil full printing adalah pilihan yang tepat. Syarat terakhir adalah kapasitas produksi yang mencukupi.
Tips Produk UMKM Masuk Supermarket
Berdasarkan pengalaman Anis ketika berhasil memasukkan produknya ke supermarket, ada anggapan dari dirinya yang kurang tepat. Di awal, Anis berpikir bahwa ketika produk sudah masuk ke supermarket, setelah itu urusan selesai. Ternyata masih banyak hal yang harus dilakukan supaya produk yang sudah berjejer di rak supermarket itu laku terjual.
“Kalo sudah masuk ke supermarket, harus pertimbangkan dari segi display, dipantau, sudah eye level atau belum, kemasannya lecek atau tidak. Ketika produk sudah masuk, kapasitas produksi ataupun stok juga harus diperhatikan dengan betul. Kapanpun diminta sama supermarket kita harus siap. Kalau enggak ya keduanya dirugikan karena supermarket sudah kasih ruang display tapi nggak diisi. Begitu juga kita sebagai supplier kesempatannya hilang,” jelas Anis.
Biasanya dalam tiga atau enam bulan, akan ada evaluasi terkait produk yang sudah masuk dan dipajang di rak supermarket. Kalau memang produk penjualannya sedikit atau bahkan tidak laku, maka akan ditiadakan oleh supermarket dengan alasan tidak laku. Sebab sirkulasi produk tidak bagus. Maka dari itu, supaya produk bisa terjual dan bisa bersaing dengan produk lain yang berjejer dalam suatu rak supermarket, perlu memahami karakter konsumen itu sendiri.
Salah satu strateginya adalah dengan memahami soal impulse buying. Atau pembelian spontan yang merupakan perilaku pembelian produk yang dilakukan oleh individu, tanpa perencanaan, muncul karena adanya dorongan yang sangat kuat, tiba-tiba, dan diikuti oleh adanya dorongan emosional untuk membeli suatu produk dengan segera dan dilakukan saat itu juga. Konsumen biasanya langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk pada saat itu juga dan kebanyakan pembelian dilakukan pada barang-barang yang tidak diperlukan.
“Saya jadikan produk abon ini untuk menstimulus konsumen supaya melakukan impulse buying. Jadi ketika orang tidak ada rencana dari rumah untuk membeli, tapi kalo lihat produk saya displaynya bagus, eye catching, terus bisa lihat produknya kayak apa, nanti akan memicu orang untuk beli,” terang Anis.
Perjalanan Bisnis
Dalam menjalankan usaha Abon Daun Emas, Anis juga punya tujuan untuk melakukan pemberdayaan ibu rumah tangga yang dari segi usia kesempatan untuk jadi angkatan kerja kecil. Jadi, di timnya tersebut ada lima ibu rumah tangga yang ikut mengerjakan proses produksi sampai pemasaran produk Abon Daun Emas. Meskipun masih dalam skala industri rumah tangga, tapi Anis juga memanfaatkan teknologi tepat guna dalam proses produksinya. Tujuannya supaya menghemat waktu supaya produksi abon bisa berjalan dengan efektif dan efisien.
“Kenapa saya pakai mesin karena untuk tenaga manusia bisa 100%. Pengadukan abon antara manual dengan mesin, sudah beda di tekstur. Manusia kan ada capeknya, kemudian ritmenya juga berubah ubah. Kalau pakai mesin tinggal disetel kecepatan, nanti warna abon akan stabil kecoklatan tekstur juga sama. Belum lagi kalau ada yang sakit dan lain-lain, kan harus cari pengganti, ini yang susah,” tambah Anis.
Sejauh ini sudah ada produk abon ayam, sapi, teri, jantung pisang, nabati atau abon vegan, abon sapi teri pedas bahkan abon untuk bayi yang sudah Anis produksi. Pelanggannya juga dari berbagai kalangan, mulai dari premium sampai reguler. Pemasarannya sudah dilakukan secara offline dan juga online. Bahkan pelanggan tetapnya sudah tersebar di wilayah Bali, terutama untuk produk abon vegan.
Itulah pengalaman dari Abon Daun Emas @abon_daun_emas dalam memasarkan produknya ke supermarket yang semoga bisa menjadi inspirasi untuk kamu dalam menjalankan bisnis. Bagikan juga tulisan ini ke teman kamu yang lain supaya makin banyak orang yang terdorong untuk terus mengembangkan bisnisnya.
Apakah kamu juga ingin memasarkan produk ke supermarket?