
Ditemui tim liputan Bisnisukm.com beberapa waktu lalu ketika sedang menjajakan iwak wadernya di gelaran event di Kudus, Siti mengatakan selama sepekan di Kudus ia mendapatkan beberapa reseller. ”Dapat satu reseller dari Pati langsung pesan setengah kuintal iwak wader crispy. Yang dari Kudus masih nego, semoga saja jadi,” katanya berharap.
Tak hanya itu, produknya juga akan mudah dikenal orang di setiap daerah. Event yang rutin ia ikuti setiap tahunnya adalah di Semarang, Ambarawa, Salatiga, dan Banjarnegara.
Baca Juga Artikel Ini :
”Karena kalau ikut pameran juga tidak butuh modal banyak. Karena kadang diajak Dinas terkait, yang stand atau penginapannya digratiskan. Jadi ya hanya modal transportasi dan makan saja,” ungkapnya.
Meski begitu, diakui Siti rekan seprofesinya jarang ada yang mau ikut pameran ke luar daerah Semarang. Ibu dua putra ini kerap ikut pameran di berbagai kota dengan diantar sang suami menggunakan kendaraan pribadi, sehingga bisa lebih menghemat pengeluaran.
Kondisi serupa Siti siasati dengan melakukan produksi dalam jumlah yang lebih banyak, sebelum mengikuti event di berbagai kota yang berhari-hari itu. Dalam proses produksinya itu pun ia dibantu 5 karyawan. Namun jika menjelang event dan banyak pesanan, ia juga kerap menambah karyawannya.
Usaha yang diberi nama ”Warung Laris” ini dahulunya hanya coba-coba resep untuk menjadikan iwak wader yang crispy. Dibuat crispy juga bertujuan agar produk lebih tahan lama tanpa bahan pengawet. Siti menuturkan bumbu yang digunakan cukup sederhana, yaitu tepung, bawang dan garam. Sehingga mampu tahan hingga 6 bulan. Namun dari komentar para konsumen, rasa iwak wader milik Siti ini rasanya pas. Cocok untuk camilan maupun lauk.
Rumahnya yang berada di jalur alternatif Salatiga-Ambarawa atau tepatnya di Kebondowo, Banyubiru, Kabupaten Semarang ini juga Ia sulap sebagai lapak jualan aneka macam produk keripik. Karena Siti tak hanya memproduksi iwak wader cripsy saja, melainkan juga ada keripik udang, keripik ikan mujahir, keripik belut dan lainnya.
Ikut Pameran Karena Senang Jalan-jalan
”Alhamdulillah tiap hari bisa rutin produksi setengah kuintal ikan wader. Dan kami juga memperhatikan proses produksinya, dari bahan baku, bumbu, dan proses penggorengannya,” jelas ibu yang sebelumnya sempat menjadi pedagang pakaian ini.
Untuk per kilogram iwak wader cripsy, Siti membandrol harga Rp 100 ribu. Kemasan satu ons dihargai Rp 10 ribu. Namun harga berbeda jika pembeli datang langsung ke rumahnya, maka akan dihargai Rp 80 ribu per kilogramnya. Setiap hari, Siti mampu menjual iwak wader crispynya sebanyak 20-30 kg.
BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini
Selain lezat, iwak wader ini memiliki bentuk unik, meski dalam keadaan basah maupun crispy kandungan kalsiumnya tetap utuh. Di musim Ramadhan ini Siti mulai kualahan melayani pembeli. Karena ia juga membuka lapaknya di salah satu tempat wisata yaitu di Goa Maryam Ambarawa yang juga tidak pernah sepi pembeli.
Meski banyak tetangganya yang memiliki usaha serupa, Siti tetap menghadapi persaingan dengan cara yang sehat. Namun berbeda jika ikut pameran, saingan iwak wader crispy buatannya bersaing dengan produk dari Wonogiri dan Kedung Ombo. Akan tetapi, iwak wader dari Rawa Pening buatannya yang paling diminati.
”Ikut pameran juga karena senang jalan-jalan, kenal banyak orang, dan dapat reseller di berbagai daerah. Semoga di tahun ke-10 nanti, bisa memiliki outlet di depan rumah dan semakin memberikan pelayanan yang baik bagi konsumen,” imbuhnya.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Ayu)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kudus
Nomer telp nya brp