Renyahnya Tempe Kripik Vita Asli Purwodadi

RENYAHNYA TEMPE KRIPIK VITA ASLI PURWODADI

Mewarisi keahlian memproduksi tempe dari ibundanya, membuat Ibu Wahyu Indah Haryanti (42) berkeinginan mewujudkannya menjadi sebuah usaha. Setelah cukup lama menekuni bidang jasa menjahit pakaian, kini ibu satu orang putri tersebut lebih fokus mengembangkan produksi tempe dan tempe kripik untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Banyaknya pesaing dalam bidang jasa konveksi menjadi alasan utama Ibu Wahyu ‘banting setir’ beralih menekuni produksi makanan. Pilihan yang saat ini justru membawa Ibu Wahyu dikenal sebagai produsen tempe dan tempe kripik yang cukup produktif.

Meskipun hanya melakoni seorang diri (single fighter) dalam mengembangkan usahanya, namun tekad kuat untuk mencukupi kebutuhan keluarga membuat Ibu Wahyu mampu bertahan sampai dengan saat ini. “Keinginan saya sebenarnya sederhana, hanya ingin anak saya (Vita) bisa terus bersekolah hingga menempuh jenjang pendidikan paling tinggi, serta bisa mencukupi kebutuhan keluarga,” terang Ibu Wahyu kepada tim liputan bisnisUKM, Kamis (24/5). Tidak mengherankan jika kemudian produk tempe kripik kreasi Ibu Wahyu diberi merk dagang Tempe Kripik Vita.

Di rumahnya Purwodadi Kabupaten Grobogan, Ibu Wahyu kini rutin bergelut dengan produksi tempe dan tempe kripik, hingga distribusi ke berbagai toko pemasarnya. “Sampai dengan saat ini yang saya pasarkan baru sebatas tempe kripik saja, untuk tempe mentahnya sama sekali belum, paling ketika ada tetangga atau keluarga yang minta, baru saya berikan,” ujarnya sembari tersenyum. Semua proses produksi dari mulai pengolahan kedelai mentah menjadi tempe, hingga diolah lagi menjadi tempe kripik yang siap jual dilakoni seorang diri oleh Ibu Wahyu di dapur sederhanya. Proses demikian diakuinya cukup melelahkan, akan tetapi keinginan kuat yang dimilikinya membuat rasa lelah tersebut seolah sirna.

bahan baku produksiDalam sehari, Ibu Wahyu mengaku rata-rata bisa memproduksi 5 kg kedelai untuk diolah menjadi tempe dan tempe kripik. Kedelai yang menjadi bahan baku utama beliau peroleh dari pasar lokal Purwodadi seharga Rp.6.700/ kg. “Kapasitas peralatan yang masih sangat terbatas menjadi alasan saat ini saya belum bisa memproduksi dalam jumlah yang besar,” imbuhnya. Benar saja, di dapur sederhana milik Ibu Wahyu memang belum ada peralatan modern yang digunakan. Menurutnya, meskipun sederhana, kondisi tersebut justru menjadikan cita rasa tempe kreasi Ibu Wahyu memiliki ciri khas tersendiri.

Keunggulan Produk

“Rasa tempenya alami, tanpa bahan tambahan apapun, jadi aman dikonsumsi untuk semua kalangan,” jelas Ibu Wahyu. Bahkan berdasarkan keterangan dari Ibu Wahyu, kripik tempenya tersebut kebanyakan dikonsumsi oleh kaum manula, terutama yang ada di seputaran kediamannya. Dengan kapasitas yang masih terbatas, distribusi pemasaran produk Kripik Tempe Vita kini sudah menjangkau Blora, Demak, dan Semarang, terutama melalui toko oleh-oleh dan restoran. Bahkan tidak sedikit rumah catering yang sering memasok produk tempe kripik langsung dari Ibu Wahyu pada event-event tertentu.

ibu wahyuHarga Tempe Kripik Vita terbagi menjadi dua kemasan, yaitu kemasan besar dam kemasan kecil. Untuk kemasan besar dijual Rp.8.000,00/ pcs (isi 10 biji), sementara kemasan kecil dijual dengan harga Rp.4.000,00/ pcs (isi 5 keping). “Untuk kemasan yang kecil lebih banyak diminati oleh rumah catering, sementara produk kemasan yang besar larinya ke toko oleh-oleh maupun restoran,” tambahnya.

Ketika ditanya tentang kendala yang sering dihadapi, Ibu Wahyu tanpa ragu menyebut peralatan yang dimilikinyalah yang menurutnya masih kurang memenuhi standar. “Ke depannya saya berharap usaha ini akan semakin berkembang, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, oleh karena itu saya memerlukan peralatan yang setidaknya mendukung tercapainya harapan tersebut,” terang Ibu Wahyu sekaligus menutup wawancara pada  sore hari itu.

Tim liputan bisnisUKM

4 Komentar

    • iya sama2, terima kasih semoga amda bisa termotivasi… selamat berjuang ,semoga sukses :)
      salam dari bu wahyu Purwodadi-Grobogan

Komentar ditutup.