Resep gudeg manggar jadi modal awal bagi Sjamsiar Agustin Titin untuk memantapkan diri memulai bisnis kuliner bersama Ratengan Sajian Tradisi. Womanpreneur yang kerap disapa Titin ini pada dasarnya sudah punya ketertarikan di bidang entrepreneurship sejak kecil. Tepatnya saat masih kelas 4 sekolah dasar. Di usia yang masih sangat belia itu Titin bercerita sudah mengenal dunia bisnis karena lahir dan tumbuh di lingkungan yang tidak jauh dari dunia kewirausahaan. Ayahnya adalah seorang agen koran sekaligus memiliki bisnis percetakan. Sementara ibunya adalah seorang guru yang juga menerima pesanan catering di akhir pekan.
Mulanya Titin menjajakan kue buatan ibunya di koperasi sekolah. Dari kue yang terjual itu kemudian Titin mendapatkan fee atau upah dari ibunya dari keuntungan yang didapatkan. Kecerdasan Titin dalam melihat peluang memang tidak diragukan lagi. Titin berpikir kalau ketika dia memproduksi kue sendiri keuntungannya akan lebih besar jika dibandingkan hanya dengan mendapat upah dari hasil penjualan kue buatan ibunya. Kemudian setelah itu dia mencoba membuat kue sendiri didampingi oleh ibunya dan berlanjut menjadi pekerjaan sampingan selain sebagai pelajar sampai di masa SMA.
“Kalau ditanya udah mulai bisnis sejak kapan ya berarti sudah dari kecil. Bersyukur saya lahir dan tumbuh di lingkungan yang memang punya latarbelakang wirausaha. Dulu di koperasi SD saya tahun 70-an sudah ada giliran jaga koperasi, dari situ mulai kenal jualan makanan. Ibu saya selain ngajar di hari Sabtu dan Minggu itu ya terima pesanan catering. Terus jadi ikutan nyemplung dan coba bikin-bikin makanan sendiri buat dijual, berlanjut ke SMP sampai SMA. Jadi minat di bisnis kuliner itu sudah lama tapi belum beneran diseriusin,” tutur Titin.
Awal Mula Mengenal Resep Gudeg Manggar
Sebelum benar-benar mengembangkan bisnis kuliner dan mengenal resep gudeg manggar, Titin terlebih dahulu bekarier sebagai karyawan swasta di perusahaan ritel hiperpasar. Di saat itu sebenarnya Titin mendapat dua kesempatan pekerjaan antara bekerja di bank atau di hiperpasar. Berdasarkan saran dari calon suami yang sekarang sudah menjadi pasangan hidupnya itu bekerja di hiperpasar akan lebih sesuai dengan minatnya di bidang kuliner. Ternyata benar, dari pengalamannya bekerja di hiperpasar Titin punya pengetahuan soal manajemen stok produk dan mengenal target pasar yang dibidik.
“Dulu suami saya yang ngasih saran untuk pilih pekerjaan di supermarket ketimbang di bank. Katanya suatu saat pasti ada yang bisa dipetik, karena minat saya memang di bidang kuliner sudah sejak lama. Benar saja, pas saya harus pindah ke Jakarta untuk ikut suami saya memutuskan untuk berhenti kerja dan fokus untuk merintis serta mengembangkan bisnis catering bersama Ratengan Sajian Tradisi. Setelah sebelumnya sambil kerja tetep terima pesanan catering. Banyak yang bilang kalau saya itu memang cocok untuk fokus ke bisnis kuliner. Mulainya udah lama tapi gak besar-besar. Dari situ mungkin ya memang sudah jalan rezeki untuk saya bisa fokus ke bisnis kuliner,” ujar Titin.
Semasa bekerja sambil bisnis kuliner catering, Titin memang sudah konsisten untuk menjadikan sajian nusantara sebagai menu andalan. Seperti halnya resep gudeg manggar yang dikembangkan di tahun 2010 setelah sebelumnya juga menjadikan menu-menu khas nusantara seperti rawon dan brongkos sebagai sajian khas. Titin mencoba resep gudeg manggar berawal dari ketidaksengajaan. Pernah suatu waktu dia melihat banyaknya manggar atau bunga kelapa yang dibuang dan diangkut truk sampah. Padahal bunga kelapa bisa dimanfaatkan untuk diolah jadi resep gudeg manggar khas Bantul, Yogyakarta.
Resep Gudeg Manggar Khas Bantul Yogyakarta
Gudeg manggar adalah makanan tradisional asal Bantul, Yogyakarta dengan ciri khas bunga kelapa atau manggar sebagai salah satu bahan olahannya. Selain bahannya yang unik, gudeg manggar ini juga memiliki rasa yang khas. Berbeda dengan gudeg biasa yang bercitarasa manis, gudeng manggar cenderung gurih. Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lebih lama daripada gudeg nangka, karena teksturnya yang sedikit keras, sehingga membutuhkan sekitar satu hari satu malam agar manggarnya terasa empuk.
Hampir sama dengan gudeg lainnya, gudeg manggar disajikan bersama nasi, opor ayam, telur rebus, sambel goreng krecek, tahu dan tempe bacem. Gudeg manggar awalnya hanya disajikan pada saat acara besar dan acara lebaran saja. Tapi sekarang sudah banyak warung makan yang menjajakan makanan satu ini. Seperti halnya Titin yang menjadikan resep gudeg manggar sebagai salah satu menu andalan bisnis kulinernya. Dari bazar ke bazar, dari pameran ke pameran Titin terus berusaha untuk mengedukasi ke target pasarnya untuk mengenal lebih jauh soal sajian gudeg manggar. Pernah ada calon konsumennya bilang kalau harga yang ditawarkan untuk satu porsi gudeg manggar lebih mahal dibandingkan satu porsi makanan restoran cepat saji. Bukan patah semangat, Titin justru makin gencar mengedukasi target konsumennya soal kuliner tradisional yang dia tawarkan.
Pengembangan Bisnis
Sejauh pengalaman Titin dalam menjalankan bisnis kuliner, menurutnya ada dua jenis makanan yang bisa dijual. Pertama adalah kuliner kekinian di mana kalau mengejar untung itu cepat. Begitu juga dengan trennya, kalau tidak bisa berkembang akan tergeser oleh tren lainnya. Kemudian yang kedua adalah makanan tradisional, untuk mendapat keuntungan besar memang harus pelan-pelan. Tapi bisa bertahan dan berkembang untuk jangka panjang.
Tidak berhenti dengan menawarkan berbagai hidangan khas nusantara seperti gudeg manggar, brongkos, rawon, gulai, dan sajian lainnya, Titin berinovasi untuk mengembangkan binsisnya dengan menjadikan berbagai sajian nusantara dalam bentuk frozen food atau makanan beku. Ternyata responnya sangat positif. Bahkan di tahun 2019 ketika Ratengan Sajian Tradisi pindah ke Jogja, pelanggan dari Jakarta tetap setia untuk memesan menu yang Titin tawarkan.
“Pelanggan dari Jakarta juga masih setor daftar menu biasanya untuk dua minggu. H-seminggu pelanggan kirim daftar menu, kemudian dibikinkan untuk frozen foodnya. Selain menu utama ada juga aneka snack seperti pastel, sosis solo, karipap, dan snack lainnya. Jujur pas awal pindah dari Jakarta ke Jogja agak pesimis karena Jogja terkenal dengan makanan yang harganya terjangkau. Sedangkan segmen pasar saya memang agak di atas itu. Tapi pelan-pelan sambil terus edukasi, konsisten, punya standar dan kualitas produk yang jelas, akhirnya ketemu sama konsumen yang tepat,” jelas Titin.
Prinsip Bisnis Kuliner
Bagi Titin, prinsip berbisnis itu bukan yang penting laris tapi untungnya sedikit. Tapi menurut Titin keuntungan yang didapatkan itu bisa dimaksimalkan ketika produk yang ditawarkan secara kualitas juga sesuai. Menurutnya hal tersebut juga merupakan bagian dari penghargaan atas ilmu yang dimiliki, tenaga yang dikeluarkan, dan karya menu makanan yang telah dibuat.
“Kadang ada yang punya prinsip yang penting laris untungnya sedikit gapapa. Kalau menurut saya kita mau untung berapa itu boleh asalkan memang sesuai. Ini juga bentuk dari menghargai diri. Rantengan Sajian Tradisi ini memang menyasar penikmat makanan yang memang paham betul soal selera dan citarasa,” tutup Titin.
Itulah kisah perjalanan bisnis Ratengan Sajian Tradisi @ratengan_ yang semoga bisa menjadi inspirasi untuk kamu dalam menjalankan bisnis. Bagikan juga tulisan ini ke teman kamu yang lain supaya makin banyak orang yang terdorong untuk memulai bisnis.
Ikuti terus kisah menarik dari perjalanan para pelaku bisnis lainnya hanya di BisnisUKM.com
Apakah kamu tertarik untuk menjajal bisnis gudeg manggar?