SOLO, JAWA TENGAH – “Es buahnya dua, es krimnya lima, sama supnya tiga ya, Mbak,” kata seorang ibu kepada pemilik toko. Si pemilik toko pun bergegas mengambil pesanan dari lemari kaca di depannya. Ia simpan pesanan itu di lemari bukan sebab sudah dibuat atau takut basi, tapi karena hidangan itu ternyata bukan hidangan asli, melainkan lilin hias dan aroma terapi.
Yap, kreasi tangan Ekky Puji Lestari memang terkesan sangat nyeni. Ia berhasil meyulap bahan lilin malam menjadi aneka macam bentuk, termasuk makanan dan minuman. Bentuknya pun menyerupai asli. Wanita 42 tahun yang akrab dipanggil Ekky tersebut, membuat lilin hias dengan ratusan bentuk yang berwarna-warni. Bisa jadi dipandang sekali, orang sulit bedakan mana lilin mana yang asli.

Berawal dari keisengan belajar membuat lilin hias dari adiknya, Ekky mendirikan usaha bernama Griya Lilin Solo sekitar enam tahun lalu. Membuat lilin hias bagi Ekky terbilang gampang-gampang susah, yang dibutuhkan adalah kesabaran dan jiwa seni. Namun, bagi yang memang sudah hobi seperti Ekky, membuat lilin hias dan menjalankan bisnis tersebut serasa mudah.
Saat ini, Ekky bersama sejumlah karyawannya, mengerjakan seluruh pesanan lilin hias di workshop sekaligus tokonya di Jalan Cikarang, Joyosuran, Pasar Kliwon, Solo. Mereka mengerjakan berbagai bentuk lilin sesuai permintaan pemesan. “Terbuka dengan berbagai order membuat buyer nyaman dan seringnya mereka kembali lagi. Namun, kembali ke kitanya masing-masing, berani tidak ambil tantangan untuk memproduksi sesuai permintaan buyer,” ungkap Ekky tersenyum.
Modal Lima Juta, Aset Ratusan Juta

Tangan Ekky memang tak selembut dulu kala usaha lilin hias tersebut belum dibuka. Namun, berkat bukti kegigihannya itu, kini ia mampu menghidupi keluarga dan sejumlah pekerja. Ekky menjual berbagai lilin hias dengan harga variatif, tergantung bentuk, ukuran, dan tingkat kesulitan produksi. Harganya berkisar 3.000 rupiah hingga ratusan ribu rupiah.
Dalam sebulan, Ekky pun mampu memproduksi ribuan lilin hias. Bila dihitung, omzetnya kini berkisar puluhan juta dan asetnya mencapai lebih dari 100 juta. “Pesanan paling ramai ketika musim nikah, Mas. Soalnya kebanyakan orang mencari lilin hias untuk souvenir pernikahan. Ada juga buyer dari luar negeri yang tahu Griya Lilin lewat sosial media dan pemberitaan,” ungkap Ekky, Jumat (7/10/2016).

Ekky mengawali kiprah usaha lilin hias hanya dengan modal lima juta dari tabungannya. Kemudian ia belajar berbisnis sembari mengasah kreasi hobi membuat kerajinan lilin hiasnya. Ia juga pelajari seluk beluk lilin di Indonesia. “Sampai saat ini kendalanya hanya pasokan bahan lilin yang sepertinya semakin sulit dicari. Saya terpaksa harus impor dari Singapura atau Australia,” katanya.
Inovasi adalah Kunci
Meski saat ini Ekky boleh tersenyum bangga dengan usahanya, tak lantas Griya Lilin tanpa perjuangan dan pasang surut. Ekky sempat kesulitan dalam pemasaran, namun ia atasi dengan mulai menjual secara online dan mengikuti berbagai pameran, bahkan sampai ke luar kota.

Selain itu, Ekky tak malu mengikuti berbagai komunitas usaha di Solo. Dalam perjumpaan dengan seorang teman, ia mendapat ide untuk melakukan inovasi pada produknya. Ekky dengan apik menyandingkan lilin hiasnya dengan aroma terapi. Jadilah lilin hias buatan Ekky bisa dipajang, dinyalakan, dan dipakai untuk terapi.
Ekky mengaku hingga sekarang terus menjajal inovasi lain untuk produk lilin hiasnya. Ia berharap usaha lilin hias yang dijalankannya dapat selalu terang tak ubahnya terang lilin yang dinyalakan. Selain di tokonya, Ekky juga aktif memasarkan lilin-lilin hias buatannya di Night Market Ngarsopuro yang buka setiap Sabtu Malam di ruas jalan utama Slamet Riyadi, Solo.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Rizki B. P)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Solo Raya