Menciptakan ide bisnis tidak selamanya harus melakukan inovasi baru. Fenomena dan kebiasaan masyarakat pun bisa memunculkan peluang bisnis menguntungkan bagi para pelakunya. Sebut saja seperti kebiasaan masyarakat kita yang senang berburu aneka macam sirup keetika menyambut datangnya musim lebaran.
Memasuki bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, permintaan produk sirup melonjak tajam hingga mencapai 200%. Kondisi ini tentu menjanjikan keuntungan cukup besar bagi para produsen sirup, sehingga tidak heran bila para pelaku usaha sengaja berlomba menggenjot kapasitas produksinya, untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin besar.
Salah satunya saja seperti Winardi pemilik bisnis sirup rumahan (PT. Surya Agung) di Medan, Sumatera Utara yang memanfaatkan lonjakan permintaan sirup dengan memproduksi aneka sirup buah dengan harga yang terjangkau. Beberapa produk sirup yang dipasarkan Winardi antara lain sirup markisa, sirup leci, sirup melon, sirup mangga, sirup cocopandan, sirup jeruk, terong belanda, dan lain sebagainya.
Khusus untuk sirup buah markisa, Winardi menggunakan sari buah asli sebagai bahan baku pembuatan sirup. Sedangkan untuk sirup buah lainnya, Ia produksi dengan menggunakan essens buah yang rasanya tak kalah lezat dengan sari buah asli. Setiap botolnya, Ia tawarkan dengan harga sekitar Rp 13.500,00 sampai Rp 15.000,00 per botol. Harga jual tersebut dibedakan Winardi berdasarkan kualitas jus dan kadar gula yang terkandung dalam setiap botolnya. Tiap minggu, Winardi mampu menjual sekitar 200 lusin sirup aneka rasa yang Ia kemas dengan menggunakan botol berukuran 630 ml. Dari penjualan diatas, setidaknya Winardi bisa mengantongi omzet penjualan sekitar 32,4 juta per minggu atau berkisar Rp 144 juta per bulan.
Selain Winardi, produsen lainnya yang menekuni bisnis untung besar dengan membuat sirup buah adalah Gulma MDF salah satu sentra penghasil salak di Tapanuli, Sumatera Utara yang mengolah hasil panen salak menjadi sirup enak dengan harga jual yang sangat layak. Ide bisnis ini muncul karena Daerah Tapanuli memiliki lebih dari 118.000 ha perkebunan salak, dengan kapasitas produksi mencapai 100 ton per hektarnya.
Tak pelak, kondisi tersebut menyebabkan harga jual salak padangsidempuan atau varietas salak dari Tapanuli Selatan yang memiliki daging buah berwarna merah ini, langsung anjlok dengan harga jual yang sangat murah ketika masa panen. Untuk mengatasi hal tersebut, Gulma MDF berinisiatif memanfaatkan hasil panen salak yang melimpah menjadi olahan sirup buah yang nilai ekonominya lebih tinggi.
Rasanya yang manis dan tidak asam, membuat sirup salak Sibolga ini diminati para konsumen. Warna merah yang dihasilkan dari warna daging buahnya, menambahkan kesan menarik pada kemasan sirup buatan Gulma MDF tersebut. Tidak heran bila harga jual sirup salak ini cukup tinggi di pasaran, yakni sekitar Rp 35.000 per liter, dan Rp 15.000 per botolnya (ukuran 330 ml).
Nah, setelah melihat besarnya peluang bisnis sirup yang semakin menjanjikan untung besar di musim lebaran. Tidak ada salahnya bila Anda mencoba memproduksi aneka sirup buah yang laris diburu konsumen saat lebaran untuk mendatangkan untung besar di momen spesial.
Semoga informasi berita bisnis lebaran yang kami angkat pada pekan ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi para pemula untuk segera memulai usaha. Maju terus UKM Indonesia dan salam sukses.
Sumber gambar : 1. http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/sirup_ilustrasi_100925143840.jpg 2. http://4.bp.blogspot.com/-BHp77pLI8kc/TZ8019Ln9HI/AAAAAAAAAAg/Fn21lCJKEzI/s380/DSC_8575.JPG
kembangkan sayapmu di kota2 besar terutama di kota kami kota siantar/medan
maju terus pantang mundur. Kibarkan sayapmu utk lbh berkembang