Seringnya melihat dan memperhatikan kereta yang ada di Kraton Yogyakarta menjadi inspirasi bagi David M. Abdullah (32) untuk mengembangkan bisnis kreatif miniatur kereta. Pemuda yang pernah lama tinggal di Timor Leste tersebut jatuh cinta dengan keunikan dan kesakralan kereta yang memiliki history kuat dengan keberadaan Kraton Yogyakarta. Ide untuk mengkreasi miniatur kereta didapat setelah setiap sore menjemput ibunya yang bekerja di dekat Alun-Alun Utara. Kesempatan tersebut dimanfaatkan David untuk mempelajari detail kereta kraton untuk kemudian dibikin miniaturnya.
Tahun 2009 menjadi awal berdirinya usaha yang dinamai David Craft tersebut. Adapun miniatur kereta yang dibuat pertama kali ketika itu adalah Kyai Jongwiyat. Bukan tanpa kendala, sebagai seorang lulusan STM jurusan listrik David belum mengerti betul bagaimana membuat kereta dengan tampilan yang mirip dengan aslinya. “Butuh 6 bulan lamanya saya membuat kereta pertama kali (Kyai Jongwiyat), dengan modal yang hanya Rp 20.000,00 pemberian orang tua,” terang David kepada tim liputan bisnisUKM.
Bermodalkan Tekad Kuat Untuk Memulai Usaha
Namun tekad kuat yang dimiliki David ketika itu seolah menyingkirkan kendala-kendala yang menghadangnya dalam memulai usaha. Bahkan dirinya rela menggadaikan handphone kesayangannya supaya produksi kereta tersebut jadi sesuai dengan harapan. “Perjuangan yang tidak mudah memang, karena saya juga harus mengorbankan jok motor dan topi seragam drum band sebagai bahan baku produksi,” kenangnya sembari tertawa.
Ketekunan yang dijalankan David terbayar ketika pertama kali terjun dalam pameran sekaten di Alun Alun Utara Yogyakarta. Dalam event yang digelar rutin setiap tahunnya tersebut David mendapatkan konsumen pertama yang membeli miniatur kereta miliknya. “Tidak tanggung-tanggung, konsumen pertama yang membeli kreasi saya saat itu adalah Bapak Wakil Walikota Yogyakarta, yaitu Drs. Haryadi Suyuti, adapun yang beliau beli saat itu adalah miniatur kereta Kyai Jongwiyat, Kyai Roto Biru, dan Kyai Manik Retno,” jelasnya.
Momentum tersebut sontak melecut semangat David untuk serius menekuni bisnis miniatur kereta kraton. Bahkan dirinya mengaku pernah dipanggil langsung ke Kraton Yogyakarta. “Selain meminta ijin serta kulonuwun (bahasa Jawa artinya permisi) kepada pihak kraton, saya malah diberikan berbagai masukan bahkan gambaran detail dari masing-masing kereta kraton yang ada, alhasil justru memudahkan saya dalam berproduksi,” lanjut David. Dalam pertemuan tersebut David juga diberikan larangan untuk tidak memproduksi 2 buah miniatur kereta Kraton yakni Garuda Yeksa dan Kanjeng Nyai Jimat.
Aktif Berpromosi Melalui Pameran dan Sosial Media
Saat ini, di rumahnya Sleman, David sudah bisa memproduksi 9 dari 22 seri kereta yang ada di Kraton Yogyakarta. Miniatur-miniatur tersebut selanjutnya dipasarkan melalui pameran, media online, serta pesanan (pre order). “Kebanyakan konsumen memang memang orang-orang seni atau para kolektor yang suka dengan pernak-pernik berbau kraton,” jelasnya. Namun demi memperluas jangkauan pasarnya, David saat ini memaksimalkan media online sebagai ujung tombak pemasaran. Dengan media online (blog, jejaring sosial, portal iklan), David berharap bisa menjaring konsumen tidak hanya yang berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.
“Pasar ekspor masih sangat mungkin, terlebih saat ini selain memproduksi kereta kraton Jogja, saya juga membikin kereta dari luar negeri, seperti kereta dari kerajaan Inggris dan dari timur tengah,” kata David. Namun kendati bisa memproduksi kereta dari kerajaan/ kraton lain, David tetap memprioritaskan produksi kereta dari Kraton Yogyakarta. Dirinya melihat jika ada sisi-sisi filosofi yang bisa disampaikan melalui miniatur kereta kraton kreasinya, khususnya kereta dari Kraton Yogyakarta.
Dalam satu bulan, David mengaku bisa memproduksi 50-100 pcs miniatur kereta kraton berbagai macam jenis. Selanjutnya beragam miniatur tersebut dipasarkan dengan harga Rp.350.000,00 s.d. Rp.550.000,00/ pcs, tergantung jenis dan ukurannya. “Secara umum perkembangan usaha menunjukkan grafik peningkatan, kendati masih sering terkendala terutama dari segi sumber daya manusia (tenaga produksi), karena memproduksi seperti ini (miniatur) dibutuhkan ketekunan dan ketelatenan ekstra, agar mirip dengan aslinya,” lanjutnya.
Di akhir wawancaranya, David berharap ke depan bisa melakukan pameran tunggal untuk produk miniatur kereta kraton kreasinya. Karena dengan melakukan pameran tunggal dirinya ingin memperkenalkan budaya adiluhung dalam bentuk miniatur kereta kraton. “Dalam setiap produk yang saya buat, disitu saya sertakan nama dan sejarah dari kereta aslinya, dengan begitu orang akan mengenal secara rinci terkait informasi yang ada pada kereta kraton tersebut,” terangnya.
Tim liputan bisnisUKM
saya ingin bertanya, apakah bisnis yg dilakuman.oleh Pak David ini masih jalan hingga sekarang?
mas bagaimana awal menekuni usaha miniatur tsb,ada perasaan takut akan resiko,pemesanan yg banyak,..?