Sukses Meramu Bisnis Herbal Dari Tanaman Obat di Indonesia

Melimpahnya potensi tanaman obat di Indonesia rupanya disadari betul oleh Ning Harmanto (58) yang sejak awal lebih memilih menggunakan obat herbal dan cara pengobatan tradisional ketimbang menggunakan obat-obatan kimia.

Ketertarikannya pada bisnis herbal semakin besar ketika Ia bersama sekelompok ibu-ibu di KWT (Kelompok Wanita Tani) Bunga Lili yang didirikan pada bulan November tahun 1999 tersebut mencoba mengembangkan bisnis produk herbal atau jamu.

“Yang menginspirasi saya mendirikan bisnis ini adalah potensi tanaman obat Indonesia yang luar biasa banyaknya, lalu almarhumah ibu saya yaitu Aldegonda Suharti Juyeni,” ujar istri dari Harmanto tersebut.

Owner bisnis herbal Mahkotadewi Indonesia

Di bawah naungan PT. Mahkotadewa Indonesia, pada tanggal 1 Januari 2003 Ning Harmanto mencoba menggabungkan obat herbal yang Ia produksi menggunakan bahan-bahan alami dengan klinik pengobatan tradisional yang telah Ia rintis 1 tahun sebelumnya.

Membidik kalangan menengah ke atas dan masyarakat menengah ke bawah sebagai target pasar potensial, awalnya Ning Harmanto hanya memproduksi obat herbal skala rumahan dengan modal awal sekitar Rp 500.000,00.

Memanfaatkan tanaman obat seperti mahkota dewa, umbi dewa, temulawak, temu putih, temu mangga, daun sirsak, teh hijau, pegagan, sambiloto, dan lain-lain, saat ini Ning Harmanto bisa memproduksi sedikitnya 3.000 botol jamu cair, 5.000 kapsul herbal, 5.000 teh celup.

Tak Menyerah Dengan Masalah

“Kadang kala bahan baku sulit didapat dan harganya mudah berubah, untuk itu kami bekerjasama dengan beberapa mitra petani yang tersebar di wilayah Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Yogyakarta,” begitu jelas Ning Harmanto.

Selain kendala dalam hal bahan baku, pengusaha sukses ini menuturkan bahwa masalah perizinan usaha dan terbatasnya mesin produksi juga menjadi salah satu penghambat kemajuan bisnis herbalnya.

“Karena lokasi usaha masih berada di daerah perumahan, untuk mensiasatinya kami mengajukan dispensasi ke Pemerintah Daerah DKI khususnya Walikota Jakarta Utara. Sedangkan untuk kendala mesin, kami bekerjasama dengan perusahaan lain yang memiliki mesin atau peralatan produksi yang lebih modern,” tuturnya.

Mulai Ekspor Produk Herbal ke Luar Negeri

Jamkho jamu kolesterol

Selama menjalankan bisnisnya kurang lebih 12 tahun, Ning Harmanto sengaja menggabungkan pemasaran melalui klinik pengobatan tradisional untuk menggenjot penjualan produk herbal. “Saya bekerjasama dengan beberapa perusahaan penyalur seperti misalnya kimia farma, bio farma, dan menggandeng agen-agen Mahkotadewa Indonesia di seluruh nusantara. Sedangkan untuk luar negeri, beberapa kali kami telah melakukan pengiriman barang ke Australia, Belanda, dan Jerman,” terang pengusaha sukses yang telah mendapatkan banyak penghargaan tersebut.

Dari Bisnis herbal yang Ia jalankan saat ini, dalam sebulan Ning Harmanto bisa mengantongi omzet sekitar Rp 200 juta. Bukan hanya itu saja kemenangan terbesar yang Ia dapatkan, kini Ning Harmanto bisa membuka lapangan kerja bagi 50 orang karyawannya dan bisa melakukan bakti sosial berupa pengobatan gratis dengan solusi herbal bagi masyarakat di sekitarnya.

Tim Liputan BisnisUKM