Owner telur asin jeje

Usaha Telur Asin Jeje, Amati Produk Lain untuk Juarai Pasar!

Usaha telur asin jejeKudus –  Untuk membangun sebuah usaha yang tepat, terkadang diperlukan pengamatan terlebih dahulu untuk mengetahui pangsa pasar yang pas. Beredarnya produk serupa, serta kualitas produk yang lebih dahulu ada, memaksa pengusaha untuk menciptakan produk yang unggul dan berbeda dari produk sebelumnya. Hal itu pula yang dilakukan warga Kudus, Nur Alim (51) dalam membangun usaha telur asin yang diberi nama ”Telur Asin Jeje”.

Sebelumnya Alim memiliki beberapa usaha, baik yang ia bangun sendiri maupun dikelola keluarga besarnya. Namun, ia selalu tertantang untuk memiliki usaha baru yang ia rintis sendiri. Resiko tersebut ia ambil sebagai antisipasi ketika usaha yang lainnya mengalami kebangkrutan.

”Harus punya ancang-ancang usaha lainnya. Banyak orang bilang harus fokus pada satu bidang usaha. Tapi menurut saya justru sebaliknya. Harus punya usaha lebih dari satu. Dengan begitu diri pun semakin berkembang, memperluas wawasan tentang usaha, dan selalu tertantang,” kata Alim pria kelahiran Wonogiri Jawa Tengah ini.

Baca Juga Artikel Ini :

Peluang Bisnis Beternak Bebek

Melirik Peluang Usaha Telur Asin Aneka Rasa

Ketika membangun usaha telur asin, Alim melakukan survey dalam kurun waktu yang terbilang lama. Sembari itu ia pun mengumpulkan modal, dan memastikan usaha sebelumnya berjalan aman. Survey itu dilakukan guna untuk mempelajari pasar dan produk telur asin orang lain.

Owner telur asin jejeNur Alim yang asli Wonogiri ini merantau ke Kudus sejak tahun 1994. Pada tahun 1996 ia membuat usaha penyulingan cengkeh selama 9 tahun di Rembang. Kembali ke Kudus diminta oleh mertuanya untuk mengelola usaha jenang.

Usaha keluarga istrinya itu, membuatnya merasa kurang nyaman. Akhirnya ia membangun usaha tanaman hias yang bertempat di Gor Kudus. Berpengalaman dalam bidang tanaman hias, ketika tahun 2007-2008 tengah booming tanaman hias. Ia pun sering jadi juri se-Ekskaresidenan Pati ketika ada perlombaan tanaman hias.

Namun ketika usaha tanaman hiasnya mengalami kelesuan, Alim dengan dibantu sang istri Siti Marjukoh (50) yang berpengalaman membuat dodol, membangun usaha dodol dengan bahan baku tape singkong. Tak lama ia pun membuat telur asin Jeje yang kini sudah berjalan selama 7 tahun.

Membangun usaha telur asin, tantangan pun dimulai. Telur asinnya harus bersaing dengan beberapa produsen dari keturunan warga Tionghoa yang telah puluhan tahun merajai pasar di Kudus. ”Memutar otak, mempelajari bagaimana menghasilkan telur asin yang enak dan sehat. Jadilah produk yang rasa dan kualitasnya bersaing. Tetapi cukup sulit untuk memasarkan pada saat ini,” ungkap ayah satu putra ini.

Di tahun ke dua Alim masih berusaha mencari pasar. Di toko oleh-oleh besar, produknya disandingkan dengan telur asin milik warga Tionghoa yang memiliki nama besar. Ditolak berkali-kali, nyaris tidak ada yang mau menerima dan dihargai sangat murah. Namun hal itu tidak membuatnya minder, tetapi justru ia menemukan strategi promosi lainnya. Akhirnya, perlahan telur asin Jeje mendapat pelanggan. Banyak pelanggan telur asin saingannya yang beralih menjadi pelanggan telur asin milik Alim.

”Syukur alhamdulillah, setelah itu kami hanya melakukan penyetokan rutin dan tidak lagi membuka pasar. Malah kami kuwalahan melayani pesanan. Dan yang tadinya pesaing kami, juga kulakan telur asin pada kami,” ungkap pria yang akrab disapa Pak Jack ini.

Telur asin khas KudusSetelah 7 tahun merajai pasar telur asin di Kudus, sedikitnya 400-500 telur dipasok Alim setiap hari ke 50 outlet yang tersebar di area Kudus. Selain menyediakan untuk pesanan catering, Alim juga masih menerima pesanan perorangan. Dan minimal 100 butir telur asin disediakan di rumahnya yang beralamat di Kaliputu, Kudus, untuk menyediakan pembeli yang membeli secara mendadak.

“Untuk satu butir ukuran besar dihargai Rp 3.200, ukuran sedang dihargai Rp 2.800 dan ukuran kecil Rp 2.600. Setiap harinya 100 telur di rumah itu habis dalam kurun waktu yang cepat. Terkadang sore hari juga sudah habis,” ujarnya.

BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Klik Disini

Dalam empat hari sekali, Alim bisa memproduksi 200 butir. Ia pun menjualnya dalam beberapa kemasan menarik. Yaitu kemasan kardus dan kemasan plastik mika agar lebih praktis untuk oleh-oleh. Kemasan dan logo usahanya itupun Alim buat sendiri, dari hasil otodidaknya belajar software corel dan photosop. Keunggulan telur asin Jeje selain lezat, juga bisa tahan hingga 20 hari. Karena menggunakan telur bebek pilihan. Maka tak heran jika Telur Asin Jeje banyak diburu.

”Ini sudah tahun ke 8 dalam usaha telur asin. Alhamdulillah terus meningkat. Kamipun menjaga kualitas dengan tetap menggunakan telur pangon yang konsentrat. Untuk hari Minggu kami libur untuk istirahat,” kata Alim yang juga menyukai seni ini.

Ia pun membagi pengalamannya dalam membangun usaha, bahwasanya harus yakin dan optimistis apa yang dijalankan berhasil dan sukses. Dan harus siap antisipasi menghadapi kerugian. Agar kerugian tidak membuat semakin jatuh. Itulah sebabnya ia harus memiliki lebih dari satu usaha.

Ternyata disamping kesibukannya memiliki usaha tanaman hias, telur asin, dan membantu mengelola usaha jenang, sang istri yang akrab disapa Ibu Juju itu juga memiliki usaha catering. Usahanya itupun selalu kebanjiran pesanan baik dari warga sekitar juga dari dinas setempat. Alim mengaku kemampuan berwirausahanya tersebut juga sedikit banyak ia peroleh dari rekan-rekannya pengusaha sukses keturunan Tionghoa yang memang tersohor ulung dalam berwirausaha.

Tim Liputan BisnisUKM

(/Ayu)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Kudus