Kamu sudah tahu jenis kopi termahal di dunia? Jika belum, bisa mampir ke Warung Kopi Gajah milik Setyo Hartono di jalan Gondangan 6, Nglaban, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. Area kopiannya luas dengan pemandangan sawah yang dijamin bikin kamu ketagihan untuk menjadikannya tempat nongkrong bersama teman maupun keluarga.
Eits tapi warung Kopi Gajah tidak tiba-tiba berdiri lho, Hartono sang pemilik berbagi cerita dengan tim TvBisnis tentang lika-liku terbentuknya warung ini. Kamu juga bisa mengikuti ceritanya dengan membaca artikel ini. Yuk disimak cerita dari Hartono di bawah ini!
Awal Mula Terbentuknya Warung Kopi Gajah
Sebelumnya Hartono fokus pada pengembangan warung makan tengkleng gajah miliknya. Warung makan tersebut selaul ramai dikunjungi sejak pagi hingga malam hari. “Kenapa saya membuka kopi gajah? Karena di tengkleng gajah tidak menyediakan tempat untuk bersantai. Karena itu kopi gajah ini jadi tempat untuk santai dan bertemu dengan teman maupun keluarga,” jelas Hartono.
Dengan harapan kopi gajah dapat menjadi tempat yang menyenangkan untuk berkumpul, maka Hartono dan tim membangun konsep family friendly dengan tempat luas yang terbuka. Hartono menegaskan, “jadi setiap orang memungkinkan untuk melihat pemandangan di sekitar sini, seperti sawah dan juga pohon-pohon hijau. Kami berharap setelah datang ke sini, semua orangyang baru saja menghadapai berbagai macam kondisi baik di tempat kerja maupun di mana saja dapat kembali fresh.”
Warung ini menempati lahan 1,4 hektar dengan kapasitas 500 hingga 600 pengunjung. Sehingga kopian ini bisa dipakai untuk acara besar, seperti untuk acara nikahan atau reuni alumni. Harapan Hartono ke depan tempat ini bisa difungsikan untuk berbagai acara besar.
Kopi Gajah: Sediakan Kopi Termahal di Dunia
“Kopi gajah menyajikan varian kopi dari berbagai daerah di Nusantara, mulai dari Aceh, Temanggung, hingga Bali,” cerita owner tengkleng gajah ini. Keunggulan kopian ini adalah mampu menyediakan kopi Gayo, Mandailing, Kerinci yang membuat banyak pecinta kopi main ke warung kopi gajah. Tidak hanya kopi, di sini juga menyediakan minuman herbal seperti wedang uwuh.
Warung kopi gajah juga menyediakan makanan tradisional dan ‘ndeso’ sebagai pendamping. Misalnya di sini ada mie godog, sayur kates, mie goreng , dan lain-lain. Kedepannya, menurut pengakuan Hartono, ia ingin Kopi Gajah menyediakan ragam menu yang lebih luas lagi seperti sop buntut hingga sop iga.
Namun yang istimewa dari warung kopi gajah adalah adanya menu kopi gajah beneran, lho! “Kenapa saya kasih nama kopi gajah? Ya karena kopi gajah itu memang ada. Kita lebih sering kenal dengan kopi luwak yang diproses lewat pencernaan luwak,” cerita Hartono lanjut. Kopi gajah ini didatangkan oleh Hartono dari Thailand langsung. Menurut ceritanya, gajah-gajah tersebut memakan tumbuhan kopi dalam jumlah banyak. Dari puluhan hingga ratusan kopi yang dimakan, sekitar satu hingga dua kilo biji utuh keluar berbarengan dengan feses gajah.
Kopi yang masih utuh itulah yang dijadikan dasaran minuman kopi gajah. Lebih lanjut Hartono berkisah, “jadi yang dimakan sama gajah ratusan kilo, tapi yang keluar utuh cuma sedikit sekali. Karena itu kopi gajah sangat mahal.” Harga yang dibanderol untuk satu cangkir kecil kopi gajah adalah 750 ribu rupiah. Wah, fantastis sekali bukan?
“Kopi gajah ini sebenarnya hampir sama dengan kopi lain rasanya, tapi mungkin bagi yang lain bagi yang maniak kopi, sudah mencoba banyak ragam kopi seperti Kerinci, Mandailing, Gayo, kopi Bali atau juga kopi Panama hingga Brazil pasti merasakan keunikannya,” lanjutnya.
Segmentasi Kopi Gajah
Pangsa pasar warung kopi gajah adalah mahasiswa dan juga keluarga. Dengan tempat yang nyaman untuk nongkrong seharian, kopian ini menyediakan ragam jenis makanan dan minuman. Namun tidak hanya itu, agar pengunjung bisa tambah bersantai, kopi gajah juga memberikan fasilitas pemancingan.
Hartono bercerita lebih lanjut tentang fungsi pemancingan ini, “jadi keunikan di sini adalah kamu bisa menikmati alam di sekitar kopi gajah dengan memancing bersama keluarga atau teman.” Pengunjung punya pilihan untuk membawa pulang ikan mentah, atau memasaknya langsung dengan dibakar atau digoreng. Hitungannya untuk satu pancingan adalah kiloan.
Berjuang di Tengah Pandemi
Hartono beruntung, ia sudah memiliki pengalaman di bidang makanan sebelumnya, sehingga tidak terlalu kaget dengan kondisi ketika pandemi datang. “Kami agak bingung menghadapinya, tapi kami cukup tenang karena sudah biasa berkecimpung di bisnis makanan. Dengan sedikit perubahan-perubahan, warung kopi gajah tetap bertahan,” terangnya.
Pandemi memang membuat banyak bisnis oleng, dan itu dirasakan oleh Hartono. Ia bercerita bagaimana bisnisnya sempat macet ketika diterapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kesolidan timnnya membuat kondisi yang tidak menguntungkan tersebut teratas, “waktu pandemi pertama kali kita terasa sekali karena tidak ada pengunjung. Tapi waktu buka, malah jadi rame lagi.”
Strategi Warung Kopi Gajah ke Depan
Sekarang ini, di sekitar jalanan Yogyakarta, tidak luput kita temui tempat-tempat kopian baru dengan berbagai ciri khas dan juga rentang harga. Banyaknya warung kopi yang bermunculan menandakan gaya hidup masyarakat bergeser. Saat ini, berkumpul setelah pulang kerja ataupun kuliah menjadi penawar jenuh.
Dalam sudut pandang bisnis, kemunculan kopian-kopian ini menghadirkan kompetisi yang ketat. Tapi ternyata tidak bagi Hartono, “kalau melihat kondisi sekarang banyak sekali orang membuka warung kopi, mulai dari garasi hingga sewa tempat yang kecil. Bagi saya ini menyenangkan karena kita merasa tertantang untuk mengembangkan kopi gajah semaksimal mungkin. Karena dengan cara seperti itu, kita tahu bahwa pasar kopi di Yogyakarta masih terbuka luas.”
Mengembangkan bisnis memang bisa beraneka ragam, kompetitior bisa membuat pebisnis merasa tertantang dan mengembangkan produknya lebih baik lagi, atau justru merasa tidak bisa bersaing. Warung kopi gajah bertahan dengan pilihan yang pertama.
Melihat pangsa pasar peminum kopi yang sangat besar, kopi gajah berniat memperlebar bisnisnya. Untuk mengakomodasi permintaan kopi masyarakat, maka kopi gajah berniat untuk membuat kopi gajah sachet yang bisa dipasarkan secara luas hingga ke luar Yogyakarta.
Nah di atas adalah kisah bisnis Warung Kopi Gajah bersama sang owner sendiri, Setyo Hartono. Dari percakapan di atas, kita dapat melihat bahwa bisnis kopi belum ditinggal pergi para penggemarnya. Banyak cara untuk memulai usaha kopi ini lho, mulai dari membuat kopi sachet, memulai tempat kopian kecil, atau jika punya anggaran lebih kamu bisa menyewa tempat yang luas. Apakah kamu tertarik untuk memulai bisnis ini? Jangan lupa untuk kepo ke akun instagram warung kopi gajah di @kopigajah.yk atau langsung main ke alamatnya seperti yang tertera di atas ya.
Kalau tulisan ini bermanfaat menambah wawasan bisnismu, jangan lupa untuk membagikannya kepada teman-teman yang lain ya!