
Namun hal ini tidak mengendurkan semangat Nur Yaum Rachmat untuk terus memproduksi sekaligus melestarikan Batik Betawi. “Banyak juga yang tidak tahu Betawi atau Jakarta ternyata punya batiknya sendiri” tuturnya di rumahnya di Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta. Nur Yaum sendiri tidak terlalu paham mengenai asal –usul Batik Betawi. Sepengetahuannya Batik Betawi sudah sedari dulu ada di beberapa wilayah Jakarta.
Baca Juga Artikel Ini :
Sedikit informasi didapatkan di buku Suwati Kartiwa yang berjudul “Batik Betawi: Dalam Perspektif Budaya Kreatif”, mengatakan bahwa kemungkinan besar asal usul batik betawi berasal dari asimilasi masyarakat jawa dari daerah pesisiran penghasil batik dengan masyarakat betawi yang menyatu, berkumpul serta tinggal dalam waktu yang lama pada satu lingkungan kota Batavia lalu menyebarkan budaya mereka dalam bentuk kain batik.
Dan tak terkecuali Nur Yaum Rachmat yang memperoleh kepandaian membatik dari Hj. Umi Sumiyati. Berbekal pengetahuan membatik, Nur Yaum mencoba membuat batik tulis dan cetak sendiri dalam jumlah terbatas. Nur memulai usaha batik yang bernama Batik Betawi Gandaria ini sedari tahun 2012 di rumahnya. Alasannya sederhana karena Nur sendiri berasal dan lahir di Jakarta dan ingin melestarikan kebudayaan Betawi. Menurutnya antara satu batik dengan batik lainnya sebenarnya sama saja dengan batik-batik yang sudah ada di Indonesia, namun yang membedakan adalah pada motifnya.
Dalam menjalankan usahanya, Nur tidak bekerja sendiri melainkan dibantu oleh tiga orang tenaga kerja yang didatangkan dari luar daerah seperti Pekalongan dan sekitarnya. Masing-masingnya memiliki pekerjaannya tersendiri. Ada yang bekerja sebagai tukang cap dan pewarnaan. Lantaran tidak semua bisa mengerjakan pewarnaan, Nur pun datangkan orang yang mengerti soal pewarnaan dari Pekalongan “Bengkel” pengecap-an dan pewarnaan sendiri dilakukan di dekat rumahnya.
Omzet seperti roller coster
Untuk bahan baku Batik Betawi didatangkan dari Pekalongan. Nur memesan cap motifnya pun dari Pekalongan. Di rumahnya, bahan baku itu kemudian di proses hingga menjadi Batik Betawi. Dalam hal pendistribusiannya, Batik Betawi Gandaria dijual Nur di beberapa tempat di Jakarta, seperti di Graha Balaikota, toko-toko kerabatnya di Pasar Mayestik, dan Kota Kasablanka. Kebanyakan Batik Betawi dipesan oleh dinas-dinas yang memintanya untuk dibuatkan baju atau yang memesan dan hadiah ke teman-temannya. Kisaran harga yang ditawarkan, Batik satu warna dibandrol Rp 125.000 dan Rp 150.000 – Rp 180.000 untuk per-dua meter yang lebih dari satu warna. Per-dua meter untuk satu baju.
BINGUNG CARI IDE BISNIS ?
Dapatkan Ratusan Ide Bisnis Dilengkapi Dengan Analisa Usaha.
Diakui Nur, urusan penjualan Batik Betawi masih terbilang sulit. Seperti yang dikatakan dimuka banyak juga yang tidak tahu Betawi punya batiknya sendiri. Omzet layaknya roller coster, kadang naik kadang pula turun. Tidak mesti dan juga tidak mengenal musim. Perbulannya, Nur belum banyak berproduksi orderannya pun belum tetap. Dalam sehari hanya memproduksi Batik Betawi satu warna sebanyak 10-20 lembar untuk stok.
Nur punya harapan supaya Batik Betawi semakin banyak orang yang mengenalnya selain batik-batik yang sudah popoler duluan. “Inginnya sih lebih diperkenalkan lagi batik betawi dan lebih dipromosikan, bukan hanya di Jakarta saja, melainkan juga sampai luar kota” pungkasnya.
Tim Liputan BisnisUKM
(/Harry Prasetyo)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Jakarta