Produk masuk swalayan pastinya jadi salah satu tujuan banyak pelaku usaha kecil menengah atau UKM. Tidak sedikit pengusaha UKM yang tertarik bagaimana caranya agar produknya bisa dijual di swalayan atau toko ritel modern. Makin tingginya persaingan pasti mengharuskan pengusaha untuk pintar-pintar menemukan strategi pemasaran yang terbaik. Khususnya produk UKM yang kualitasnya sama seperti produk komersil lainnya.
Kemudian bagaimana produk-produk UKM bisa bertahan di tengah gempuran persaingan yang makin kompetitif? Salah satunya adalah dengan melebarkan pemasaran produk UKM melalui pasar retail modern seperti halnya swalayan. Selain dapat mendongkrak penjualan, cara ini juga dapat memberikan kesan bahwa produk UKM itu punya value yang tinggi. Tapi supaya produk masuk swalayan atau toko ritel modern itu tentunya perlu banyak persiapan. Seperti halnya produk-produk snack dari pelaku usaha UKM. Mulai dari persiapan produk, perizinan, sampai pengemasan produknya.
Secara umum, supaya produk snack atau produk pangan lainnya dari UKM punya peluang besar untuk masuk swalayan, pengusaha harus membuat produk yang spesifik artinya memiliki sesuatu yang unik dan berbeda dengan produk pasaran yang lain. Kemudian produk itu sendiri memiliki kualitas standar produk yang tinggi, mampu mempertahankan eksistensi produknya. Kalau dari skala ekonomi, tidak hanya bermain dalam pasar modern saja tapi juga masuk dalam pasar tradisional sehingga jaringan tidak akan terputus.
Salah satunya adalah produk keripik pisang aneka rasa rintisan Sofyani Mira, Bananania sejak tahun 2019. Sampai sekarang, produk Bananania sudah masuk ke lebih dari 160 swalayan dan toko oleh-oleh di wilayah DIY dan Jawa Tengah. Keripik pisang memang jadi salah satu peluang yang masih menarik untuk dikembangkan. Meski sekarang ini sudah makin banyak aneka camilan keripik yang bermunculan.
Persiapan Produk Masuk Swalayan
Berdasarkan pengalaman dari Sofyani Mira dalam mengembangkan produk Bananania keripik pisang aneka rasa, supaya produk masuk swalayan itu ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Pertama adalah keunikan dari produk itu sendiri. Mungkin selama ini keripik pisang aneka rasa lebih dikenal sebagai oleh-oleh ataupun camilan dari Lampung. Padahal komoditas pisang di Indonesia sangat melimpah dan hampir merata di seluruh wilayah termasuk Jogja. Dari situlah Sofi ingin menjadikan pisang sebagai komoditas yang bisa diolah menjadi sesuatu yang lebih unik dan menarik.
“Orang Indonesia itu kan pasti udah familiar banget sama keripik pisang. Tapi ketika diolah jadi lebih kekinian dengan berbagai varian rasa pasti lebih menarik. Apalagi kalau menyasar anak milenial yang memang suka dengan camilan dengan varian rasa yang beragam. Pengennya nggak cuma Lampung yang punya keripik pisang aneka rasa yang enak dan unik, tapi Jogja juga. Jadi kalau orang datang ke Jogja, pilihan oleh-oleh makananya jadi lebih beragam,” ujar Sofi.
Kemudian hal kedua yang harus dipersiapkan adalah soal perizinan atau legalitas produk. Untuk produk pangan setidaknya punya izin edar berupa Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT yang bisa diajukan ke Dinas Kesehatan. Kemudian kalau ingin lebih naik kelas lagi bisa pengajuan Sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia. Pada awal dirintis, Bananania dipasarkan ke masyarakat dengan mengantongi izin edar SPP-IRT. Seiring berjalannya waktu sembari mengajukan Sertifikasi Halal MUI.
Hal yang tidak kalah penting menurut Sofi adalah kemasan produk. Kemasan jadi salah satu hal yang sangat penting untuk bisa menjangkau pasar yang lebih luas. Bukan cuma sekadar jadi wadah atau tempat produk saja tapi lebih dari itu, kemasan juga menjadi bagian dari identitas produk itu sendiri. Apalagi kalau kita lihat persaingan bisnis saat ini yang makin kompetitif. Kemasan bisa menjadi salah satu nilai jual sekaligus modal untuk menguatkan daya saing di antara produk serupa dari kompetitior lain.
Pengembangan Bisnis Keripik Pisang
Pada awalnya, produk keripik pisang Bananania hanya menyediakan satu varian rasa yaitu rasa cokelat. Kemudian sembari berjalan Sofi terus mengembangkan untuk produk keripik pisang Bananania dengan menghadirkan varian rasa yang baru yaitu pedas, barbeque, keju, dan madu. Bahkan sekarang ada produk Banana Granola sebagai snack sehat yang menyasar kalangan anak muda dewasa.
Diakui oleh Sofi, produk keripik pisang Bananania punya ciri khas pada citarasanya yang berbeda dengan keripik pisang aneka rasa ada umumnya. Kalau biasanya rasa yang lebih kuat justru datang dari bumbu, Bananania justru menguatkan pada rasa khas dari pisang itu sendiri.
Untuk penggunaan kemasan, pada awalnya Bananania belum menggunakan standing pouch warna full printing tapi memanfaatkan stiker untuk label kemasannya. Tapi kemudian di-upgrade menjadi kemasan standing pouch aluminium foil printing full warna. Alasan kenapa jenis kemasan yang dipilih adalah standing pouch aluminium foil adalah karena materialnya merupakan kemasan food grade. Selain aman untuk produk makanan juga bisa menjadikan makanan yang dikemas lebih awet atau tahan lama.
“Dulu pas awal banget baru punya izin PIRT, kemasannya masih pake label stiker. Setelah udah dapet label halal dari MUI baru diganti ke kemasan standing pouch printing full warna. Untuk desain kemasan juga sudah lebih beragam, dulu monoton. Sekarang tiap varian rasa warna kemasannya berbeda. Kemasan produk itu penting banget, selain melindungi kualitas produk juga bisa merepresentasikan value produk itu sendir. Kalau pakai plastik lama kelamaan makanannya juga ikut bau plastik,” tambah Sofi.
Strategi Pemasaran Keripik Pisang
Pemasaran yang Sofi lakukan untuk brand Bananania keripik pisang aneka rasa memanfaatkan media online dan juga offline. Untuk media online Sofi memilih marketplace dan juga media sosial. Di salah satu platform marketplace yang digunakan bahkan produk Bananania sudah masuk ke pasar ekspor. Lebih tepatnya ke negara tetangga Singapura. Maka dari itu sekarang ini Sofi sedang mengusahakan izin BPOM supaya produk Bananania bisa diekspor secara mandiri. Bananania juga menjadikan media sosial instagram @bananania_jogja untuk pemasarannya.
Untuk pemasaran secara offline, Bananania menerapkan sistem konsinyasi ke beberapa swalayan dan toko oleh-oleh di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga Jawa Tengah. Beberapa toko dan swalayan juga ada yang beli putus. Tapi ketika model yang diterapkan adalah titip jual, perhitungan dan perputaran modal benar-benar harus diperhatikan.
Selain model B2C atau business to consumer, Bananania juga mulai merambah pada model B2B atau business to business. Jadi, Bananania membuka kesempatan untuk pelaku usaha mengambil produknya dalam jumlah besar untuk di-repacking. Dari segi legalitas, hal ini diperbolehkan asalkan produsen sudah memiliki izin edar dan penjual mencantumkannya di kemasan atau brandnya sendiri.
Rencana ke Depan
Tidak berhenti hanya menjangkau pasar lokal saja, ke depannya Sofi juga akan mengekspor produk-produk Bananania ke luar negeri secara mandiri. Meski saat ini produknya sudah masuk ke pasar Singapura melalui platform marketplace. Selain itu, Sofi juga berencana untuk menjadikan proses produksi dilakukan dengan teknologi yang lebih canggih dan bisa zero waste.
“Pengennya bisa zero waste, sejauh ini kulit pisang nggak cuma jadi limbah, tapi diolah jadi pupuk cair dan pakan ternak. Sekarang saya juga sedang coba mengulik untuk bikin keripik kulit pisang. Sementara untuk remahan keripik pisang dari proses spinning diolah jadi banana granola. Jadi rencananya limbah yang dihasilkan dari bisnis keripik pisang aneka rasa ini makin sedikit,” tutup Sofi.
Itulah kisah tips supaya produk masuk ke swalayan dari Bananania @bananania_jogja yang semoga bisa menjadi inspirasi untuk kamu dalam menjalankan bisnis. Bagikan juga tulisan ini ke teman kamu yang lain supaya makin banyak orang yang terdorong untuk terus mengembangkan bisnisnya.
Apakah kamu tertarik untuk memasarkan produk kamu di swalayan atau ritel modern?