UKM-Penghalang PHK Massal

pameran produk ukmMemberdayakan usaha kecil menengah (UKM) merupakan bagian solusi untuk membendung laju pemutusan hubungan kerja (PHK). Pemberdayaan UKM akan mampu menampung angkatan kerja baru juga korban PHK sehingga mereka mempunyai pendapatan, mempertahankan dan bahkan menaikkan daya belinya. Jumlah UKM yang mencapai 49,7 juta unit, jika masing-masing mempekerjakan dua karyawan, akan menampung 99,4 juta angkatan kerja.

Sebenarnya kita tidak perlu cemas dengan krisis keuangan global bila pemerintah bersama dunia usaha, serta masyarakat bersungguh-sungguh dalam memberdayakan mereka dalam program pemberdayaan. Pendekatan pemerintah pada UKM bukan sekadar bantuan charity, namun ingin menaikan kapasitas UKM agar memperkuat sendi-sendi perekonomian bangsa.

Intervensi yang dapat dilakukan kepada UKM melalui, pertama, memperkuat bantuan modal, agar dapat mengakses perbankan dan lembaga keuangan.

Kedua, memperluas pasar dengan memperbanyak pameran, baik yang dilakukan instansi pemerintah maupun bersama-sama dengan institusi swasta.

Ketiga, mempermudah akses UKM memperoleh perijinan sehingga menjadi badan usaha formal. Ke empat, memperbanyak regulasi pengetatan impor untuk melindungi industri dalam negeri.  Sebaiknya pemerintah tidak latah mempermudah impor dengan alasan keterbukaan perdagangan bebas.

Sebenarnya aturan tersebut dapat diakali dengan menyusun aturan yang tidak berbenturan dengan perdagangan bebas, tapi tetap mendukung perkembangan industri nasional.

Terobosan Dewan Kerajinan Nasional Surabaya
Mungkin kita perlu belajar dari Dewan Kerajinan Nasional Kota Surabaya yang mendorong produk usaha kecil dan menengah masuk dalam pusat perbelanjaan yang mulai menunjukkan hasil. Paling tidak produk kerajinan tangan, termasuk camilan khas Surabaya, yang kini diminati konsumen.

Menurut salah seorang pelaku UKM kerajinan tangan yang memanfaatkan pelepah pisang dan eceng gondok, kehadiran produk di beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya mampu mengangkat omzet hingga 50 persen. Pesanan dari berbagai pedagang di luar Pulau Jawa juga terus meningkat.

Dari kegiatan ini bisa dilihat produk kerajinan buatan perajin Surabaya semakin dikenal dan diminati konsumen lokal. Respons pasar relatif bagus meski sedang mengalami kelesuan ekonomi. Selama ini produk tersebut memang masih dipasarkan sendiri oleh pelaku usaha tanpa mendapatkan akses memasarkan di mal karena biaya sewa relatif mahal.

Dengan bantuan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Kota Surabaya, pelaku UKM mendapat keringanan biaya stan selama pameran. Hingga pertengahan April 2009 Dekranas Kota Surabaya menggelar Surabaya Handicraft Bazaar 2009, yang dibuka di ITC Surabaya pada Rabu 1 April 2009.

Salah seorang  produsen bunga kering yang rutin mengikuti pamaren produk kerajinan yang digelar Dekranas Kota Surabaya, mengemukakan bahwa pembeli akan melirik produk-produk lokal melalui pameran seperti itu.
Semakin sering produk lokal dipasarkan melalui pusat perbelanjaan, secara perlahan tetapi pasti perilaku cinta produk impor terkikis. Hampir semua pelaku usaha, termasuk camilan dan kain batik, mengalami peningkatan omzet yang signifikan di pusat perbelanjaan.

Dalam setiap pameran, ada saja pelaku UKM yang baru pertama kali memperkenalkan produknya. Namun, tidak jarang usaha yang hanya mempekerjakan sekitar 10 orang sudah berlangsung lama. Sebagai contoh adalah produk coklat dengan rasa buah-buahan bermerek Vanesa, yang diproduksi di Gresik tetapi dikemas di kawasan Perumahan Delta Sari, Sidoarjo.

Sumber Gambar : UKMcentre.org

1 Komentar

Komentar ditutup.