Keuangan UMKM

UMKM Indonesia Harus Waspadai Pemborosan Dana

Keuangan UMKMPernahkah dalam berbisnis Anda mengalami beban pengeluaran yang terlalu besar. Tanpa disadari pelaku usaha termasuk UMKM Indonesia seringkali melakukan pemborosan. Hal-hal kecil seperti kertas untuk print out atau fotokopi, dan buang-buang pulsa untuk pembicaraan yang tidak perlu seringkali luput dari perhatian. Di sisi lain, seringkali kita mengeluh tentang susahnya mendapatkan uang. Namun yang mengherankan, kita tidak pernah mencoba untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi hal-hal yang termasuk dalam kategori pemborosan tersebut.

Pemborosan adalah segala sesuatu yang berlebih di atas kebutuhan minimum atas segala hal yang seharusnya memberi nilai tambah. Singkat kata, kalau sesuatu tidak memberikan nilai tambah itulah yang dinamakan pemborosan. Pemborosan tidak hanya tentang menghabiskan uang atau anggaran dana untuk sesuatu yang tidak diperlukan saja. Pemborosan juga meliputi peralatan, bahan, dan juga waktu kerja.

Macam-macam pemborosan yang sering terjadi dalam UMKM adalah sebagai berikut :

Pemborosan karena over produksi

Pemborosan karena over produksi adalah pemborosan karena produksi yang dilakukan melebihi jumlah yang dibutuhkan. Kelebihan produksi ini akan menimbulkan pemborosan seperti penambahan ruangan untuk penyimpanan, biaya perawatan atau penjagaan juga akan meningkat, dokumen-dokumen yang dibutuhkan bisa jadi akan bertambah, bahkan harus menambah jumlah karyawan. Over produksi sering dianggap sebagai cadangan untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba permintaan melonjak. Namun, ada baiknya jika diperhitungkan terlebih dahulu siklus naik turunnya permintaan sehingga bisa menentukan saat yang tepat untuk melebihkan produksi  agar tidak terjadi pemborosan.

Pemborosan karena persediaan

Pemborosan karena persediaan adalah adalah berlebihnya bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi. Misalnya bisnis rumahan olahan hasil laut rata-rata membutuhkan ikan segar sebanyak 100 kilogram untuk membuat nugget ikan sebanyak 50 bungkus per hari, namun membeli persediaan sebanyak 150 kilogram. Sementara kapasitas produksi alat dan karyawan hanya mampu memproduksi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Sisa persediaannya harus disimpan. Penyimpanan inilah yang menimbulkan pemborosan serupa dengan biaya yang ditimbulkan saat over produksi.

Pemborosan karena gerakan

Pemborosan karena gerakan adalah pemborosan yang ditimbulkannya gerakan yang berlebihan. “Gerakan” tidak selalu identik dengan “kerja”. Sebagai contoh seorang karyawan bengkel memerlukan waktu yang cukup lama karena kebingungan mencari alat-alat yang dibutuhkan karena peralatannya tidak terorganisir dengan baik. Gerakan yang timbul karena mencari tersebut tidak memberikan nilai tambah apapun. Waktu yang terbuang karena gerakan tidak perlu tersebut seharusnya dapat diminimalkan dengan pengorganisasian alat yang jelas missal dengan menerapkan konsep 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin).

Pemborosan karena cacat produksi

Pemborosan yang timbul karena cacat produksi bisa jadi pemborosan yang biayanya cukup besar. Barang cacat produksi membutuhkan kerja ulang untuk memperbaikinya jika memungkinkan. Jika tidak memungkinkan maka barang tersebut akan dimusnahkan. Sudah terlihatkan berapa biaya yang harus dikeluarkan. Belum lagi jika barang cacat produksi tersebut diketahuinya saat sudah sampai ke tangan konsumen. Biaya akan bertambah seperti biaya penanganan komplain, garansi (jika memberikan), bahkan biaya untuk mengembalikan reputasi bisnis anda.

Cacat produksi terkadang tidak bisa dihindari. Tetapi, akan lebih baik jika membuat system kerja khusus untuk menemukan ketidaksempurnaan dalam proses produksi sehingga lebih cepat untuk ditangani dan dilakukan perbaikan. (/Adin)

Kontributor BisnisUKM.com area Jawa Timur

Sumber gambar : http://www.fins.az/sites/default/files/editor/hesablama%20kalkulyator%20stat.jpg