Meski sudah sering mengikuti pameran, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta, sampai hari ini masih banyak pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang masih mengeluh jika pameran sepi transaksi penjualan.
Hal ini juga dibenarkan oleh Tri Karyadi Riyanto yang sekarang menjabat sebagai Kepala Bidang Pengembangan UMKM Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Jogja .
Meski dinas tak henti-hentinya membantu UMKM memasarkan produk-produknya melalui event pameran, seperti yang biasa dilakukan di Malioboro Mall, sayangnya sampai sekarang kebanyakan UMKM masih menganggap pameran sebagai ajang berjualan.
“Sulit mengubah pola pikir pelaku usaha bahwa pameran bukan sebagai ajang jualan tapi ajang promosi. Saya kerap mendapat keluhan dari pelaku UMKM jika pamerannya sepi atau tidak ada produk terjual,” tutur Tri Karyadi Riyanto.
Padahal, sebenarnya esensi pameran tidak hanya untuk bertransaksi pada saat pelaksanaan pameran, tetapi lebih pada aspek jangka panjang di mana proses transaksi maupun peluang kerjasama lainnya bisa terjadi di luar event pameran tersebut.
“Kami hanya bantu mempromosikan bukan reselling. Ya syukur-syukur kalau ada order saat pameran,” imbuhnya dikutip dari Harianjogja.com.
Pedagang Menganggap Pameran Sebagai Ajang Jualan
Belum semua usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memahami peran penting event pameran. Sebagian besar dari mereka masih beranggapan pameran sebagai ajang jualan, jadi mereka membawa barang sebanyak-banyaknya. Bahkan jika tidak ada stok, mereka sampai meminjam barang orang lain untuk ikut dipasarakan.
Ditemui ketika hadir dalam acara Angkringan Pakdhe Harjo di Radio Star Jogja FM, Theressa Naumi sebagai salah satu pelaku pameran yang menjalankan usaha pembuatan kain batik di Jogja, juga kerap mendapati rekannya mengeluh karena dagangannya tidak laku saat pameran. Untuk mengedukasi pelaku UMKM, Dinas siap menyelenggarakan kegiatan yang memajukan UMKM termasuk mendorong aktivitas promosi melalui event pameran.