Fashion bernuansa etnik kini semakin digandrungi masyarakat, terutama kaum milenial. Majunya zaman, membuat anak muda berlomba-lomba menjaga eksistensi mereka lewat gaya pakaian yang berbeda. Hal itu yang dimanfaatkan para pegait bisnis fashion untuk sekaligus mengangkat kain khas daerah masing-masing.
Ya, salah satunya Oktaviani Katarina Putri, gadis 21 tahun yang sejak 2012 sibuk mengurusi bisnis fashion luriknya bernama Oppu Label.Co. Di usia muda, gadis yang akrab dipanggil Oca ini memilih kain lurik sebagai alat ekspresi diri. Pilihannya pun nyentrik, bukan lurik pabrikan melainkan lurik gendong tradisional yang dibuat manual dengan alat tenun bukan mesin (ATBM).
Sebuah teras rumah di Perumahan Griya Ardi B15, Mojosongo, Jebres, Solo menjadi “studio” sehari-hari Oca berkreasi. Berukuran 3×10 meter, ruangan itu penuh dengan berbagai produk pakaian dan kerajinan tangan seperti baju, rok, sepatu, syal, tas, dompet, bahkan payung bermotif lurik.
Di ruangan itu pula, Putri berkreasi dengan tema pop, warna mencolok, serta desain kekinian. Semua itu disematkan agar lurik buatannya dapat menyasar seluruh kalangan, tanpa menghilangkan esensi lurik sebagai motif garis kecil yang berasal dari paduan warna benang yang ditenun. Melalui tangan dinginnya, industri rumahan itu kini beromzet belasan juta rupiah per bulan.
“Tenun lurik itu orang mengenalnya hanya sebatas kain untuk nggendong tenggok di desa. Terus kok kayaknya menarik kalau kita bikin produk bernilai jual tinggi. Sama sekalian mengenalkannya gak hanya di sini tapi juga di luar negeri,” tutur Oca.
Meski produknya laris manis, sulung dua bersaudara itu mengerjakan kreasi lurik bukan semata-mata hitungan bisnis. Baginya ada tujuan lain yang lebih besar yaitu mengenalkan khasanah bangsa ke seluruh penjuru dunia.
Dari Pameran ke Pameran
Zaman sekarang tidak menggunakan pemasaran via daring sepertinya kurang afdol. Tapi sebentar. Selain melalui toko daring dan media sosial, Putri ternyata juga memasarkan produknya via otlet seperti di Car Free Day Jalan Slamet Riyadi, Night Market Ngarsopuro dan Solo Paragon Mall. Beberapa tempat itu merupakan hasil kerja sama dengan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta.
Melalui jaringan kedinasan pula, Oca mendapatkan kehormatan menjadi salah satu wakil Kota Solo untuk maju dalam Inacraft April lalu. Pameran bertaraf internasional itu, menurut Oca, menjadi satu langkah maju dalam mengenalkan lurik tradisionalnya ke kancah internasional.
“Dari pameran selama lima hari itu (Inacraft), banyak insight yang didapat, termasuk mendapat buyer dari Malaysia. Omzet yang didapat pun bisa dua hingga tiga kali lipat dibanding biasa. Kita juga ngobrol dengan UKM lain dan ternyata ada yang bisa diajak bisnis bareng,” lanjutnya.
Ratusan produk kreasi lurik ia bawa dari Solo ke Jakarta dan mendapat tanggapan positif dari para pengungjung pameran. Rata-rata produk Oca dibanderol harga kisaran 15 ribu hingga ratusan ribu rupiah tergantung jenis, ukuran, dan desain kreasi lurik.
Untuk pemilihan desain serta pemasaran produk tersbeut, sepenuhnya dipegang oleh Oca. Sementara, dalam produksi, Oca dibantu Sang Ayah dan Ibu, serta sejumlah karyawan lepas. Ada cerita tersendiri
Mengangkat Penenun Lurik
Para karyawan lepas Oca bukan hanya menjadi pemain bayangan dalam bisnis lurik yang ia jalankan. Malah mereka menjadi salah satu prioritas utama Oca dalam pengembangan bisnis. Mereka tak lain adalah para penenun lurik.
Untuk bahan kain lurik, Oca tidak memproduksi sendiri, melainkan dibantu para perajin tenun di Kecamatan Cawas, Klaten. Proses mencari tenun lurik ATBM berkualitas juga tak gampang. Oca harus mencari sampai ke pelosok desa, untuk menemukannya.
“Awalnya ingin mengenalkan tenun lurik ini sendiri. Tapi melihat para penenun di Cawas yang kebanyakan udah tua, kami juga ingin mengangkat perekonomian mereka. Hasil tenunannya memang kasar dibanding pabrik, tapi ini lah tenun lurik sesungguhnya, yang dibuat manusia bukan mesin,” lanjut Oca bersemangat.
Selain penenun lurik, putri juga menjalin kerja sama dengan perajin lain, seperti pelukis kain dan perajin payung. Pelukis kain dibutuhkan Oca untuk menyematkan ornamen-ornamen seperti bunga pada kreasi luriknya. Sementara perajin payiung Kecamatan Juwiring, Klaten, dibutuhkan untuk membuat kreasi baru produk interior.
“Sekarang individu yang bergantung sama Oppu Label.Co semakin banyak. Jadi tak ada alasan lain untuk tidak bersemangat menjalankan bisnis lurik ini. Harapannya Oppu Label.Co bisa semakin banyak membawa dampak positif bagi orang-orang,” tutupnya.
Tim Liputan BisnisUKM
(Rizki B.P)
Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Solo Raya