Dollar Menguat, Pengrajin Rotan Desa Ini Justru Dapat Berkah

dollar-menguat-pengrajin-rotan-desa-ini-justru-dapat-berkah

Beberapa waktu terakhir nilai tukar rupiah terhadap dollar US melemah hingga hampir 15 ribu rupiah per satu dollar. Meski terkesan negatif, melemahnya nilai tukar rupiah ternyata tidak selalu berimbas buruk. Salah satu yang terkena dampak positifnya yaitu para pengusaha kerajinan rotan di Desa Trangsan, Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah.

Keuntungan para pengrajin berupa margin dari tingginya harga dollar dengan cost produk dalam negeri yang cenderung masih stabil. Para pengrajin mengambil bahan mentah rotan sebagian besar dari Kalimantan dan Sumatera. Biaya pengiriman memang mengalami sedikit kenaikan, tapi itu bukan akibat rupiah melemah melainkan cuaca esktrim di perairan Jawa.

Tambahan biaya itu juga masih dapat diatasi dengan margin rupiah-dollar yang mereka terima. Namun, keuntungan yang mereka miliki sekarang bukan datang bak keajaiban. Para pengrajin rotan Trangsan telah puluhan tahun berjuang hingga mampu merambah pasar furnitur Asia, Australia, Eropa, bahkan Amerika.

“Ada keuntungan berupa margin tingginya dollar. Misalnya kursi ini dijual 60 dollar Amerika, kalau dihitung per item marginnya bisa sekitar 100 hingga 150 ribu rupiah untuk pesanan akhir akhir ini,” ungkap Suryanto, salah satu pengrajin rotan yang merambah ekspor.

Momen yang sama terjadi pasca reformasi sekitar akhir 90-an. Saat itu Indonesia mengalami krisis moneter, dengan nilai tukar rupiah meningkat dari empat ribu rupiah menjadi 16 ribu rupiah. Peningkatan yang wah tersebut serta merta langsung membuat perusahaan asing dan perusahaan besar gulung tikar.

Pada masa itu, usaha kecil menengah di Desa Trangsan tetap bertahan. Malah mereka mengembangkan pasar ekspor hingga ke beberapa benua. Masa-masa itu diyakini para pengrajin sebagai masa kejayaan kerajinan rotan di Trangsan.

“Waktu krisis moneter dimana perekonomian Indonesia hancur saat itu, tapi masyarakat Trangsan malah bangkit, memperoleh keuntungan dari melemahnya tukar rupiah. Termasuk usaha kecil. Secara tidak langsung kalau pesanan ekspor ada terus, kontinyuitas sub kon (UMKM) itu terjamin,” ungkapnya.

Para pengrajin memproduksi berbagai produk furnitur seperti meja, kursi, lemari, keranjang, hingga wadah lampu hias. Harganya bervariasi dari puluhan ribu hingga puluhan juta rupiah per item. Selain ekspor mereka juga melayani pasar domestik hampir ke seluruh kota besar di Indonesia. Bisa dibilang Desa Trangsan ini sebagai surganya kerajinan berbahan rotan.

Surga Kerajinan Rotan

suryanto-pengrajin-rotan
Suryanto, Pengrajin Rotan

Sebutan surga kerajinan rotan untuk Desa Trangsan, bukan tanpa alasan. Trangsan menjadi sentra kerajinan rotan selama puluhan tahun. Saat ini saja ada sekitar 200 usaha kerajinan rotan dengan 26 di antaranya telah menembus pasar dunia.

Meski tak semua melayani ekspor, pengiriman ke luar negeri tersebut juga berdampak positif bagi pengrajin rumahan. UKM tetap mendapat bagian dalam pemenuhan pesanan ekspor, apalagi setelah adanya koperasi.

“Kini anak muda Trangsan juga mulai berbisnis kerajinan rotan. Mereka melalui online, ada juga yang mendesain rumah mereka menjadi semacam showroom. Semangat ekonomi di Trangsan seperti hidup lagi,” ungkap Supardji, Ketua Koperasi Serba Usaha Trangsan Manunggal Jaya.

Desa Trangsan bisa disebut juga desa mahal, pasalnya perputaran uang disana sangat besar. Dalam sebulan saja, para pengusaha mampu mengirim produk ekspor senilai 10 milyar rupiah. Dan angka tersebut trennya meningkat menilik beberapa tahun ke belakang.

Dengan adanya koperasi juga, diharapkan pembagian “kue” di Trangsan tidak besar sebelah. Semuanya mendapatkan bagian sesuai dengan porsi masing-masing. Koperasi di Trangsan ini juga bisa disebut unik, sebab jarang ada koperasi yang mampu melayani pasar ekspor.

Misi Stabilkan Rupiah

Dalam konferensi pers beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo mengungkapkan salah satu antisipasi melemahnya rupiah adalah dengan menekan impor dan mendorong ekspor. Hal tersebut diamini para pengusaha kerajinan rotan seperti Suryanto dan Supardji.

Para pengrajin berkomitmen untuk menggenjot ekspor mereka demi turut andil dalam upaya menstabilkan rupiah. Mereka juga berharap pemerintah memihak kepada eksportir dan membatasi produk-produk impor melalui regulasi.

Jika regulasi, nilai produk, dan besarnya pasar ekspor di Trangsan disatukan, akan menjadi ekonomi rakyat yang sangat baik. Satu-satunya kendala yang mereka hadapi yaitu kurangnya tenaga kerja terampil di Trangsan.

“Tenaga kerja terampil saat ini sangat kurang. Jadi sekarang di daerah kami bukan hanya mebel dan kerajinan saja tapi sudah banyak industri garmen, plastik, pabrik sepatu. Jadi angkatan kerja baru itu cenderung kerja di sana,” turup Supardji.

Tim Liputan BisnisUKM
(/ Rizki B.P)
Kontributor BisnisUKM.com wilayah Solo Raya