Lilis Sunaryo owner Anggrek Aksesoris

Ajak Ibu Rumah Tangga Hasilkan Omzet Jutaan Lewat Kreasi Akrilik

Lilis Sunaryo owner Anggrek Aksesoris
Lilis Sunaryo owner Anggrek Aksesoris, ketika mengikuti pameran Koperasi dan UMKM di Sleman

Yogyakarta – Bisnis kerajinan yang selalu berkembang, menuntut pelakunya selalu kreatif dan inovatif menciptakan produk baru. Dibutuhkan skill dan pengalaman untuk mampu menjalankan bisnis tersebut.

Namun, bukan menjadi masalah bagi mereka yang sama sekali belum pernah membuat kerajinan untuk kemudian menekuni bisnis ini. Dengan adanya buku tutorial atau media internet, pelaku baru bisa belajar otodidak. Seperti yang dilakukan Lilis Sunaryo.

Meski memasuki usia yang tak lagi muda, tekadnya mewujudkan keinginannya memberdayakan ibu-ibu di sekitarnya untuk bisa membantu perekonomian keluarga sangat membara. Lilis pun mengajak para ibu membuat kerajinan berbahan akrilik.

Tularkan Keterampilan Merangkai Akrilik ke Tetangga Sekitar

Lilis suskes memberdayakan kalangan ibu rumah tangga
Meski usianya tak lagi muda, Lilis ingin memberdayakan ibu-ibu di sekitar rumahnya.

Kemampuan Lilis tersebut diperolehnya dari mempelajari buku tutorial aneka kerajinan. Beberapa kali mencoba dan kerap berlatih membuatnya semakin mahir. Dan kemampuannya merangkai akrilik menjadi pajangan bunga cantik dan ragam aksesoris ditularkan kepada anak didiknya yang ikut dalam Kejar paker A dan B.

”Awalnya belajar membuat kerajinan akrilik ini ingin memberikan bekal keterampilan untuk siswa Kejar Paket. Tapi setelah kelas selesai, dari pada ilmunya tidak bermanfaat saya coba ajarkan ke Ibu-ibu sekitar rumah. Untuk mengisi waktu luang yang hasilnya juga lumayan karena laku dijual,” katanya.

Istri dari Sunaryo yang menjabat sebagai kepala Dusun Dukuh II Margoagung, Sayegan, Sleman, Yogyakarta ini juga aktif di beberapa organisasi dan menjadi Kurikulum Guru Paud di daerahnya. Selain mengajar ibu-ibu di sekitar rumahnya dan beberapa desa di Kecamatan Sayegan, Lilis juga membekali para Guru Paud aneka kerajinan. Tak hanya akrilik tapi juga menjahit baju, menjahit jilbab, dan merajut.

Rekanan yang luas membuat hasil kerajinan buatan Lilis mudah dikenal. Produk-produknya yang semakin banyak dipasarkan di teras rumahnya pun banyak dipesan oleh Balai Latihan Kerja (BLK), Unit Pengelolaan Keuangan (UPK) di daerahnya.

”Tak hanya dari Desa saya sendiri, tapi ada beberapa desa lain yang ikut membuat. Seperti Ibu-ibu Dusun Sayegan yang juga turut serta. Jadi semakin luas yang tahu, dan membuat mudah memasarkannya,” tuturnya.

Modal Rp 250 Ribu Kini Lilis Bisa Berdayakan Ibu-Ibu

bisnis kerajinan akrilik diminati kalangan ibu dan anak-anak
Untuk menarik minat calon pembeli, Lilis membuat produk aksesoris yang digemari ibu dan anak-anak.

Usaha yang dimulai dari tahun 2012 dan diawali modal Rp 250 ribu itu kini telah memiliki 11 karyawan lepas, 4 karyawan tetap yang terdiri dari para ibu rumah tangga usia 30-an ke atas. Karyawan Lilis tersebut rutin membuat hiasan meja, bros, aneka bunga, gantungan kunci. Adapula yang membuat kerajinan dari sampah plastik yang dibuat tirai atau kalung. Ketika jelang Lebaran, Lilis pun menambah karyawan karena untuk memenuhi pesanan yang meningkat.

”Pernah pameran di Jakarta. Lihat banyak yang datang itu ibu-ibu dan anak. Sehingga untuk menarik pembeli, saya membuat aksesoris yang digemari ibu dan anak-anak. Juga menambah ragam produk untuk souvenir,” ujarnya.

Sampai saat ini penjualan usaha yang diberi nama Anggrek Aksesoris itu masih dilakukan secara offline di rumahnya di Dukuh II Margoagung, Sayegan, Sleman, Yogyakarta dengan memasang etalase. Namun Lilis dibantu temannya untuk melakukan pemasaran online, yang penjualannya menjangkau Jakarta, Bandung, Semarang, Bali, Surabaya, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun pemesanan rutin oleh reseller di Bali dan Surabaya.

”Penjualan dionline-kan teman-teman. Yang laku tiap hari itu bros yang harganya mulai Rp 1.000 hingga Rp 10 ribu. Untuk aneka tangkai bunga harganya mulai Rp 5 ribu sampai Rp 35 ribu. Untuk bahan baku saya beli di sekitar Jogja saja,” Tutur ibu dua putra ini.

Lika-liku mengembangkan bisnis kerajinan akrilik

Produk kerajinan bros akrilik paling laris di pasaran
Yang laku tiap hari itu bros yang harganya mulai Rp 1000 hingga Rp 10 ribu.

Lilis mengaku, kendala yang dihadapi dalam mengelola bisnis kerajinan akrilik ini yang paling terasa yaitu masalah pemasaran, kualitas SDM, pemodalan, dan packing. Untuk SDMnya Lilis masih kesulitan melatih, dari 20 orang hanya 4 orang saja yang mampu membuat produk yang layak jual. Selebihnya masih membuat, namun Lilis lah yang harus melakukan finishing. Untuk pengepakan atau packing  Lilis juga masih kesulitan untuk membungkus produknya agar aman jika ada pemesanan luar kota yang jumlahnya sedikit.

Meski berbahan akrilik, produk Anggrek Aksesoris diakui Lilis lebih awet karena tidak menggunakan lem. Melainkan merekatkannya menggunakan benang senar. Saat ini Lilis memiliki 5000 kreasi bros dan ragam bunga-bunga lainnya.

Ibu yang hobi kerajinan sejak kecil ini memang selalu memanfaatkan waktu luangnya. Sambil nonton tv Lilis pun masih membuat aneka kerajinan. Belum lagi setiap bulannya ia memiliki target untuk membuat kerajinan model lain yang lebih bagus lagi. Ia pun berharap para ibu-ibu yang telah memiliki keterampilan bisa berani menjual produknya dan mengikuti pameran.

”Saya malah senang ibu-ibu berani ikut pameran, supaya kerajinan ini juga ada penerusnya. Misalnya dari Minggir yang rutin membuat. Hasilnya lumayan, per bulan bisa mencapai omzet Rp 4 jutaan,” ungkapnya.

Menomorsatukan kualitas dalam menjalankan bisnis kerajinan akrilik
Meski berbahan akrilik, produk Anggrek Aksesoris diakui Lilis lebih awet karena tidak menggunakan lem. Melainkan merekatkannya menggunakan benang senar.

Dengan dukungan suami dan putra-putranya, Lilis ingin terus berkarya dan produknya bisa dikenal ke seluruh Indonesia. Prinsipnya, meski bisnis serupa makin marak namun yang membutuhkan lebih banyak. Jadi peluang pasar masih luas.

”Saya berharap ibu-ibu RT bisa mengisi kegiatan yang positif dan menghasilkan nilai ekonomi. Jangan berpikir laku tidaknya dahulu sebelum mulai. Tapi ciptakan produk yang baik dan unggul, tumbuhkan semangat pasti ada hasilnya. Usaha itu didasari dengan ibadah biar jalannya enak. Meski banyak persaingan, tapi yakin dan berdoa usaha itu jalannnya. Rezeki sudah ada yang atur. Pokoknya usaha,” pungkas Ibu yang memasuki usia 50 tahun itu.

Tim Liputan BisnisUKM

(/TITIS A.W)

Kontributor BisnisUKM.com wilayah Yogyakarta