Ada yang mencuri perhatian saat melintas di jalan raya Mranggen, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. Berjarak setengah jam dari pusat Kota Solo, bangunan berbentuk kastil ini terlihat mencolok dibanding bangunan lain. Bangunan besar dengan satu menara yang mencuat tinggi tersebut merupakan kedai kopi Minarets Coffee.
Adalah Irsyad Hanafi yang memiliki ide membuat kedai kopi berkonsep kuno ini. Lulus kuliah jurusan arsitektur, ia pun mengaplikasikan ilmu dan hobinya dengan mendirikan Minarets Coffee Januari 2018 lalu. Ketika menyambangi bagian dalam Minarets Coffee, pengunjung bakal tercengang dengan rupa desain interior yang lebih mirip museum ketimbang tempat ngopi.
Ratusan barang kuno berbahan besi terpajang di setiap sudut kedai, seperti mesin jahit lawas, kursi barbershop, hingga timbangan. Bahkan ada pula barang berukuran besar seperti bagian mesin pabrik dan proyektor jaman dulu.
“Kalau saya pribadi memang senang dengan barang-barang kuno dari besi. Memang kami sengaja menampilkan konsep arsitektural yang kuno. Mulai dari arsitekturnya hingga mesin-mesin yang kita pakai di sini semua kuno,” ungkap Irsyad Hanafi, owner Minarets Coffee, saat disambangi tim BisnisUKM.
Dari luar, kedai ini menyerupai kastil ala Britania Raya. Sebuah menara di puncak bangunan menyuguhkan pengalaman melihat sunset bagi para pengunjung. Bangunan ini terdiri dari 3 lantai yang dihubungkan dengan tangga besi memutar.
Sementara itu di bagian terbuka terdapat beberapa meja kursi dengan payung besar. Sekelilingnya berhias mesin-mesin pabrik jadul berukuran besar. Bangunan lain berkonsep menyerupai Pendapa Jawa lengkap dengan kursi dan meja lawas.
Terinspirasi Menara Kastil
Irsyad menceritakan sudah lama ingin menerapkan ilmu arsitekturnya dengan membuat bangunan bergaya kerajaan Inggris. Salah satu yang ia gemari yakni bentuk menaranya yang bergaris tegas dan terlihat sangat berkelas.
Saking tergila-gilanya dengan menara, Irsyad menggunakan bentuk tersebut pada logo Minarets Coffee. Ia juga membangun menara setinggi sekitar 20 meter beraksen menara kastil Inggris. Selain dapat menikmati pemandangan matahari terbenam, pengunjung bebas menaikinya serta disuguhi pemandangan persawahan dan pedesaan di pinggiran Sukoharjo.
“Untuk arsitekturnya memang saya senang bentuk menara kastil, sangat berkarakter. Di sini kami tawarkan suasana pedesaan yang tenang. Ditambah sekeliling tempat ini kan sawah, jadi suasananya lebih damai,” jelas Irsyad lebih lanjut.
Meski jauh dari keramaian Solo, Sukoharjo, maupun Karanganyar, Minarets Coffee ternyata memiliki penggemar sendiri. Saban weekend, berbondong orang datang ke kedai ini. Tentu hal pertama yang mereka lakukan adalah berfoto dengan latar bentuk bangunan dan barang koleksi kuno milik Irsyad. Sayangnya, Irsyad hanya tersenyum ketika ditanya berapa nilai investasi bangunan dan barang-barang koleksinya tersebut.
Mesin Kopi Tanpa Listrik
Tak habis membahas konsep eksterior dan interior bangunan, Minarets Coffee ternyata juga menawarkan kopi yang berbeda dari kebanyakan. Kopi di tempat ini dibuat dengan alat manual tanpa listrik mulai dari proses roasting hingga penyajian.
Untuk mesin roasting, Irsyad menggunakan mesin manual kuno buatan Belanda. Sedangkan untuk mesin espresso, ia mendesain sendiri mesin manualnya yang beroperasi menggunakan tuas putar. Selain lebih efisien, dengan mesin manual tanpa listrik, taste kopi yang dihasilkan pun lebih unik.
“Kopi semua manual mulai dari biji sampai penyajian. Kita pakai mesin-mesin peninggalan Belanda. Kalau yang dari Belanda memang dari dulu seperti itu. Tapi untuk kopi espresso kita bikin alat manual sendiri. Perbedaannya dari segi listrik lebih hemat dan feel-nya berbeda,” lanjut Irsyad.
Salah satu menu kopi unik yang menjadi andalan Minarets Coffee yakni kopi Turki. Proses pembuatannya dengan mencampur kopi, gula, dan air dengan takaran tertentu. Lalu cangkir dipanaskan menggunakan bara api dari arang kayu. Menurut Irsyad, proses tersebut sama persis dengan cara memasak kopi kebanyakan orang Turki.
Selain kopi khas Turki, proses lain juga disuguhkan seperti V60, tubruk, dan espresso menggunakan biji kopi Aceh Gayo. Bagi yang tak terlalu gemar ngopi, disediakan menu lain seperti teh teko dan cokelat panas. Pengunjung juga dapat memesan menu makanan mulai dari kentang goreng, nasi goreng hingga singkong goreng. Seluruh menu tersebut dapat dinikmati dengan merogoh kocek 20 hingga 40 ribu rupiah per porsi.
Tim Liputan BisnisUKM
Rizki B.P
Kontributor BisnisUKM.com Wilayah Solo Raya